Kapal Van der Wijck: Nelangsa yang Kini Berpotensi Wisata

Muhammad Akhtar
Mahasiswa merangkap reporter pers mahasiswa yang sedang mengambil studi Universitas Indonesia, jurusan Arkeologi tingkat satu.
Konten dari Pengguna
3 Februari 2022 12:46 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Akhtar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
                                      Ilustrasi Van Der Wijck. Foto: Milik Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Van Der Wijck. Foto: Milik Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
“Hamka bersamaan dengan gubahannya tentang Van der Wijck
ADVERTISEMENT
telah membawa kita kepada pengimajinasian yang megah,
dan memang pada kenyataannya Van der Wijck sampai
saat ini masih menyimpan nilai yang sama dan masih
dapat kita manfaatkan kemegahannya”
Setelah karam dan mengilhami Hamka untuk menulis sebuah novel melegenda yang bertajuk “Tenggelamnya Kapal Van der Wijck”, akhirnya selama hampir 85 tahun lamanya ada "gebrakan" dari para arkeolog mengenai keberadaan dari Kapal Van der Wijck. Tak ayalnya romansa Hayati dan Zainudin yang kekekalan cintanya dipisahkan oleh adat istiadat, Van der Wijck pada kenyataannya juga harus merelakan nama besarnya sebagai kapal komersial yang terbilang mewah pada zaman tersebut untuk ikut terpisahkan dengan daratan karena pada 22 Oktober 1936, Van der Wijck bersamaan dengan 100 penumpang yang turut berada di dalamnya harus karam di perairan Lamongan, Jawa Timur, sebelum bisa menuntaskan perjalanan awalnya, yaitu dari Surabaya menuju Semarang.
ADVERTISEMENT
Menurut BPCB Jawa Timur, bangkai kapal yang diduga sebagai Van der Wijck ini ditemukan di kedalaman 55 meter di bawah permukaan laut, dengan kondisi lambung kapal miring dan cerobong asap yang menghadap ke barat laut, dikatakan sebab musabab kapal tersebut hingga bisa karam di lepas Pantai Lamongan, dikutip dari surat kabar sezaman yang terbit di Australia, Queenslander, kapal tersebut miring secara tiba-tiba ketika berada sejauh 54 km dari Kota Surabaya pada pukul 21.00 malam. Proses evakuasi korban pun dikatakan menurut keterangan warga setempat menggunakan bantuan para nelayan, angkatan laut Belanda, dan para warga setempat.
Kini para arkeolog memiliki tantangan untuk menyelamatkan bangkai kapal yang diduga sebagai Van der Wijck tersebut, sebab permukaan kapal sudah mulai ditutupi oleh sedimentasi tanah bawah laut dan tantangan arus laut Jawa yang tidak menentu. Beberapa bulan ke depan menjadi kunci bagi perkembangan ekskavasi bawah laut yang tengah dilakukan oleh BPCB Jawa Timur untuk bisa mengangkat sisa-sisa tinggalan yang nantinya akan sangat berguna baik untuk dunia akademisi ataupun dunia pariwisata.
ADVERTISEMENT
Memanfaatkan Keeksotisan Van Der Wijck
Berbicara mengenai pariwisata, daya tarik dari Van der Wijck merupakan suatu hal yang bisa dikatakan "magis". Popularitas novel dan film “Tenggelamnya Kapal Van der Wijck” menjadi tonggak utama dalam memasarkan daerah Kabupaten Lamongan, dengan adanya temuan “Titanic-nya Indonesia” ini tentunya bisa secara berkala meningkatkan pemasukan daerah dalam sektor pariwisata. Pembangunan museum adalah awal yang baik dalam hal mengkonservasi dan ‘menjual’ sisa-sisa dari Van der Wijck, selanjutnya wisata snorkeling dan suvenir hanya tinggal melakukan bagiannya dalam menghidupkan sisi entertainment dari Pantai Brondong dan wilayah di sekitarnya.
Pada tahun 2015 silam, Irlandia telah membuka museum yang bertemakan kapal Titanic. Hal ini dapat menjadi contoh real dan menjadi patokan kita dalam hal memanfaatkan pamor Kapal Van der Wijck. Museum yang bernama Titanic Belfast ini setiap tahunnya mendatangkan turis dalam jumlah yang besar bagi Kota Belfast, Irlandia. Tentunya dengan berkiblat kepada museum yang telah kita bicarakan di atas, pembangunan Museum Kapal Van der Wijck bisa menjadi opsi yang menjanjikan dalam upaya mengembangkan sektor pariwisata berbasis temuan arkeologi bawah laut.
ADVERTISEMENT
Untuk mewujudkan visi tersebut, dalam waktu dekat para arkeolog akan melakukan ekskavasi dan survei bawah laut dengan menggunakan sonar untuk menentukan keletakannya secara pasti dan melakukan pemotretan badan kapal untuk nantinya akan dikomparasikan dengan foto asli dari Kapal Van der Wijck sebagai upaya untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal para arkeolog. Ke depannya, kita hanya bisa berharap agar temuan-temuan tersebut bisa menjadi tonggak awal dalam menjadikan kawasan Pantai Brondong, Lamongan, sebagai ikon wisata arkeologi maritim di Indonesia.
Daftar Referensi
Hamka, B. (1938). Tenggelamnya Kapal Van der Wijck. Bulan Bintang.
Priyambodo, U. (2021, Oktober 27). 'Ditemukannya' Kapal Van der Wijck yang Hilang Selama 85 Tahun. nationalgeographic.grid.id. https://nationalgeographic.grid.id/read/132954535/ditemukannya-kapal-van-der-wijck-yang-hilang-selama-85-tahun?page=all
Titanic Belfast Museum. (n.d.). LEARNING AT TITANIC BELFAST. titanicbelfast. www.titanicbelfast.com
ADVERTISEMENT