Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Pola Asuh Otoriter: Anak Berisiko Menjadi Pelaku Bullying
17 Desember 2022 21:00 WIB
Tulisan dari Aisyah Rachmadini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Orang tua tentu menginginkan yang terbaik bagi anak, bukan? Untuk menjadi orang tua yang baik, tentunya harus dimulai dari hal yang mendasar terlebih dahulu, contohnya memilih pola asuh yang baik dan memberikan dampak positif bagi anak. Orang tua merupakan sarana pendidikan pertama bagi anak-anaknya. Pemilihan pola asuh dianggap penting karena akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang dan perilaku anak ke depannya. Apabila kita salah memilih pola asuh terhadap anak, bukan tidak mungkin anak akan menyerap dampak negatif yang diterima melalui pola asuh tersebut.
ADVERTISEMENT
Pola pengasuhan memiliki tiga jenis, yaitu pola pengasuhan otoriter, demokratis, dan permisif. Masing-masing pola pengasuhan tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri.
Pernah mendengar orang tua yang mendidik anaknya menggunakan kekerasan? Pola asuh tersebut merupakan pola asuh yang tidak baik karena anak akan merasa tertekan dan akan meemberi dampak negatif sebagai akibat dari pola asuh tersebut. Pola asuh tersebut termasuk ke dalam jenis pola asuh otoriter.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pola asuh otoriter, simak tulisan di bawah ini, yuk!
Apa Itu Pola Asuh Otoriter?
Pola asuh otoriter merupakan pola asuh yang terbilang ketat. Para orang tua menuntut anak-anak mereka untuk mengikuti keinginan mereka. Jika anak-anak mereka tidak bertindak sesuai harapan orang tua, para orang tua dengan pola asuh otoriter ini tidak akan segan menghukum anak-anak mereka. Orang tua pada pola asuh ini cenderung tidak memiliki rasa simpati dan bersifat memaksa terhadap anak-anak mereka.
ADVERTISEMENT
Pola asuh otoriter adalah pola asuh di mana orang tua cenderung mengandalkan kekuasaan dibandingkan alasan menegakkan tuntutan, menciptakan disiplin yang tinggi dan tindakan pengasuhan yang rendah, menilai kepatuhan sebagai suatu kebaikan, mendukung adanya hukuman sebagai usaha menegakkan tuntutan kedua orang tua, tidak memberikan dorongan dan penerimaan secara verbal, serta menganggap bahwa keputusan mereka bersifat final (Baumrind, 1971, dalam Lagacé-Séguin dan d’entremont, 2006).
Bagaimana? Melalui pengertian tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pola asuh tersebut memaksakan kehendak orang tua terhadap anak. Hal tersebut tentunya akan berdampak buruk bagi anak. Untuk menghindari hal tersebut, mari simak penjelasan di bawah ini agar dapat mengetahui ciri-ciri dari pola asuh otoriter!
Ciri-ciri Pola Asuh Otoriter
ADVERTISEMENT
Terkadang, masih terdapat orang tua yang belum menyadari bahwa pola asuh mereka merupakan pola asuh otoriter dan berdampak buruk bagi anak. Masih banyak orang tua yang mengasuh anak mereka dengan mengharuskan anak-anak mereka mengikuti keinginan orang tua dan akan menghukumnya apabila tidak sesuai keinginan. Hurlock (1993) menjelaskan bahwa ciri-ciri pola asuh otoriter pada gaya asuhan adalah sebagai berikut:
1. Anak Harus Patuh pada Keinginan Orang Tua
Orang tua dengan pola asuh otoriter akan menuntut anak-anak mereka untuk mengikuti ketetapan yang telah mereka buat. Anak tidak diberi kebebasan untuk mengutarakan hal-hal yang mereka ingin lakukan. Orang tua yang otoriter tidak akan mengizinkan anak mereka berpendapat. Mereka lebih memilih untuk memerintahkan anak melakukan keinginan mereka.
