Menelisik Rahasia Keberhasilan di Zaman Masehi pada Era Sapiens

Aisyah Salsabila
Mahasiswi Psikologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
21 April 2024 12:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aisyah Salsabila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Rahasia Keberhasilan pada Era Sapiens. Sumber: Canva
zoom-in-whitePerbesar
Rahasia Keberhasilan pada Era Sapiens. Sumber: Canva
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dapat diketahui bahwa perdagangan, imperium dan agama-agama universal membawa setiap sapiens memasuki dunia global yang kita tinggali saat ini. Pernyataan tersebut diungkap pada buku terbitan dari Yuval Noah Harari yang berjudul “Sapiens”. Rahasia keberhasilan ini menjadikan adanya transisi banyak kultur kecil menuju kultur besar yang membuat masyarakat global tunggal merupakan sebuah hasil tak terelakkan dari dinamika sejarah manusia. Namun, terbentuknya masyarakat yang tak terelakkan tidak sama dengan mengatakan bahwa hasil akhirnya harus seperti bentuk masyarakat global kita sekarang padahal kita juga dapat membayangkan hasil-hasil lainnya.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana cara kita mengungkap sejarah mengenai latar belakang dari sebuah rahasia keberhasilan? Tentu, dengan tidak melakukan eksperimen kembali ke 10.000 tahun yang lalu tetapi kita bisa menguji dua ciri krusial sejarah yang bisa memberikan beberapa petunjuk. Karakteristik krusial tersebut, yaitu The Hindsight of Fallacy dan Blind Clio.
The Hindsight of Fallacy
The Hindsight of Fallacy atau kekeliruan dalam memandang ke belakang dimana setiap titik di dalam sejarah adalah persimpangan. Ada yang beranjak dari masa lalu ke masa kini namun ada juga yang mengambil jalur tak terduga. Seperti pada awal abad ke 4M imperium romawi saat menghadapi satu horizon luas kemungkinan religius. Mestinya, pada abad itu bisa tetap pada politeisme tradisional yang beraneka ragam namun kaisar Kostantinus dengan memandang ke belakang pada satu era kekacauan perang saudara, tampaknya membuat berpikir bahwa satu agama tunggal dengan doktrin yang jelas bisa membantu menyatukan dunia secara etnis beragam.
ADVERTISEMENT
Manichaeisme, mithraisme, kultus isis atau cybele, zoroaster, judaisme atau bahkan buddhisme semuanya adalah opsi-opsi yang tersedia tetapi kristen yang mengambil alih imperium romawi. Sebagian ahli benar-benar memberikan penjelasan deterministik tentang peristiwa-peristiwa munculnya kristen. Mereka berupaya untuk mereduksi sejarah manusia menjadi ulah kekuatan biologis, ekologis dan ekonomis. Namun sebagian sejarawan cenderung skeptis terhadap teori deterministik. Faktanya orang” yang paling tahu periode itu adalah orang yang paling tidak memahami. Periode sejarah adalah saat orang hidup di dunia yang tidak sepenuhnya dipahami oleh semua orang.
Bagi bangsa Romawi, masa Konstantinus adalah masa ketidakpastian besar, dengan pertanyaan tentang krisis ekonomi global, masa depan Tiongkok, dan kebutuhan akan sebuah kekuatan super. Periode ini sangat penting untuk masa kontemporer, karena mencerminkan ketidakpastian masa depan. Periode sejarah ditandai oleh campuran peristiwa sejarah, seperti kematian Konstantinus pada tahun 306, bangkitnya Bolshevik pada tahun 1913, dan kebangkitan Islam di Bizantium. Periode sejarah tidak semata-mata deterministik, karena dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti geografi, biologi, dan ekonomi. Periode sejarah juga ditandai oleh sistem dua tingkat: tingkat satu, yang merupakan tingkat yang tidak berubah berdasarkan prediksi, dan tingkat dua, yang merupakan tingkat yang berubah berdasarkan prediksi. Sistem ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti penggunaan komputer untuk memprediksi harga masa depan. Secara keseluruhan, periode sejarah adalah masa ketidakpastian dan kebingungan besar, dengan pertanyaan tentang masa depan dan peran teknologi dalam membentuk dunia.
ADVERTISEMENT
Blind Clio
Blind Clio atau renungan buta dimana tidak bisa dijelaskan bahwa pilihan-pilihan yang dibuat sejarah bisa mengatakan sesuatu yang penting, pilihan sejarah tidak dibuat untuk manfaat bagi manusia. Tidak ada bukti pula bahwa kultur-kultur yang membawa manfaat bagi manusia pasti dengan sendirinya berhasil dan menyebar sementara kultur-kultur yang kurang membawa manfaat menjadi lenyap. Kultur-kultur yang berbeda mendefinisikan kebaikan secara berbeda pula dan tidak ada penggaris objektif yang bisa menilai. contohnya umat Kristen percaya bahwa ajaran Kristen lebih baik daripada ajaran Islam, sementara umat Islam percaya bahwa ajaran Islam lebih baik daripada ajaran Kristen. Hal tersebut dikarenakan umat Kristen dan Islam memahami manfaat-manfaat yang terbukti jika menerima pandangan dunia mengenai agama yang telah dianut.
ADVERTISEMENT
Namun, semakin banyak ahli memandang kultur sebagai jenis infeksi atau parasit mental dan manusialah tanpa sadar menjadi pembawanya dan muncul ide” kultural hidup dalam pikiran manusia. Ide” tersebut menyebar dari pembawa ke pembawa lainnya terkadang melemahkan para pembawanya. Pendekatan ini terkadang disebut memetika. Diasumsikan bahwa, sebagaimana evolusi organik didasarkan pada replikasi unit-unit informasi organik yang disebut “gen”, demikian pula evolusi kultural didasarkan pada replikasi unit-unit informasi kultural yang disebut “meme”. Kultur-kultur yang sukses adalah kultur yang hebat dalam mereproduksi meme-meme mereka, terlepas dari biaya dan manfaatnya bagi manusia si pembawa.
Jadi, tidak ada konsensus tentang cara hidup yang lebih baik, masyarakat, ekonomi, lingkungan, teknologi, pemerintahan, agama, demokrasi, dan lain-lain. Banyak orang melihat etika sebagai subjektif dan tidak dapat dinilai secara objektif. Namun, tanpa etika yang kuat, kita mungkin tidak memiliki masa depan yang baik, karena kita mungkin tidak memahami bagaimana mengevaluasi tindakan kita. Kita mungkin bisa memahami masa lalu kita tetapi tidak bagaimana kita seharusnya menjalani hidup kita. Baik ilmu pengetahuan maupun etika penting, tetapi perbedaan mereka dapat mengarah pada hasil yang berbeda. Kedua disiplin tersebut menciptakan fondasi yang kuat untuk memahami dunia dan menciptakan masa depan yang lebih baik. Kedua disiplin tersebut berkontribusi pada pemahaman menyeluruh tentang dunia.
ADVERTISEMENT