Konten dari Pengguna

Berbicara tapi Diam: Ketidakberdayaan dalam Wacana Publik

Aiskha Atthaya Adha
Mahasiswi Ilmu Komunikasi yang berminat pada jurnalistik, public relations, dan literasi media. Mulai merintis perjalanan menulis untuk memperkaya ruang dialog publik dan percaya bahwa komunikasi adalah kunci perubahan.
28 April 2025 16:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aiskha Atthaya Adha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan sosial dan politik, komunikasi menjadi kunci utama dalam membentuk opini publik dan mengambil keputusan kolektif. Namun, ada fenomena di mana meskipun banyak pihak berbicara dan memberikan pendapat mereka, suara mereka sering kali tidak membawa perubahan yang signifikan. Fenomena ini menggambarkan ketidakberdayaan dalam wacana publik, yang meskipun ada kebebasan untuk berbicara, tidak selalu berujung pada tindakan atau pengaruh yang berarti.
ADVERTISEMENT
Di era demokrasi kontemporer, ada ruang kebebasan yang luas untuk berbicara dan berpendapat, baik melalui media sosial, forum publik, maupun debat publik. Namun, kenyataannya, suara-suara tersebut tidak selalu didengar, terutama jika berasal dari kelompok yang kurang memiliki kekuatan atau pengaruh. Dengan melihat bagaimana sekelompok kecil elit memiliki akses langsung ke ruang pengambilan keputusan, ketidakberdayaan ini terlihat semakin nyata. Sementara itu, meskipun banyak pihak yang berbicara mengenai isu-isu sosial, politik, atau ekonomi, suara mereka sering kali terpinggirkan, atau lebih parah lagi, tidak dipertimbangkan sama sekali.
Kelompok marginal seperti perempuan, kaum minoritas, atau masyarakat yang berada di pinggiran ekonomi adalah beberapa contoh dari dari ketidakberdayaan ini. Meskipun mereka berbicara mengenai hak-hak mereka dan ketidakadilan yang mereka hadapi, suara mereka sering kali ditutupi oleh narasi dominan yang lebih kuat dan lebih berpengaruh. Dalam wacana publik, mereka berbicara, tetapi pada akhirnya memilih untuk diam karena ketidakmampuan untuk mempengaruhi kebijakan atau perubahan.
Dokumen Pribadi
Adanya ketimpangan dalam distribusi kekuasaan dan akses terhadap media atau saluran komunikasi yang efektif adalah penyebab utama ketidakberdayaan ini. Media sosial, meskipun memberikan ruang bagi banyak suara, juga sering kali dilalui oleh algoritma yang hanya menonjolkan suara-suara tertentu, sementara suara dari kelompok marginal atau kelompok yang lebih kritis jarang terlihat. Selain itu, ketidakpercayaan terhadap sistem yang ada juga mempengaruhi bagaimana masyarakat menilai efektivitas partisipasi mereka dalam wacana publik. Ketika rakyat merasa bahwa berbicara tidak akan mengubah apa-apa, mereka cenderung berhenti berbicara atau bahkan merasa teralienasi dari proses sosial dan politik.
ADVERTISEMENT
Namun, ketidakberdayaan ini tidak hanya soal ketidakmampuan bersuara, tetapi juga terkait dengan kurangnya ruang bagi suara tersebut untuk berpengaruh. Dalam banyak kasus, meskipun kebebasan berbicara diberikan, akses untuk mempengaruhi kebijakan atau keputusan politik tetap terbatas. Hal ini menimbulkan pertanyaan penting: Bagaimana kita dapat menjamin bahwa berbicara di ruang publik tidak hanya menjadi bentuk kebebasan semata, tetapi juga memiliki kekuatan untuk menciptakan perubahan?
Dokumen Pribadi
Strategi seperti mendidik masyarakat dengan literasi media, meningkatkan akses ke saluran komunikasi yang adil, dan mendorong partisipasi lebih aktif dalam proses politik dan pengambilan keputusan dibutuhkan untuk mengatasi ketidakberdayaan wacana publik. Namun, tindakan ini tidak akan efektif tanpa adanya perubahan dalam sistem yang memastikan bahwa setiap suara, tanpa memandang latar belakang, memiliki kesempatan untuk mempengaruhi arah kebijakan publik.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, “Berbicara tapi Diam” adalah gambaran dari ketidakberdayaan dalam wacana publik yang menghambat terjadinya perubahan sosial yang sejatinya dapat terjadi jika suara-suara yang berbicara benar-benar didengar dan dipertimbangkan. Masyarakat harus terus memperjuangkan ruang yang setara dan lebih inklusif agar berbicara di ruang publik dapat benar-benar memberikan dampak yang signifikan.