Kenapa kamu harus belajar menulis dengan Yusuf Arifin

ainunchomsun
blogger, mom, founder of akademi berbagi & cerdas digital movement, social activist
Konten dari Pengguna
30 Juni 2020 11:51 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ainunchomsun tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kalian sudah baca tulisan mas Yusuf Arifin alias Dalipin? Kalau belum silakan baca dulu di sini. Kalau sudah selesai baca, baru lanjutkan membaca ini. Karena tulisan ini menanggapi beliau.
ADVERTISEMENT
Saya kenal Mas Dalipin semenjak beliau bekerja di CNN Indonesia yang kemudian berlanjut menjadi anak buahnya. Hal yang saya kagumi adalah : He is a great story teller! Banyak orang pintar tidak bisa mengajarkan kepintarannya karena biasanya pikirannya terlalu rumit untuk disampaikan. Justru semakin pintar biasanya semakin mbingungi. Atau biar keliatan pintar harus mbingungi? Entahlah. Mas Dalipin ini salah satu pengecualian. Kenapa layak disebut sebagai story teller, karena beliau bisa menyampaikan pemikiran yang rumit sekali pun dengan sederhana dan mudah dipahami. Bahkan untuk hal-hal yang tidak terpikirkan.
Kenapa bisa begitu? Story teller biasanya adalah pembaca buku. Semakin banyak buku yang dibaca maka semakin kaya dalam pemikiran dan wawasan. Sudah barang tentu buku yang dibaca Mas Dalipin pasti banyak, walaupun dia mengaku jarang membaca karena menjadi Chief of Storyteller. Selain itu, salah satu yang menjadi kekuatannya adalah daya analisis dan kemampuan melihat isu dari segala sisi sehingga bisa memiliki pemahaman utuh atas sesuatu. Atau kalau anak zaman sekarang menyebutnya critical thinking.
ADVERTISEMENT
Critical thinking di era yang serba cepat dengan berbagai perubahan menjadi salah satu prasyarat penting untuk memenangkan pertarungan. Inovasi menjadi kunci untuk terus beradaptasi dan tangguh. Bagaimana mau berinovasi jika tidak memiliki kemampuan critical thinking?
Menyederhanakan pemikiran rumit sehingga mudah dipahami orang memerlukan kemampuan tersendiri. Butuh nalar yang kritis dan terbuka atas berbagai hal termasuk pendapat yang berbeda. Bukan proses yang cepat untuk bisa sampai di level itu. Perlu pembelajaran serta pengalaman. Bicara soal pengalaman, apalagi di dunia tulis menulis, sudah pasti Mas Dalipin memiliki rekam jejak yang meyakinkan. Silakan googling sendiri karena saya tidak akan menuliskan di sini.
Lalu kenapa saya menganjurkan kalian untuk belajar menulis dengan Mas Dalipin? Menulis, apalagi di era sekarang, bukan hanya mengasah kemampuan tata bahasa tetapi belajar berpikir runut supaya bisa menyampaikan isi kepala dengan jelas dan mudah dipahami. Punya banyak ide cemerlang tetapi hanya melayang-layang di kepala apa gunanya. Tahap pertama supaya ide itu bisa terwujud adalah, mampukah kita menuliskan ide dan gagasan dengan jelas supaya orang lain paham dan sukur-sukur tertarik?
ADVERTISEMENT
Bagaimana idemu bisa dibeli orang, jika kamu saja masih gagap menuangkan dalam bentuk proposal atau tulisan. Kalau pun nanti ternyata idemu tidak terwujud, dengan menuliskan paling tidak kamu sudah mendokumentasikan pikiran yang siapa tau bisa berguna buat orang lain atau diri sendiri di lain waktu.
Jika mas Dalipin mengklaim dirinya tidak mumpuni dalam hal tata bahasa serta diksinya hanya itu-itu saja, jangan terlalu dipermasalahkan. Karena bisa jadi itu cara Mas Dalipin untuk merendahkan diri meninggikan mutu. Ketika dia menganggap menulis itu menyiksa dan masih lambat dalam menyelesaikannya, sesungguhnya itu yang diperlukan dari seorang guru. Kejujuran! Kita sudah bosan dengan jargon-jargon cara cepat menjadi penulis kaya atau tips menjadi penulis milyader, karena sudah barang tentu itu hanya angin surga. Guru yang jujur akan mengajarkan ilmu yang dimiliki secara apa adanya, dengan proses jatuh bangun dan kegagalan. Tanpa perlu menutupinya. Karena ilmu tersebut lebih dibutuhkan yaitu kemampuan untuk menjalani proses dan bagaimana meniti kejatuhan tanpa menyerah.
ADVERTISEMENT
Apakah Mas Dalipin penulis yang gagal? Tentu tidak. Kita bisa membaca karyanya, walaupun buku yang diterbitkan cuma satu. Karyanya tidak selalu dalam bentuk tulisan, tetapi bagaimana beliau mengelola media yang notabene produknya banyak dalam bentuk tulisan, itu sudah menunjukkan sebagai penulis handal. Jadi jangan ragu belajar dengan beliau. Kerendahan hatinya membuat beliau akan menyerahkan semua ilmu yang dimiliki.
Jangan kuatir jika dianggap caper, atau cari perhatian. Pada dasarnya semua manusia adalah pencari perhatian dalam berbagai bentuk. Kalau kemudian berhasil menjadi penulis seperti Pramudya Ananta Toer sehingga sejarah bisa mencatat keberadaan kita, syukur alhamdulillah. Tetapi jika tidak, tak mengapa. Masih banyak hal lain yang bisa didapat dari kepiawaian menulis. Toh, kamu bekerja sebagai apapun selalu harus bisa menulis email dengan baik kan?
Ilustrator: Indra Fauzi/kumparan
Jadi, silakan belajar dengan guru yang mumpuni seperti Mas Dalipin. Kamu gak cuma belajar soal tata bahasa dan diksi penulisan, tetapi bagaimana mengasah critical thinking dan penalaran yang runut. Soal bahwa penulis nasib finansialnya gak ada yang cerah, itu beliau salah pergaulan aja. Banyak yang pendapatannya sungguh membanggakan sebagai penulis. Wong saya yang cuma blogger kambuhan aja masih suka dapat cuan dari menulis.
ADVERTISEMENT
Catatan : kalau belum tau gimana caranya belajar menulis dengan Mas Dalipin, silakan gabung di group "creator" teman kumparan, akan ada kelas penulisan dan critical thinking yang sudah pasti tidak berbayar.