Konten dari Pengguna

Angka Dehidrasi Bayi & Anak Tinggi, Investasi dan Proteksi Dini Diperlukan?

Aisyah Haniyyah
Seorang pelajar tingkat akhir di SMAIT Darul Quran, memiliki orientasi minat pada isu aktual, dan aktif berprofesi sebagai seorang penulis.
10 Agustus 2024 15:51 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aisyah Haniyyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Canva
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Canva
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Krusialitas air bersih telah tercatat dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Suistainable Development Goals (SDG’s) yang mencakup 17 tujuan penting, salah satunya membahas tentang “Air Bersih dan Sanitasi Layak”. Bagaimana tidak? peran air bersih sangat dibutuhkan manusia untuk merealisasikan hidup sehat, terutama pada bayi dan anak. Penting bagi anak-anak untuk rutin mengonsumsi air putih agar sirkulasi oksigen di dalam darah tetap stabil karena peran air membawa nutrisi dan oksigen ke seluruh tubuh. Sebanyak 2/3 tubuh manusia tersusun dari air, berbagai organ dalam tubuh seperti ginjal, otak, dan otot mengandung 70% hingga 80% air. Eksistensinya menjadi salah satu gizi makro esensial dalam peran pentingnya sebagai fungsi fisiologis tubuh dan media berbagai reaksi metabolik tubuh termasuk media transportasi zat gizi ke dalam sel dan media eliminasi zat sisa metabolisme, sebagai pengatur suhu tubuh, zat pelarut, hingga pembentuk sel dan cairan tubuh.
ADVERTISEMENT
Bahkan, krusialitas peran air bersih untuk hidup berkelanjutan disadari oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) sehingga termuat dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Secara visual, air digambarkan sebagai bagian penting dalam hierarki gizi seimbang. Melalui Permenkes No. 75 Tahun 2013, Kemenkes RI menetapkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang di dalamnya mencakup angka kecukupan air yang dianjurkan. Sayangnya, Peran dan manfaat air sering kali terabaikan sehingga menimbulkan masalah serius akibat ketidakcukupan konsumsi.
Secara global, dehidrasi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak. Dehidrasi menyumbang angka kematian yang signifikan pada bayi dan anak-anak di seluruh dunia, setiap tahunnya menyebabkan 700.000 hingga 800.000 kematian bayi dan anak, mewakili hampir 14% hingga 30% kematian bayi dan anak di seluruh dunia. World Health Organization (WHO) mendefinisikan dehidrasi sebagai suatu kondisi yang disebabkan oleh hilangnya cairan tubuh secara berlebihan. Bayi dan anak-anak memiliki persentase total air tubuh atau Total Body Water (TBW) lebih tinggi dibandingkan dengan dewasa sekitar 65 hingga 80%.
ADVERTISEMENT
Bayi dan anak-anak sangat rentan terhadap dehidrasi karena mereka tidak dapat secara eksplisit menyampaikan rasa haus atau mengakses cairan. Bayi mempunyai kebutuhan cairan yang relatif lebih besar karena peningkatan kehilangan cairan yang tidak dapat dirasakan dari area permukaan tubuh yang lebih tinggi. Dehidrasi menyebabkan penurunan TBW baik pada volume cairan intraseluler maupun ekstraseluler. 2/3 dari TBW terdiri dari air intraseluler dan 1/3 adalah air ekstraseluler. Air ekstraseluler didistribusikan ke ruang interstisial (75%) dan plasma (25%). TBW lebih tinggi pada bayi dan anak-anak dibandingkan orang dewasa, sekitar 70% hingga 80% dari total berat badan pada bayi, 65% pada anak-anak, dan 45 hingga 60% pada orang dewasa.
Tanda dan gejala penurunan volume plasma, tumpang tindih dengan gejala dehidrasi. Dehidrasi mengacu pada penipisan air total dan penipisan volume merupakan penurunan volume sirkulasi. Literatur medis menggunakan dehidrasi dan penipisan volume secara bergantian. Asidosis metabolik dan dehidrasi sering kali terjadi secara bersamaan dan patofisiologinya bersifat multifaktorial. Asidosis dapat disebabkan oleh kehilangan bikarbonat secara berlebih melalui tinja diare atau kelainan saluran kemih akibat kondisi seperti asidosis tubulus ginjal dan gagal ginjal. Kelainan elektrolit sering kali menyebabkan dehidrasi. Diare berat dengan kehilangan kalium berlebihan dapat mengakibatkan hipokalemia, sedangkan bayi dengan stenosis pilorus kehilangan natrium dan asam klorida saat muntah, sehingga menyebabkan alkalosis metabolik hipokloremik.
ADVERTISEMENT
Tanda dan gejala tergantung pada derajat dehidrasi, apakah termasuk ringan (3 hingga 5%), sedang 6 hingga 10%), atau berat (>10%). Bayi memiliki persentase TBW yang lebih tinggi dibandingkan anak-anak, yaitu 70 hingga 80% dari berat badan dibandingkan dengan 60 hingga 65%, mereka kehilangan berat badan secara relatif lebih banyak pada tingkat dehidrasi yang sama.
