Konten dari Pengguna

Mengatasi Fenomena Fomo dengan Prinsip Komunikasi Islam

Aisy Cesar Nabiilah
Mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam UINSI Samarinda
5 November 2024 12:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aisy Cesar Nabiilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Menghargai Kesederhanaan & Keikhlasan"
sumber: dokumentasi pribadi dibuat oleh canva
zoom-in-whitePerbesar
sumber: dokumentasi pribadi dibuat oleh canva
Di era digital saat ini, berkembangnya teknologi tentu dapat menimbulkan dampak positif dan juga negatif, di era ini penggunaan media sosial oleh masyarakat kian meningkat,bahkan menjadi bagian terpenting dalam hidup manusia. Dengan penggunaan sosial media tersebut tentu memunculkan banyak fenomena, satu di antaranya ialah Fomo “fear of missing” yang kini kian merajalela. Fomo sendiri merupakan perasaan gelisah, khawatir akan tertinggal yang di alami oleh seseorang akan pengalaman yang di rasakan oleh orang lain, fenomena fomo sendiri di picu oleh penggunaan media sosial yang menampilkan kehidupan sempurna dan penuh kesenangan melalui unggahan foto atau video yang di posting dari orang lain. Menyebabkan kurangnya rasa syukur, selalu merasa kurang, selalu ingin seperti orang lain, merasa rendah, muncul rasa iri, hingga tanpa sadar menggangu kondisi mental. Namun terdapat beberapa prinsip komunikasi islam yang dapat membantu kita untuk menghadapi fenomena fomo tersebut yakni diantaranya:
ADVERTISEMENT
Kesederhanaan dalam Berkomunikasi, Menghindari Pamer, Mementingkan Kualitas Hidup
sederhana dalam islam merupakn akhlak mahmudah atau terpuji yang berarti menerima apa yang telah diberikan oleh Allah serta menjauhi sikap tidak puas dan berlebihan. Hidup sederhana juga diartikan sebagai hidup bersahaja. Hidup sederhana bukan berarti miskin, namun bisa memproritaskan mana kebutuhan dan mana keinginan atau hawa nafsu semata. Prinsip ini tercermin dalam anjuran untuk menghindari sifat riya (pamer) yang dapat menimbulkan sifat iri hati, serta dengki, dengan menerapkan sikap ini mengurangi dorongan untuk terus membandingkan diri kita bahkan hidup kita dengan orang lain. Mulai posting hal hal yang memberi manfaat sehingga kita akan lebih fokus terhadap nilai dari apa yang kita bagikan, bukan seberapa menarik postingan itu di mata orang lain.
ADVERTISEMENT
Ikhlas : Mengutamakan Niat dalam Berbagi Ikhlas merupakan sikap tulus dan murni dalam melakukan ibadah kepada Allah SWT, tanpa mengharapkan pengharapan bahkan pujian dari makhluk Allah SWT. Prinsip utama perbuatan ikhlas adalah "lakukan lalu lupakan", dengan keikhlasan membuat kita tidak lagi terdorong oleh rasa ingin memiliki apa yang orang lain miliki, keikhlasan ini dapat membentengi diri kita dari fenomena fomo, ketika kita berkomunikasi melalui media sosial dengan niat ikhlas, kita tidak lagi menaruh harapan untuk memenuhi ekspektasi sosial semata namun, semata mata ingin mendapat berkah dari Allah SWT, dengan hal tersebut hidup akan jauh lebih tenang.
Makna Syukur dan Menghargai Apa yang Kita Miliki 
Syukur ialah ungkapan rasa terima kasih serta pengakuan atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan yang maha esa. sikap syukur yang tulus ialah ketika seseorang mampu menghargai apa yang dimilikinya, memanfaatkan segala sesuatu yang ia miliki dengan baik, tidak mengeluh dan terus berusaha, serta menjalin hubungan baik dengan orang lain. Rasa syukur juga menjadi salah satu tameng untung menghadapi fenomena fomo, ketika kita bersyukur tentu kita akan fokus dengan apa yang kita miliki merasa cukup dan tidak merasa kekurangan. Dengan menerapkan prinsip komunikasi, yakni bersyukur dalam kehidupan kita sehari- hari, membantu kita untuk menghargai hidup kita sendiri tanpa merasa tertinggal, tidak lagi melihat hidup orang lain sebagai suatu hal yang lebih , namun hal tersebut merupakan jalan yang berbeda. 
ADVERTISEMENT
Dengan menerapkan ke 3 prinsip komunikasi dalam islam tersebut, dapat membantu kita mengurangi dampak negatif dari fenomena fomo. Karena adanya fenomena atau tren, tetap diri kita yang memegang kendali penuh, jika kita tidak dapat membentengi diri, tentu akan terbawa arus, namun sebaliknya, jika kita bisa membentengi diri, kita akan terhindar dari dampak negatif dan dapat mengambil hal yang positif.