ADVERTISEMENT
2. Orang Tua Selalu Mengontrol Perilaku Anak
Karena anak harus selalu patuh terhadap perintah orang tua, tentunya perilaku mereka juga dikontrol oleh para orang tua otoriter. Anak harus seperti ini dan seperti itu adalah bentuk kontrol dari orang tuanya. Perilaku mereka akan dikendalikan oleh hal-hal yang diinginkan oleh orang tua mereka. Anak akan menjadi ‘boneka’ bagi orang tua mereka.
3. Sering Memberikan Hukuman Fisik
Apabila anak dari orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter tidak mencapai standar yang ditentukan oleh orang tua atau mereka tidak mematuhi orang tua, mereka akan mendapat hukuman fisik. Selain hukuman fisik, terdapat pula orang tua yang memarahi anak-anak menggunakan kata-kata kasar.
4. Jarang Memberikan Apresiasi
ADVERTISEMENT
Meskipun anak telah mencapai standar yang ditetapkan oleh orang tua, orang tua otoriter jarang memberikan apresiasi kepada anak. Mereka jarang memberikan pujian atau hadiah kepada sang anak. Bahkan, terdapat orang tua yang tidak pernah puas terhadap pencapaian anak-anak mereka dan terus menuntut anak melakukan lebih.
5. Kurang Terdapat Komunikasi
Orang tua yang otoriter tidak pernah menanyakan pendapat atau keinginan anak mereka. Mereka cenderung menetapkan hal-hal yang harus anak mereka lakukan dan membuat anak mereka mematuhi aturan-aturan yang telah mereka buat. Hal tersebut merupakan komunikasi satu arah karena orang tua hanya ingin anak mengikuti keinginan mereka dan tidak ingin mendengarkan keinginan anak mereka.
Berdasarkan ciri-ciri di atas, dapat kita ketahui bahwa pola asuh otoriter menempatkan orang tua pada tingkat tertinggi dan anak harus mematuhi semua keinginan mereka, padahal seharusnya orang tua dan anak-anak dapat berjalan berdampingan, orang tua mengayomi anak sambil menggenggam tangan anak tanpa harus berjalan terlebih dahulu dan memaksa anak untuk mengikutinya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana? Adakah ciri di atas yang telah Anda rasakan?
Hubungan Pola Asuh Otoriter terhadap Perilaku Bullying
Dari pola asuh otoriter yang diterapkan oleh orang tua akan memunculkan dampak bagi anak-anak mereka. Seperti yang telah kita ketahui di atas, pola asuh otoriter memberlakukan banyak aturan dan hukuman. Anak dengan pola asuh demikian akan menunjukkan pola perilaku yang sama apabila berhadapan dengan orang lain yang lebih lemah daripada mereka. Hal tersebut akan mendorong anak untuk melalukan perilaku bullying.
Dikutip dari penelitian oleh Ningrum dkk (2016), pola asuh otoriter dapat mengarahkan anak pada perilaku bullying. Hal ini dibuktikan melalui beberapa penelitian. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi anak dalam berperilaku anti sosial yang dapat menyebabkan perilaku bullying, yaitu hubungan orang tua dengan anak yang renggang, toleransi orang tua terhadap perilaku agresif yang dilakukan anak, dan orang tua menerapkan pola asuh yang agresif terhadap anak.
ADVERTISEMENT
Bagaimana? Sudah memahami pola asuh otoriter? Tentunya setiap pola pengasuhan memiliki sisi positif dan negatif yang berbeda-beda. Oleh karenanya, sebagai orang tua dan juga calon orang tua, kita harus memilih pola asuh yang baik dan minim dampak negatif, juga lebih berdampak positif.
Live Update
Gedung Glodok Plaza yang terletak di Jalan Mangga Besar II Glodok Plaza, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, terbakar, pada Rabu (15/1) malam. Kebakaran dilaporkan terjadi pada pukul 21.30 WIB. Api diduga bersumber dari lantai 7.
Updated 16 Januari 2025, 0:59 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini