Konten dari Pengguna

Gender Lebih dari Sekedar Biologi, Bagaimana Bisa?

Ajeng Retno Kustianingrum
S.Pd. Biologi UMSurabaya
2 November 2024 17:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ajeng Retno Kustianingrum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Konsep gender telah lama dipelajari dari sudut pandang genetika, hormon, dan anatomi. Kita tahu bahwa gen tertentu berperan dalam menentukan karakteristik fisik seperti bentuk tubuh, tinggi, dan bahkan kecenderungan biologis lainnya. Hormon seperti testosteron dan estrogen juga memainkan peran besar dalam perkembangan karakteristik seksual, seperti suara dan distribusi massa otot.Namun, sains modern menunjukkan bahwa gender jauh lebih kompleks daripada yang bisa dijelaskan oleh biologi saja. Meski kromosom dan hormon memiliki pengaruh besar pada karakteristik tubuh, penelitian menemukan bahwa identitas gender seseorang sering kali tak bisa dirangkum hanya berdasarkan aspek biologis.
Ilustrasi Genetika dalam tubuh sumber shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Genetika dalam tubuh sumber shutterstock
Faktor psikososial dan lingkungan memiliki dampak besar dalam membentuk pengalaman dan ekspresi gender seseorang. Identitas gender terbentuk melalui interaksi antara pengalaman hidup, faktor budaya, serta pemahaman pribadi seseorang tentang dirinya sendiri. Masing-masing aspek ini berkontribusi secara unik, membentuk persepsi dan ekspresi gender seseorang dengan cara yang lebih dalam daripada faktor biologis saja. Berikut merupakan beberapa hal yang mempengaruhi gender
ADVERTISEMENT
1. Pengalaman Hidup
Setiap individu mengalami hal-hal berbeda dalam hidup yang dapat memengaruhi cara mereka melihat dan merasakan gender mereka. Interaksi dengan keluarga, teman, serta lingkungan sosial berperan dalam membentuk pemahaman tentang apa artinya menjadi laki-laki, perempuan, atau gender lainnya. Misalnya, anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang sangat terbuka terhadap beragam ekspresi gender mungkin lebih bebas untuk mengeksplorasi identitas gender mereka dibandingkan mereka yang tumbuh di lingkungan yang lebih konvensional.
2. Faktor Budaya
Budaya memainkan peran besar dalam membentuk konsep gender yang dimiliki seseorang. Setiap budaya memiliki pandangan, norma, dan ekspektasi tertentu mengenai bagaimana seseorang "seharusnya" mengekspresikan gender. Di beberapa budaya, konsep gender bisa sangat binari (terbagi antara laki-laki dan perempuan), sementara budaya lain mengakui lebih dari dua gender atau memiliki perspektif yang lebih fleksibel tentang ekspresi gender. Nilai-nilai budaya ini memberi “kerangka” yang membentuk persepsi individu tentang gender, yang dapat berinteraksi dan berubah seiring waktu.
Ilustrasi gender secara general sumber shutterstock
3. Pemahaman Pribadi
ADVERTISEMENT
Pemahaman pribadi adalah bagaimana seseorang merasakan, memahami, dan menerima diri mereka sendiri dalam konteks gender. Ini mencakup aspek-aspek internal, seperti kecenderungan emosional dan preferensi pribadi, yang tidak selalu sesuai dengan faktor biologis atau harapan budaya. Pemahaman ini sering kali diperoleh melalui refleksi diri dan bisa berkembang dari waktu ke waktu, seiring seseorang mempelajari lebih banyak tentang dirinya sendiri dan bagaimana mereka ingin mengekspresikan gender.
Dengan kata lain, identitas gender adalah hasil interaksi antara pengalaman hidup, pengaruh budaya, dan pemahaman individu. Identitas gender pun bersifat dinamis dan dapat terus berubah, seiring individu mendapatkan pengalaman dan perspektif baru yang memungkinkan mereka lebih memahami diri mereka sendiri secara autentik. Jadi, meskipun biologi memainkan peran dalam perkembangan gender, identitas gender melampaui sekadar gen dan hormon. Gender adalah pengalaman pribadi dan sosial yang unik, dan dunia sains kini semakin memahami bahwa faktor biologis hanyalah satu bagian dari keseluruhan yang jauh lebih luas.
ADVERTISEMENT