Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.7
26 Ramadhan 1446 HRabu, 26 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Setara untuk Sejahtera: Kesetaraan Gender sebagai Kunci Kemajuan Indonesia
25 Maret 2025 19:59 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Aisha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ketimpangan berbasis gender di Indonesia masih menjadi tantangan nyata, dengan perempuan sebagai korban ketimpangannya. Data menunjukkan bahwa perempuan Indonesia lebih banyak tertinggal dibandingkan laki-laki pada berbagai aspek pembangunan nasional.
ADVERTISEMENT
Laporan Kesenjangan Gender Global atau Global Gender Gap Report tahun 2024 yang diterbitkan World Economic Forum (WEF) menunjukkan posisi Indonesia pada peringkat ke-100 dari 146 negara yang berhasil memperkecil angka kesenjangan gender.

Mengapa Kesetaraan Gender Penting?
1. Mewujudkan Keadilan Sosial
Gagasan kesetaraan gender merupakan kondisi di mana perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan, tanggung jawab, dan hak yang sama; tanpa khawatir ada diskriminasi. Gagasan ini sejalan dengan sila ke-5 Pancasila, yang menekankan pentingnya perwujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Memberdayakan Masyarakat dan Mengurangi Kemiskinan
Berdasarkan data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak tahun 2024, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) laki-laki adalah 83,98%, sekitar 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan TPAK perempuan yang hanya sebesar 54,42%. Perlu dicatat pula bahwa sebagian besar perempuan bekerja di sektor informal karena tingkat pendidikan yang didapatkan tidak setinggi pekerja laki-laki.
ADVERTISEMENT
Peningkatan TPAK perempuan perlu dilakukan dengan pengurangan beban kerja perawatan yang selama ini sebagai tugas perempuan. Apabila TPAK perempuan dapat menyamai laki-laki, pekerja perempuan dapat turut berkontribusi pada perekonomian keluarga, bahkan mengurangi kemiskinan.
3. Membangun Pemerintahan yang Inklusif dan Berkelanjutan
Bagaimana negara bisa menjadi inklusif jika perempuan kurang terwakilkan dalam pengambilan keputusan? Indonesia perlu meningkatkan representasi perempuan dalam proses penyusunan kebijakan sehingga tercipta kebijakan yang inklusif dan responsif.
Tantangan dalam Mewujudkan Kesetaraan Gender
Mengakarnya budaya patriarki yang mengkotak-kotakkan tugas laki-laki dan perempuan mempersulit terwujudnya kesetaraan gender. Perempuan dikaitkan dengan tugas domestik, perawatan, bahkan tugas mencetak anak. Adapun laki-laki menjadi pencari nafkah utama. Pemikiran yang tidak fleksibel ini menghambat kemajuan perempuan dalam berbagai bidang.
ADVERTISEMENT
Pemerintah juga dianggap belum serius mengimplementasikan regulasi-regulasi yang mendukung kesetaraan gender. Misalnya, perlindungan hukum bagi pekerja di sektor infomal masih perlu ditegaskan agar perempuan tidak lantas rentan eksploitasi dan diskriminasi.
Edukasi dan Penguatan Kebijakan Menjadi Kunci
Budaya yang telah mengakar tidak bisa dipatahkan dalam semalam. Perlu ada upaya sistematis mengubah cara pandang melalui edukasi sejak dini. Edukasi menjadi investasi jangka panjang agar generasi Indonesia di masa mendatang melihat kesetaraan gender sebagai sesuatu yang “wajar dan sudah seharusnya”, bukan sekadar gagasan ideal.
Dalam hal penguatan kebijakan, perlu diapresiasi bahwa Indonesia telah mencantumkan rencana mengatasi ketimpangan gender dalam dokumen-dokumen perencanaan nasional. Namun diperlukan upaya yang lebih masif dari pemerintah untuk berkolaborasi dan mengimplementasikan apa yang telah tertulis pada perencanaan nasional dan kebijakan yang disusun.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Kesetaraan gender mendorong terciptanya masyarakat yang lebih adil, sejahtera, dan berkelanjutan. Dengan meningkatkan pemahaman tentang pentingnya kesetaraan gender dan mengambil langkah nyata untuk mewujudkannya, Indonesia berpeluang untuk menjadi bangsa yang maju, humanis, dan inklusif.