Konten dari Pengguna

Childfree Terhadap Krisis & Penuaan Populasi?

Aisyah Haniyyah
Seorang pelajar tingkat akhir di SMAIT Darul Quran, memiliki orientasi minat pada isu aktual, dan aktif berprofesi sebagai seorang penulis.
6 Agustus 2024 12:09 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aisyah Haniyyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Canva
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Canva
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Childfree—merupakan istilah yang muncul sejak akhir abad ke-20 yang merujuk pada kondisi ketika seseorang atau pasangan suami istri memilih untuk tidak memiliki anak (baik itu merupakan anak kandung, anak tiri, atau pun anak angkat) yang didasari atas kesepakatan bersama. Childfree menjadi tren yang semakin populer di masyarakat, terutama bagi generasi milenial dan generasi Z. Childfree bukanlah merupakan konsep yang baru, aplikasinya dalam masyarakat sudah banyak diterapkan di luar negeri, terutama pada beberapa negara maju.
ADVERTISEMENT
Childfree merupakan keputusan personal setiap individu atau pasangan. Individu atau pasangan yang memilih untuk Childfree telah mempertimbangan secara matang atas pilihan untuk tidak memiliki anak. Alasan dominan banyaknya individu atau pasangan yang memilih untuk Childfree adalah faktor ekonomi atau finansial keluarga. Pada dasarnya, ketika individu atau pasangan memilih untuk memiliki anak, artinya individu atau pasangan tersebut siap secara biologis, psikologis, dan finansial untuk merawat, mendidik, dan membesarkan anak. Faktor ekonomi atau finansial menjadi keraguan terbesar dalam tanggung jawab mereka atas anak mereka sehingga mendorong individu atau pasangan untuk memilih Childfree.
Faktor ekonomi dan finansial menjadi motivasi terbesar bagi individu atau pasangan memilih untuk Childfree. Biaya hidup yang tinggi membuat individu atau pasangan semakin yakin bahwa Childfree adalah pilihan dan keputusan yang tepat untuk meminimalisir pengeluaran. Kesadaran akan populasi manusia yang semakin meningkat setiap tahunnya membuat Childfree sebagai salah satu solusi untuk menekan angka pertumbuhan. Namun, apakah Childfree menjadi solusi atas penekanan jumlah penduduk atau justru sebagai faktor utama krisis penduduk?
ADVERTISEMENT
Penerapan Childfree juga memiliki implikasi negatif dalam jangka panjang. Korea Selatan, Jepang, hingga Singapura mengalami krisis populasi karena sebagian besar masyarakatnya memilih untuk Childfree. Kekhawatiran masyarakat mengenai biaya hidup dan dalam membesarkan anak, tekanan psikologis dalam menjalankan peran orang tua yang ideal, atau kesulitan dan keterbatasan dalam mengelola komitmen antara karir dan keluarga menjadi beberapa alasan masyarakat Singapura memilih untuk Childfree.
Hal yang sama juga terjadi di Jepang. Jepang merupakan negara dengan wanita terbanyak yang memilih untuk tidak memiliki anak. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah perempuan Jepang yang tidak memiliki anak karena masalah pernikahan telah meningkat drastis. Sehingga menjadi alasan utama di kalangan perempuan berusia 25 hingga 49 tahun untuk memilih tidak memiliki anak. Korea Selatan juga mengalami krisis serupa, Korea Selatan bahkan mencetak rekor baru sebagai negara dengan tingkat kesuburan terendah di dunia. Tingkat fertilitas Korea Selatan menurun drastis pada titik terendah sepanjang sejarah.
ADVERTISEMENT
Secara global, negara-negara maju mengalami penurunan angka kelahiran tetapi tidak ada penurunan ekstrim seperti yang telah dialami Korea Selatan. Krisis populasi tetap terjadi baik di Jepang maupun di Korea meski pemerintah telah menyiapkan sederet tunjangan untuk membantu masyarakat secara finansial. Namun, kebijakan-kebijakan tersebut tetap tidak menggoyahkan pilihan dan keputusan para wanita untuk memiliki anak.
Selain menimbulkan problematika krisis penduduk di sejumlah negara, Childfree menimbulkan beberapa persoalan penting dalam jangka panjang. Ketika individu atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak, maka dampak jangka panjang yang akan menjadi “bencana” adalah populasi lansia sebagai mayoritas masyarakat. Mungkin dampak ini belum dirasakan dalam kurun waktu yang dekat, tetapi dampak tersebut akan merusak struktur sosial masyarakat dalam jangka panjang. Tren Childfree telah mendominasi pemikiran dan pilihan individu atau pasangan muda sehingga praktiknya dilakukan secara serentak dalam satu generasi.
ADVERTISEMENT
Dalam jangka yang panjang, ketika penerapan Childfree terus mendominasi praktiknya dalam masyarakat, hal tersebut tentu akan meningkatkan jumlah populasi lansia sebagai mayoritas masyarakat. Individu atau pasangan yang memilih untuk menerapkan Childfree akan mengalami peralihan dari usia produktif ke usia tua (tidak produktif). Sehingga akan menyisakan usia tua sebagai mayoritas masyarakat dan minoritas dari anak-anak, remaja, dan dewasa. Ini menjadi persoalan yang sering terabaikan dari pilihan masyarakat untuk menerapkan Childfree.
Ketika suatu masyarakat diduduki oleh mayoritas lansia dan minoritas dari anak-anak, remaja, bahkan dewasa maka akan terjadinya ketidakseimbangan antara struktur masyarakat. Bahkan, peluang dalam kesenjangan penduduk antar generasi menjadi persoalan krusial yang dapat mengganggu struktur masyarakat, sektor pembangunan bahkan masa depan suatu negara.
ADVERTISEMENT
Penuaan populasi menjadi salah satu tantangan besar yang akan dihadapi tatanan global dalam beberapa dekade mendatang. Sebagian besar negara maju terus mengalami penuaan populasi selama satu abad terakhir. Didorong oleh dominasi rendahnya angka kelahiran anak. Terdapat lebih banyak penduduk dengan usia lebih dari 60 tahun dibandingkan dengan generasi muda di Eropa dan Amerika Utara. Prediksi tahun 2030, populasi penduduk dengan usia di atas 60 tahun akan mendominasi kependudukan di berbagai negara.
Kesenjangan antar generasi menjadi persoalan serius. Ketika suatu masyarakat hanya dihuni oleh mayoritas dari lansia dan minoritas dari usia produktif, maka dampak tersebut dapat menghambat sektor-sektor kehidupan. Generasi muda yang berperan dalam pembangunan masa depan negara akan kehilangan peran karena dominasi kependudukan oleh usia yang tidak lagi produktif. Dapat dibayangkan jika suatu negara hanya dihuni oleh lansia tanpa adanya generasi muda, bukan? hingga saat ini, Childfree menjadi mayoritas pilihan bagi gen milenial dan gen Z dalam pilihannya untuk persoalan anak.
ADVERTISEMENT
Childfree merupakan pilihan matang dari setiap individu atau pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak. Setiap manusia memiliki hak dan berhak atas keputusan hidupnya. Kita tidak boleh menghakimi pilihan individu atau pasangan yang dengan matang telah memutuskan untuk memilih Childfree, karena hak untuk memiliki bahkan tidak memiliki anak merupakan pilihan pribadi. Penting bagi kita untuk tidak mudah mengikuti arus tren dan menjadi masyarakat yang kritis dan berpikiran luas dalam jangka panjang.