Berikut adalah gejala-gejala yang dialami bayi dan anak pada tingkatan dehidrasi yang variatif:
1. Dehidrasi Ringan ditunjukkan dengan penurunan keluaran urin;
2. Dehidrasi Sedang ditunjukkan dengan mukosa mulut kering, penurunan turgor kulit, pengisian kapiler berkepanjangan, takikardia, hingga iritabilitas;
3. Dehidrasi Berat ditunjukkan dengan fisik yang tampak sangat sakit dengan perubahan status mental dan kelesuan, hiperpnea, hipotensi, dan bintik-bintik kulit. Hipotensi dan syok merupakan tanda akhir yang menunjukkan buruknya perfusi organ pada bayi dan anak sehingga memerlukan resusitasi cairan darurat.
ADVERTISEMENT
Prevensi dehidrasi dilakukan dengan pengenalan gejala secara dini dan prevensi dengan mengonsumsi air mineral yang cukup sesuai perbandingan kebutuhan harian. Jika terdapat gejala yang mengindikasikan dehidrasi, maka lakukan identifikasi derajat dehidrasi, pemulihan defisit air dan elektrolit, penggantian kehilangan cairan, dan pemeliharaan cairan. Lakukan pengukuran volume muntah dan tinja memperkirakan defisit untuk membantu menentukan penanganan rehidrasi. Memasuki fase pengobatan dengan mengganti kekurangan cairan dan elektrolit hingga tanda dan gejala dehidrasi membaik dan keluaran urin membaik. Fase pemeliharaan mengikuti fase pergantian, ketika cairan tambahan memenuhi kebutuhan metabolisme basal dalam mengembalikan cairan yang hilang.
Edukasi dan prevensi dalam pencegahan dehidrasi pada bayi dan anak sangat penting untuk meningkatkan pemerataan kesehatan global, terutama pada negara yang memiliki keterbatasan sumber daya. Prevensi utama dengan dilakukannya imunisasi terhadap rotavirus, campak, dan kolera, yang secara signifikan mengurangi peluang penyakit diare yang merupakan penyebab utama dehidrasi pada bayi dan anak-anak. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi, diikuti dengan pemberian ASI lanjutan hingga anak berusia 2 tahun, sesuai rekomendasi World Health Organization (WHO) untuk memberikan nutrisi penting dan perlindungan imunologis. Memastikan kemudahan dan pemerataan akses terhadap air bersih, peningkatan kebersihan dan sanitasi yang layak, termasuk penggunaan jamban dan promosi cuci tangan, merupakan strategi hemat biaya yang secara signifikan mengurangi risiko dehidrasi akibat penyakit diare.
ADVERTISEMENT
Kolaborasi dalam prevensi antara tim kesehatan profesional memiliki krusialitas yang penting dalam perjuangan global melawan dehidrasi pada bayi dan anak yang merupakan penyebab utama kematian bayi dan anak di seluruh dunia, khususnya pada anak-anak berusia <5 tahun. Beban dan tanggungan ini sangat parah dalam realisasinya di negara-negara dengan keterbatasan sumber daya dan membutuhkan kerja sama secara komprehensif antara lembaga dan pemerintah dalam upaya untuk mengurangi angka kematian. WHO memimpin upaya untuk mengadvokasi kebijakan dan investasi nasional yang memastikan jangkauan dan akses terhadap air minum bersih dan sanitasi yang layak.
Instansi pemerintah, organisasi non-pemerintah, hingga badan internasional seperti Dana Darurat Anak Internasional PBB (UNICEF) memotori peran krusial dalam inisiasi ini. Tenaga medis profesional sering kali berada pada garis depan. Peran orang tua pada lembaga keluarga dinilai sangat penting dalam mengedukasi anak tentang pentingnya kebersihan, sanitasi layak, dan tanda-tanda klinis dehidrasi. Petugas kesehatan masyarakat dan tenaga non-medis dapat melakukan tugas tertentu secara spesifik, seperti melakukan pendistribusian air bersih dan memperluas jangkauan layanan kesehatan pada rangkaian terbatas sumber daya. Apoteker bertugas dalam penyediaan dan pengelolaan cairan infus dan obat antiemetik, memastikan sumber daya tersedia dan digunakan secara tepat. Spesialis air mengevaluasi dan menyediakan air minum yang aman dan program imunisasi didukung secara penuh oleh UNICEF dalam pencegahan rotavirus, kolera, dan penyakit diare lainnya yang dapat dicegah dengan vaksin.
ADVERTISEMENT
Orang tua dalam lembaga keluarga memiliki peran viral dalam pencegahan dehidrasi dengan praktik kebersihan seperti mencuci tangan dengan benar, menyiapkan makanan yang aman dan sehat, serta mengedukasi anak dengan gejala dini dehidrasi. Implementasi dan edukasi kepada setiap lapisan masyarakat merupakan asas yang penting untuk mencapai tujuan dari kehidupan berkelanjutan. Proteksi bayi dan anak-anak dari bahaya dehidrasi merupakan peran vital orang tua, pengawasan dan prevensi secara internal dan eksternal menjadi krusialitas dalam menurunkan angka kematian bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh bahaya dehidrasi.
Saling merangkul sesama peran dalam menciptakan generasi yang tangguh, sehat, dan berkualitas. Bangun lingkungan yang baik dan aman bagi anak sebagai penerus dan pembangun generasi berkelanjutan. Investasi bangsa ini dimulai dari kualitas anak-anak sebagai generasi penerus. Mari bersama-sama sadar akan investasi kesehatan sebagai pilar kehidupan tangguh, sehat, dan berkualitas!
ADVERTISEMENT