Konten dari Pengguna

Resensi Novel Alegori Valerie

Aisyah Fitri
Mahasiswi Tadris Bahasa Indonesia, UIN Raden Mas Said Surakarta. Menyukai segala hal tentang musik, Anime, Korean Culture dan kucing.
5 Desember 2022 22:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aisyah Fitri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Novel "Alegori Valerie" karya Aya Widjaja, sumber hak milik pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Novel "Alegori Valerie" karya Aya Widjaja, sumber hak milik pribadi.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Judul buku : Alegori Valerie
Penulis : Aya Widjaja
ADVERTISEMENT
Penerbit : Noura Books (PT Mizan Publika)
Cetakan : I, November 2021
ISBN : 978-623-242-286-5
Dimensi (P/L/T) : 14 cm/ 21 cm/ 0 cm
Tebal buku : 244
Harga Buku : Rp 54.400
Eksistensi novel urban thriller di Indonesia nampaknya masih sedikit keberadaannya. Urutan teratas novel paling diminati pembaca terkhususnya remaja masih diduduki novel bergenre romance. Tahun 2021 lalu, Aya Widjaja, salah satu novelis Indonesia baru saja meluncurkan novel genre urban thriller di tengah badai novel genre romance. Novelnya yang berjudul Alegori Valerie menjadi novel urban thriller pertamanya. Meskipun demikian, novel tersebut mendapat sambutan baik dari para pembaca.
ADVERTISEMENT
Novel Alegori Valerie bercerita mengenai kehidupan kelam seorang gadis bernama Valerie yang terjerat tuduhan palsu dalam kasus pembunuhan. Ia divonis tujuh tahun penjara di umur 13 tahun atas kasus pembunuhan terhadap 3 orang yang salah satunya merupakan ayahnya. Ayahnya dibunuh sekelompok geng mafia, namun vonis menyatakan bahwa Valerie lah yang membunuhnya. Sementara itu, pelaku sebenarnya bebas dari tersangka dan justru dihadirkan sebagai saksi kunci.
Setelah ibunya meninggal bunuh diri ketika Valerie berumur 10 tahun dan kini disusul ayahnya, penderitaan Valerie lengkap sudah. Hal-hal menyakitkan itulah yang membuat hati Valerie tertutup rapat dan hilang arah. Ia mencoba perlahan mengakhiri hidupnya dengan gaya hidup yang tidak sehat. Namun, takdir berkata lain.
ADVERTISEMENT
Suatu hari, ia bertemu dengan Haezel seorang mahasiswa jurusan sinematografi yang ingin mengabadikan kisah hidup Valerie ke dalam sebuah film. Haezel bersikeras ingin memfilmkan kisah hidup Valerie demi menuntut keadilan untuknya, karena Haezel yakin sosok di balik kamera lebih berkuasa daripada mereka yang memegang senjata. Haezel memberikan tujuan hidup baru untuk Valerie yaitu membalaskan dendamnya.
Cerita berakhir dengan happy ending, yakni Haezel sukses merampungkan film garapannya dan Valerie akhirnya mendapatkan keadilan. Film mereka berhasil masuk ke dalam nominasi Festival Film Nusantara. Impresi publik terhadap Valerie pun menjadi lebih baik setelah melihat ketidakadilan yang dialami Valerie sebagaimana yang diabadikan dalam film tersebut.
Bagi pecinta novel bertema aksi kriminal yang melibatkan organisasi rahasia dan mafia, novel ini sangat menarik untuk dibaca. Ketika membaca novel ini, pembaca akan dibuat seolah sedang menonton film action di layar kaca dengan adegan-adegan yang menegangkan. Adegan tembak-tembakan, perkelahian, pembunuhan, penculikan, pengkhianatan, serta adegan kejar-kejaran sangat mudah dibayangkan. Membuat kita seakan ikut bermain peran di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, alur awal cerita terasa lambat dan cenderung membosankan. Antagonis yang digambarkan memiliki latar belakang kejam, ditakuti, sadis, dan sulit dikalahkan di awal justru kehilangan kuasa dan dapat dikalahkan dengan mudah tanpa adanya perlawanan. Penulis juga berusaha membuat plot twist cerita tapi saat dibaca terasa kurang matang dan kurang memuaskan. Meskipun demikian, novel karya Aya Widjaja ini berhasil membawa imajinasi pembaca dalam setiap untaian kata yang ia tuliskan.
Berdasarkan novel ini, penulis menggambarkan kondisi zaman sekarang yang apa saja dapat dengan mudah disebarluaskan. Untuk menggaet simpati publik, nampaknya lebih mudah mendapatkannya melalui media massa seperti film dan sejenisnya. Begitu juga dengan mereka yang katanya memiliki tanggung jawab atas segala bentuk ketidakadilan. Ketika mereka tak ingin dipandang negatif oleh masyarakat, mereka akan terpaksa melaksanakan tugasnya dengan benar. Sebagaimana kutipan dalam novel tersebut, nyatanya sosok di belakang kamera lebih berkuasa daripada mereka yang memegang senjata.
ADVERTISEMENT
Dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, novel Alegori Valerie ini menjadi refleksi hukum Indonesia yang tumpul. Kasus-kasus besar dipandang sepele, namun sebaliknya, kasus kecil justru dibesar-besarkan. Bukan hal baru jika banyak orang berspekulasi bahwa kemenangan hanya dimiliki mereka yang mempunyai kekuasaan, yang mempunyai uang banyak, dan yang mempunyai pengaruh besar. Walaupun aturan negara dilanggar, hidup mereka tetap aman. Disinilah keadilan dipertanyakan.
Meskipun tidak begitu dikenal, namun novel ini sangat layak direkomendasikan kepada teman. Penasaran dengan petualangan seru mereka? Segera baca bukunya. Jangan sampai kelewatan. Selamat membaca!
Aisyah Fitri
Mahasiswi UIN Raden Mas Said Surakarta