Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Resensi Novel "Tanah Gersang" Karya Mochtar Lubis: Sebuah Potret Kemanusiaan
13 Oktober 2024 10:16 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Aisyah Aziszah Amantri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mochtar Lubis, salah satu sastrawan besar Indonesia, dikenal dengan karya-karyanya yang kritis dan penuh refleksi sosial. Salah satu novelnya yang patut mendapat perhatian adalah "Tanah Gersang". Diterbitkan pada 1964, novel ini menyoroti realitas kehidupan masyarakat Indonesia pasca kemerdekaan dengan tajam, menyajikan potret kehidupan yang penuh dengan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan korupsi.
ADVERTISEMENT
Novel Tanah Gersang bercerita tentang kehidupan penduduk di sebuah desa yang terletak di daerah tandus. Karakter-karakter dalam novel ini dihadapkan pada situasi kehidupan yang serba kekurangan, baik dari segi ekonomi maupun moral. Mereka terjebak dalam siklus kemiskinan yang tampaknya tak berujung, dan dalam kondisi yang memaksa, kerap kali harus melakukan tindakan yang bertentangan dengan hati nurani demi bertahan hidup. Salah satu hal yang menonjol dari karya ini adalah penggambaran Mochtar Lubis yang realistis terhadap korupsi dan moralitas. Ia tidak hanya menyoroti korupsi dalam skala besar di pemerintahan, tetapi juga korupsi dalam bentuk-bentuk kecil yang dilakukan oleh individu-individu biasa. Kejahatan dan kesalahan tidak hanya dilakukan oleh mereka yang berkuasa, tetapi oleh semua lapisan masyarakat. Novel ini seakan ingin menekankan bahwa dalam kondisi yang tidak mendukung, nilai-nilai kemanusiaan dapat terkikis.
ADVERTISEMENT
Dari segi gaya penulisan, Mochtar Lubis tetap setia dengan gaya jurnalistiknya yang lugas dan to the point. Tanpa banyak bunga-bunga bahasa, ia langsung menembak inti permasalahan, membuat pembaca merenungkan makna di balik setiap tindakan dan keputusan yang diambil oleh karakternya. Kesederhanaan dalam penyajian ini justru memperkuat pesan yang ingin disampaikan penulis, yaitu tentang bagaimana lingkungan dan kondisi sosial bisa mengubah karakter manusia.
Novel "Tanah Gersang" bukan hanya tentang kesulitan hidup di sebuah desa tandus, novel ini lebih dari itu, ia adalah refleksi tentang kemanusiaan yang kehilangan arah dalam badai persoalan sosial, politik, dan ekonomi. Meski berlatar belakang era 1960-an, isu-isu yang diangkat oleh Mochtar Lubis dalam novel ini masih sangat relevan hingga sekarang. Korupsi, ketimpangan sosial, dan hilangnya integritas moral masih menjadi permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini. Melalui "Tanah Gersang", Mochtar Lubis mengajak pembaca untuk melihat lebih dalam tentang dampak dari kondisi sosial yang tidak adil terhadap perilaku dan moral manusia. Novel ini berhasil menyentuh sisi emosional pembaca sekaligus menawarkan sebuah cermin untuk merefleksikan kehidupan masyarakat kita. Sebuah karya sastra yang relevan sepanjang masa, "Tanah Gersang" layak dibaca oleh siapa saja yang ingin memahami lebih dalam tentang kemanusiaan di tengah segala keterbatasan.
ADVERTISEMENT
Live Update