Keterbatasan di Masa Pandemi: Akrabkan Anak Pada Kebersyukuran

Ajeng Pertiwi Rahmawati
Mahasiswi Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prodi. Interdisciplinary Islamic Studies Konsentrasi Psikologi Pendidikan Islam
Konten dari Pengguna
18 Januari 2021 17:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ajeng Pertiwi Rahmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kegiatan di masa Pandemi yang dapat disyukuri: mencoba hal baru sederhana
zoom-in-whitePerbesar
Kegiatan di masa Pandemi yang dapat disyukuri: mencoba hal baru sederhana
ADVERTISEMENT
Sejak kemunculan Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 pada tanggal 31 Desember 2019 tentu membawa dampak yang besar. Terlebih setelah ditetapkannya wabah ini menjadi Pandemi Global oleh World Health Organization dan juga penetapan status Bencana Nasional oleh Presiden melalui Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo di Gedung BNPB, sepuluh bulan silam. Dampak terasa dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk pada sistem pendidikan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Hal itu tentu juga berpengaruh pada sistem pendidikan di Indonesia. Sudah hampir menginjak satu tahun aktivitas pembelajaran sekolah dilakukan secara daring. Walaupun telah keluarnya Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun Akademik 2020/2021 di Masa Pandemi Covid-19 yang menyatakan bahwa diperbolehkannya kegiatan pembelajaran tatap muka dengan syarat. Namun, sebagian besar sekolah di Indonesia tetap melakukan pembelajaran jarak jauh dengan belajar dari rumah.
Tak hanya itu, ekplorasi ruang gerak pun menjadi terbatas ketika adanya pandemi. Berlakunya batas jam operasional tempat dan fasilitas umum juga berlakunya protokol kesehatan yang ketat. Sehingga dengan keterbatasan yang ada, ia menjadi sosok yang mengundang kejenuhan. Terlebih bagi para siswa yang harus tetap melakukan kegiatan belajar namun terbatasnya akses untuk bermain dan refreshing. Maka hal ini menjadi sebuah perhatian demi terjaganya semangat belajar dan kesehatan psikologis anak.
ADVERTISEMENT
Look at the bright side
Dengan begitu, mari kita mencoba menyikapi keterbatasan yang ada dengan kaca mata psikologi positif yang fokus pada kekuatan dan kehidupan yang positif. Salah satu nilai dalam value in action yang disusun oleh Peterson dan Seligman adalah nilai transcendence, sebuah kekuatan untuk menjalin relasi dengan sesuatu yang lebih besar dan mendapatkan makna. Dalam nilai transcendence salah satu karakteristiknya yaitu gratitude atau kebersyukuran.
Seligman dan Peterson mendefinisikan syukur sebagai berterima kasih atas segala kebaikan dan menyediakan waktu untuk mengekspresikannya. Sedangkan dalam Islam, Al-Ghazali menyebutkan bahwa kebersyukuran ialah mengetahui akan nikmat yang didapatkan adalah datang dari Allah, merasa gembira karena mendapatkan nikmat dan menggunakan nikmat yang didapatkn untuk tujuan yang ditentukan dan disenangi oleh Sang Pemberi Nikmat.
ADVERTISEMENT
Dalam penelitian yang disampaikan Mc-Cullough menunjukan bahwa, dibandingkan dengan orang yang kurang bersyukur, orang yang bersyukur melaporkan mengalami kebahagiaan yang lebih besar, harapan, kebanggaan, suasana hati positif, optimisme, kepuasan hidup, vitalitas, religiusitas dan spiritualitas, dan mereka juga cenderung melaporkan lebih sedikit depresi dan iri hati.
Sehingga lebih lanjutnya Al-Ghazali memaparkan mengenai aspek kebersyukuran. Aspek tersebut adalah sebagai berikut.
a. Ilmu. Dengan mengetahui nikmat apa yang didapatkan, mengetahui fungsi ataupun tujuan nikmat itu bagi diri yang mendapat nikmat, mengetahui dan mengenal tentang yang memberi nikmat yaitu Allah, juga mengetahui bahwa semua nikmat yang didapatkan adalah dari Allah.
b. Spiritual. Dengan merasa gembira kepada pemberi nikmat, yang disertai dengan sikap tunduk dan rendah hati.
