Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
Konten dari Pengguna
Kisah Inspiratif di Balik Bisnis Produk Lokal
4 April 2023 5:36 WIB
Tulisan dari Aisyah Devanny Rahmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 2 Oktober 2022 lalu, saya bersama beberapa rekan saya menghadiri pameran batik di Oakwood Hotel and Residence, Surabaya. Pameran ini diselenggarakan oleh MNC Land untuk memperingati Hari Batik Nasional. Mulanya saya berpikir pameran batik akan terkesan biasa saja dan tidak menarik, tapi dari kunjungan pameran batik tersebut saya bertemu dan belajar banyak hal dari orang-orang yang kreatif, hebat, dan berani, sehingga waktu yang saya luangkan terasa tidak terbuang sia-sia, terlebih lagi di hari Minggu.
ADVERTISEMENT
Berangkat dari cerita Ibu Untari Yulianingsih pemilik Brand Ruze, kata ‘Ruze’ sendiri diambil dari kata reuse yang merujuk pada produk pemakaian kembali. Bisnis yang sudah dirintis sejak tahun 2009 ini menawarkan baju, outer, serta tas yang terbuat dari celana jeans dan kain bekas. Dibalik kesuksesannya dalam menjalankan bisnis, ternyata sedari kecil beliau gemar sekali mendaur ulang pakaian bekas menjadi barang yang memiliki nilai fungsi dan nilai ekonomis, secara tidak langsung bisnis ini juga turut berkontribusi dalam upaya mengurangi limbah kain dan jeans bekas.
![Untari Yulianingsih (kiri) dan saya (kanan), produk Ruze. Foto oleh Aisyah Devanny](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01gx1kmv1vw9arvqy4j6ykrvj1.jpg)
Tidak jauh dari stan Ibu Untari, berdiri stan milik Ibu Tjitjik Susilowati. Ibu Tjitjik menawarkan berbagai jenis produk eco print seperti sepatu, dompet, taplak meja, hingga outer dan topi. Usaha ini baru saja dirintis tahun 2019 lalu. Saat saya mewawancarai Ibu Tjitjik, saya mendapat informasi dari beliau bahwa produk eco print itu berbeda dengan batik. Secara bahasa eco sendiri artinya alam dan print artinya cetakan, sehingga eco print dapat didefinisikan sebagai seni menghias yang bahannya berasal dari bahan alam contohnya daun, bunga, dan ranting tumbuhan.
ADVERTISEMENT
Dari teknik produksi pun pembuatan produk eco print berbeda dengan pembuatan batik. Singkatnya, untuk membuat produk ecoprint dibutuhkan sehelai kain berbahan katun dan bahan-bahan alam seperti dedaunan maupun bunga. Kain katun tersebut dicuci bersih, dibilas, lalu diangin-anginkan, setelah kering, kain dimordan agar warna yang akan diaplikasikan dapat melekat. Setelah tahap mordan, kain dijemur dan angin-anginkan lagi, kemudian pengaplikasian warna dan motif dedaunan di atas kain dapat dilakukan. Ketika sudah dihias sedemikian rupa, di atasnya diberi lapisan selembar plastik, kemudian digulung, dimasukkan dandang, dan di steam untuk beberapa waktu. Setelah itu kain dapat dicuci menggunakan deterjen dan dijemur kembali. Kain sudah siap dipasarkan atau diolah lagi menjadi baju, sepatu, tas, topi, dan produk fungsi lainnya.
Setelah mendapat pengetahuan baru tentang produk eco print, saya beranjak menuju stan yang memamerkan produk dari Ibu Murtiningsih. Jenis produk yang ditawarkan oleh Ibu Murtiningsih sama dengan Ibu Tjitjik, yaitu produk eco print, yang beliau rintis sejak tahun 2001. Akan tetapi yang membedakan diantara keduanya ialah latar belakang sosial yang sangat inspiratif dalam merintis usaha tersebut.
ADVERTISEMENT
Awalnya di desa Ibu Murtiningsih tinggal, banyak sekali balita yang menderita karena pemenuhan gizi yang buruk. Dan tidak sedikit pula ibu-ibu saling bergunjing membicarakan kekurangan dari anak-anak tersebut, kemudian sebuah ide terbesit dalam benak Ibu Murtiningsih, daripada membuag waktu hanya untuk bergunjing dan membicarakan kekurangan orang lain, mengapa tidak membuat usaha bersama yang nanti hasilnya bisa dimanfaatkan untuk membantu anak-anak tersebut. Berkat kerajinan dan ketelatenan Ibu Murtiningsih dalam mengorganisir banyak orang sekaligus belajar membuat produk eco print, bisnis milik Ibu Murtiningsih dapat sukses seperti sekarang.
Dari kunjungan pameran batik di hari itu, saya belajar bahwa dengan memperhatikan dan menyadari hal-hal kecil yang terjadi di lingkungan sekitar, kita bisa menciptakan peluang untuk berdaya dan memberdayakan orang lain.
ADVERTISEMENT