Konten dari Pengguna

Makan Siang Gratis Mimpi atau Kenyataan? Analisis Program Kebijakan Prabowo

Aisha Adriyanti
Mahasiswa S1 Ilmu Administrasi Negara Universitas Negeri Surabaya
11 November 2024 12:17 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aisha Adriyanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Program Makan Siang Gratis (potret dari hp sendiri pada 11 November 2024 10.06 WIB)
zoom-in-whitePerbesar
Program Makan Siang Gratis (potret dari hp sendiri pada 11 November 2024 10.06 WIB)
Dalam dunia politik Indonesia, janji kebijakan sering kali menjadi sorotan utama dalam kampanye. Salah satu janji kebijakan yang menjadi sorotan perhatian saat kampanye presiden kemarin adalah program “Makan Siang Gratis” yang diusung oleh Prabowo Subianto, salah satu calon presiden yang sekarang sudah resmi terpilih menjadi presiden sejak dilantiknya pada tanggal 20 Oktober 2024. Program ini bertujuan untuk menyediakan makan siang gratis bagi siswa sekolah di seluruh Indonesia, sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas generasi muda. Meski terdengar seperti ide yang sangat menarik dan penuh harapan, banyak pertanyaan yang muncul terkait realisasinya, efektivitas dan berkelanjutannya program tersebut.
ADVERTISEMENT
Dalam kampanye-nya, Prabowo menekankan pentingnya meningkatkan kesejahteraan anak-anak Indonesia, yang menurutnya sebuah investasi jangka panjang bagi bangsa Indonesia. Makan siang gratis dianggap sebagai langkah signifikan untuk memastikan siswa mendapatkan gizi yang cukup memadai, sehingga dari situ diharapkan dapat meningkatkan kinerja akademik, konsentrasi, serta menurunkan angka putus sekolah di Indonesia. Program ini juga dikatakan dapat membantu mengurangi beban ekonomi keluarga, khususnya bagi mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Kebijakan semacam ini bukanlah hal baru di dunia pemerintahan internasional. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang, telah lama menerapkan program makan siang gratis atau subsidi makanan di sekolah sebagai bagian dari kebijakan kesejahteraan sosial. Data dari program ini menunjukkan bahwa siswa yang menerima makanan gratis cenderung memiliki hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang tidak menerima bantuan semacam itu. Namun, implementasi program serupa di Indonesia memerlukan analisis mendalam terkait kesiapan infrastruktur, pembiayaan, dan efektivitas kebijakan di konteks lokal.
ADVERTISEMENT
Secara garis besar program makan siang gratis dapat memberikan berbagai manfaat. Pertama, dari segi pendidikan, siswa yang mendapatkan gizi yang cukup cenderung memiliki tingkat konsentrasi yang lebih tinggi, sehingga performa akademik mereka dapat meningkat. Sebuah studi yang diterbitkan oleh Journal of School Health mengemukakan bahwa anak-anak yang mendapatkan makanan bergizi yang memadai di sekolah memiliki tingkat partisipasi dan hasil akademik yang lebih baik. Dengan demikian, jika program ini dapat berjalan secara efektif, maka dapat diharapkan adanya peningkatan hasil pendidikan di Indonesia.
Kedua, program ini dinilai dapat mengurangi beban ekonomi keluarga, terutama mereka yang berasal dari keluarga menengah ke bawah. Bagi keluarga dengan pendapatan rendah, biaya untuk makan sehari-hari merupakan salah satu pengeluaran terbesar. Dengan adanya bantuan makan siang gratis, keluarga dapat mengatur pengeluaran mereka untuk kebutuhan lainnya.
ADVERTISEMENT
Ketiga, program makan siang gratis bisa mendorong peningkatan sektor pertanian lokal. Jika bahan-bahan makanan yang digunakan dalam program tersebut disuplai oleh petani lokal, maka angka permintaan terhadap hasil pertanian bisa meningkat. Ini dapat memberikan efek yang positif bagi perekonomian daerah, serta mendorong ketahanan sektor pangan dalam negeri.
Meski dari manfaat yang ditawarkan cukup besar, realisasi dari program ini di Indonesia tidak semudah yang dibayangkan. Salah satu tantangan terbesar adalah soal anggaran biaya. Menurut laporan Bank Dunia, Indonesia masih menghadapi berbagai kendala fiskal, termasuk defisit anggaran yang cukup besar. Menyediakan makan siang gratis bagi jutaan siswa setiap harinya tentu membutuhkan alokasi anggaran yang sangat besar. Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, terdapat sekitar 45 juta siswa di tingkat sekolah dasar dan menengah. Jika asumsi biaya makan per siswa per hari adalah Rp. 10.000, maka anggaran yang dibutuhkan bisa mencapai Rp. 450 miliar per hari, atau sekitar Rp. 100 triliun per tahun. Ini tentu menjadi tantangan utama bagi pemerintah, terutama jika sumber anggaran tidak dikelola dengan baik.
ADVERTISEMENT
Tantangan lain selain anggaran adalah soal kualitas makanan itu sendiri. Untuk memastikan program ini memberikan dampak positif, maka makanan yang disediakan harus memenuhi standar gizi yang memadai. Jika kualitas makanan rendah, atau bahkan tidak higienis, program ini bisa berbalik menjadi masalah, seperti meningkatnya kasus keracunan makanan atau malnutrisi di kalangan siswa. Oleh karena itu, pengawasan yang ketat terhadap kualitas makanan dan pemasoknya menjadi hal yang sangat penting.
Seperti contoh di Amerika Serikat, program makan siang gratis menghadapi tantangan terkait dengan kualitas makanan. Pada awal implementasinya, makanan yang disediakan sering kali berkalori tinggi dan tidak bergizi. Hal ini memicu banyak kritik dan mendorong adanya reformasi kebijakan, di mana saat ini pemerintah Amerika Serikat lebih fokus pada penyediaan makanan sehat, seperti buah dan sayuran segar, dalam program makan siang di sekolah.
ADVERTISEMENT
Program makan siang gratis yang diusung oleh Prabowo memang memiliki potensi besar untuk membawa perubahan positif bagi generasi muda Indonesia yang akan mendatang. Namun, seperti halnya kebijakan besar lainnya, implementasi program ini memerlukan perencanaan yang matang dan realisasi yang realistis. Dari tantangan anggaran hingga masalah kualitas makanan, pemerintah harus memikirkan solusi yang tepat dan matang agar program ini bisa berjalan secara berkelanjutan.
Jika Prabowo dan timnya mampu mengatasi tantangan-tantangan ini, maka program makan siang gratis bisa menjadi kenyataan yang bisa membawa dampak positif bagi jutaan siswa di Indonesia. Namun, jika tidak, janji makan siang gratis bisa saja berakhir menjadi mimpi belaka, seperti banyak janji politik lainnya yang sulit terealisasi. Sebagai penutup pada akhirnya, makan siang gratis sebagai kebijakan pendidikan dan sosial memang tampak menjanjikan, tetapi realisasi dan keberhasilannya bergantung pada banyak faktor, termasuk kemampuan negara dalam menangani tantangan anggaran dan pengawasan kualitas. Seiring dengan harapan besar masyarakat terhadap perbaikan di sektor pendidikan, kita perlu terus memantau dan mendukung upaya-upaya yang benar-benar bisa membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.
ADVERTISEMENT