ADVERTISEMENT
c. Amal perbuatan:
• Hati. Dengan melakukan setiap perbuatan bermaksud untuk kebaikan dan menyembunyikan maksud tersebut dari semua orang.
• Lisan. Dengan menampakkan rasa syukur kepada Allah dengan mengucapkan pujian-pujian.
• Anggota badan. Dengan mempergunakan nikmat Allah sebagai sarana dalam mentaati-Nya dan tidak menggunakan sebagai sarana bermaksiat kepada-Nya.
Latihan Syukur
Maka dalam menciptakan keakraban anak dengan kebersyukuran tentu perlu adanya proses pembiasaan dan latihan sejak dini. Secara spesifik orangtua memiliki peran dalam memberikan contoh mengamalkan karakter syukur tersebut. Disamping itu, orangtua dapat memperkenalkan latihan syukur pada anak, salah satunya dengan cara yang diungkapkan oleh Wilson. Latihan ini dengan sederhana dapat dilakukan melalui empat cara seperti berikut.
ADVERTISEMENT
1. Anak membuat jurnal syukur dengan mengidentifikasi dan mencatat 3–5 kejadian atau peristiwa khusus setiap hari atau setiap minggu. Dengan menuliskannya anak dapat mengetahui, ternyata dalam keterbatasan ini selalu saja ada yang dapat disyukuri.
2. Anak membuat surat terima kasih. Pelatihan ini anak diminta untuk memilih seseorang untuk diucapkan terima kasih dan kemudian menulis surat untuk orang itu yang mengungkapkan ucapan terima kasih khusus tersebut, dengan cara yang sederhana dan sebab yang sederhana pula. Contohnya, orangtua dapat memulai dari diri sendiri dengan mengirim surat kepada anak yang berisikan ucapan terima kasih karena telah membereskan mainan dan membantu menjaga adik.
3. Anak diajak berdialog dengan topik mengenai pensyukuran. Ketika seseorang dengan sengaja terlibat dalam percakapan dengan orang lain tentang peristiwa, pengalaman, atau hasil positif itu terjadi setiap hari, dengan mengungkapkan rasa syukur tentang peristiwa. Hal ini dapat dilakukan malam hari sebelum tidur, dengan mengulas kembali apa yang telah dialami satu hari penuh dan menyadari berapa banyak nikmat yang telah didapat.
ADVERTISEMENT
4. Terakhir, pengawasan yaitu mengevaluasi kembali sikap diri secara jujur terhadap rasa benci dan rasa syukur.
Nah dengan begitu, rutinitas sehari-hari yang sebelumnya dirasa biasa saja dengan pensyukuran dapat mengundang pemaknaan yang berbeda. Sehingga dengan menyadari berkah yang didapat oleh anak setiap hari baik itu melalui manusia, alam, peristiwa-peristiwa hidup dan lain sebagainya, mampu membuat anak merasa harinya lebih berwarna dan lebih bahagia. Juga, jika latihan syukur dibiasakan setiap hari, akan tercipta mental positif yang akan memberikan dampak yang besar bagi kepribadian anak. Sebab, mental positif dalam hal ini syukur, bisa menjadi karakter yang melekat dalam setiap individu. Lebih jauhnya anak akan selalu mengingat pada Sang Pemberi Nikmat.
ADVERTISEMENT
Wilson juga menyampaikan bahwa dalam penelitiannya, praktik syukur mampu meningkatkan sikap yang positif dan tenang, mengurangi stress pada seseorang, fokus dalam belajar, serta sikap yang lebih positif dalam melihat tantangan. Juga selain itu Watskin mengungkapkan pula bahwa seseorang yang melakukan praktik syukur dengan menceritakan berkah setiap hari, melatih otak terbiasa secara kognitif dan memperkuat kebaikan dalam hidupnya. Maka besar harapan, latihan syukur ini bermanfaat sebagai modal untuk dapat menghadapi segala keterbatasan dan ketidakpastian masa Pandemi Covid-19, karena sejatinya manusia memiliki pilihan dan kebebasan untuk merespon apa-apa yang terjadi pada dirinya.