Konten dari Pengguna

Pengaruh Perilaku Konsumtif Fast Fashion terhadap Lingkungan

Aisya Dwi Hapsari
Mahasiswi Sistem Informasi S1 Universitas Pamulang
17 November 2024 17:40 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aisya Dwi Hapsari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ilustrasi gambar tempat fast fashion (sumber: https://chatgpt.com)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi gambar tempat fast fashion (sumber: https://chatgpt.com)
Fast fashion hadir pada awal tahun 1990 oleh New York Times untuk menggambarkan misi salah satu brand yang hanya membutuhkan waktu 15 hari untuk produksi dari tahap desain sampai dijual ke toko-toko. Fast fashion sangat erat hubungannya dengan limbah fashion. Fast fashion menjadi salah satu penyumbang polusi terbesar yang dapat merusak lingkungan.
ADVERTISEMENT
Fast fashion sendiri adalah konsep produksi pakaian dengan cepat dan harga yang terjangkau, konsep ini dipakai untuk mengikuti tren terbaru agar dapat menjangkau konsumen dalam waktu singkat. seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen akan pakaian bergaya namun terjangkau. perusahaan fast fashion dapat memproduksi, mengirim, dan menjual pakaian dalam beberapa minggu saja, sangat perbeda dengan mode tradisional yang membutuhkan waktu lama untuk mendesain dan memproduksi.
Pendorong Utama Terjadinya Perilaku Konsumtif Fast Fashion
Tempat pembuangan pakaian bekas (sumber: https://id.pinterest.com/)
Tingginya daya beli masyarakat terhadap fast fashion di indonesia dipengaruhi oleh harga yang terjangkau dan kemudahan akses. Meskipun daya beli di Indonesia secara keseluruhan masih lebih rendah dari Negara-negara lain, hal ini juga menimbulkan tantangan terkait kualitas produk dan etika dalam produksi. Masyarakat perlu mempertimbangkan dampak jangka panjang dari pilihan mereka dalam berbelanja.
ADVERTISEMENT
Teknologi produksi cepat memiliki pengaruh signifikan terhadap industri fast fashion. Dengan menggunakan mesin jahit otomatis dan sistem manajemen rantai pasokan yang efisien, waktu dari mendesain hingga produksi dapat dipangkas menjadi beberapa minggu saja.
Brand besar seperti Shein, Zara ataupun Uniqlo memanfaatkan algoritma dan analisis data untuk melacak tren mode yang sedang berkembang. Dengan cara ini, mereka dapat merespon konsumen dengan cepat dan memproduksi item yang sesuai dengan tren terkini. teknologi juga memungkinkan produksi dalam jumlah besar dengan harga jual yang lebih rendah, hal ini membuat produk fast fashion mampu menarik lebih banyak konsumen.
Merujuk pada perilaku konsumen yang menganggap pakaian sebagai barang yang hanya digunakan sekali atau dalam waktu singkat sebelum dibuang, hal tersebut yang menyebabkan penumpukan limbah di tempat pembuangan akhir dan berampak negatif terhadap lingkungan.
ADVERTISEMENT
Dampak dari Tren Fast Fashion terhadap Lingkungan dan Sosial
Industri fast fashion menawarkan kemudahan dan harga yang lebih murah, tetapi konsekuensinya merugikan lingkungan dan masyarakat. kebanyak industri fast fashion terletak di Asia dan di Negara berkembang seperti India, Bangladesh bahkan Indonesia sendiri.
Biasanya industri fast fashion mempekerjakan wanita yang berpendidikan rendah atau seorang imigran. Para pekerja harus bekerja selama 14 jam perharinya dengan upah yang rendah dan tidak ada jaminan asuransi jiwa ataupun jaminan keselamatan kerja.
Apa saja sih Dampak Negatif Fast Fashion terhadap Lingkungan dan Sosial?
Dampak terhadap Lingkungan
ilustrasi sungai yang tercemar karena limbah pakaian (sumber: https://chatgpt.com/)
berdasarkan data, sekitar 92 juta ton limbah tekstil dihasilkan setiap tahun, dan sekitar 85% tekstil berakhir di tempat pembuangan sampah atau dibakar.
ADVERTISEMENT
industri tekstil adalah salah satu penyebab utama pencemaran air akibat penggunaan pewarna tekstil yang murah dan berbahaya yang dibuang ke sungai atau laut tanpa pengolahan. Proses pencucian pakaian berbahan sintetis melepaskan mikroplastik yang sulit terurai dan dapat mencemari ekosistem laut.
industri tekstil biasanya menggunakan bahan sintetis seperti Polyester yang terbuat dari minyak bumi (yang tidak terbarukan), Akrilik yang menggunakan bahan kimia beracun, serta Nylon yang terbuat dari bahan bakar fosil dan tidak dapat terurai secara alami dan menyumbang plastik jangka panjang.
Dampak terhadap Sosial
ilustrasi gambar pekerja buruh di perusahaan garmen (sumber: https://chatgpt.com/)
Kasus pekerja anak dan buruh paksa sering ditemukan di rantai pasok fast fashion, banyak juga pekerja perempuan yang sering menjadi korban pelecehan verbal maupun fisik di tempat kerja.
ADVERTISEMENT
Ketimpangan ekonomi terjadi karena keuntungan besar dinikmati oleh brand besar, sementara pekerja pabrik yang mempunyai jam kerja berlebihan dan minimnya hak kerja mendapatkan upah sangat rendah.
Fast fashion sering kali meminggirkan pakaian buatan lokal yang memiliki nilai budaya tinggi karena tidak dapat bersaing dengan harga dan produksi cepat. Oleh karena itu, pengrajin tradisional kehilangan mata pencaharian serta hilangnya teknik dan warisan budaya tekstil.
Fast fashion mendorong budaya membeli lebih banyak dan lebih sering, sehingga menciptakan tekanan sosial untuk terus mengikuti tren yang mengakibatkan menurunnya apresiasi terhadap kualitas serta konsumen mengalami stress finansial akibat pola belanja implusif.
Upaya Menaggulangi Tren Fast Fashion
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi berkembangnya fast fashion memerlukan pendekatan kolaboratif yang melibatkan konsumen, produsen, pemerintah, dan organisasi non-pemerintah.
Kesadaran diri tentang dampak fast fashion terhadap lingkungan dan sosial sangatlah penting. Kita bisa melakukan edukasi fast fashion ini melalui kampanye, dokumentar atau media sosial serta mengajarkan konsumen untuk membeli pakaian sesuai kebutuhan dan menghindari pembelian implusif.
Memberlakukan pajak pada perusahaan yang menghasilkan limbah tekstil berlebihan serta mengatur standar minimum untuk penggunaan bahan berkelanjutan, pengelolaan limbah, dan perlindungan hak pekerja dalam industri fashion. Membatasi impor fast fashion dengan memberlakukan bea cukai yang lebih tinggi untuk pakaian murah yang tidak memenuhi standar berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya slow fashion adalah langkah penting dalam mengatasi tantangan ini, terutama bagi produsen dan brand-brand fashion harus meningkatkan kesadaran tentang produksi yang bertanggung jawab.
Kita harus mendukung brand yang menggunakan bahan baku yang berkualitas dan ramah lingkungan, memiliki produksi etis dan memprioritaskan kualitas daripada kuantitas.
Mengadopsi teknologi produksi dengan emisi rendah tentu lebih efisien dalam penggunaan energi dan air. Perkembangan teknologi menciptakan bahan pakaian dari serat alami atau daur ulang yang lebih ramah lingkungan, seperti kain berbasis limbah botol plastik atau kulit vegan.
ilustrasi gambar mix and match pakaian (sumber: https://chatgpt.com/)
Memaksimalkan penggunaan mix and match dalam berpakaian adalah cara cerdas untuk memanfaatkan koleksi pakaian yang sudah dimiliki tanpa perlu membeli yang baru. Teknik ini mengandalkan kreativitas untuk mengombinasikan berbagai item pakaian sehingga menciptakan tampilan berbeda untuk untuk berbagai kesempatan.
ADVERTISEMENT
Untuk mencari inspirasi mix and match pakaian bisa dari media sosial, majalah fashion, atau influenceer untuk ide mix and match yang belum pernah kita coba.
Dengan memaksimalkan mix and match, kita tidak hanya menghemat waktu dan uang, tetapi juga menciptakan gaya pribadi yang unik dan fleksibel.
Aisya Dwi Hapsari, mahasiswi Strata 1 (S1) Sistem Informasi Universitas Pamulang
Tugas Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Mawardi Nurullah, M.Pd