Relevansi Genetika dalam Budaya Sastra

Ajeng Retno Kustianingrum
S.Pd. Biologi UMSurabaya
Konten dari Pengguna
10 Januari 2024 11:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ajeng Retno Kustianingrum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Keanekaragaman budaya yang ada di sekitar kita tentu tidak berjalan dengan tidak sengaja, namun ada beberapa factor yang melatarbelakangi hal tersebut. Salah satu nya factor genetic atau yang sering kita sebut dengan “keturunan”. Apabila berbicara mengenai keanekaragaman yang ada di Indonesia, maka DNA lah yang menjadi jawabannya karena DNA manusia membawa sejarah evolusi karena mengandung informasi genetic dan terjemahannya. kenaekaragaman tersebut berpengaruh dalam budaya sastra yang ada di Indonesia dan berkembang sampai sekarang.
Ilustrasi keanekaragaman yang disebabkan oleh genetika. Sumber: Shutterstock
Menyoal relevansi genetic dan budaya sastra, dapat kita temui dalam peribahasa yang sering diucapkan dan dipercaya oleh Masyarakat. peribahasa tersebut menyiratkan adanya pewarisan sifat antara anak dan orang tua nya.
ADVERTISEMENT
Berikut contoh peribahasa yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari:
1. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, peribahasa tersebut sering diartikan bahwa fisik, sifat dan perilaku anak tidak akan jauh berbeda dengan apa yang dimiliki oleh orang tua.
2. Kacang ora ninggal lanjaran, artinya sifat seseorang tidak jauh beda dengan asalnya (maksudnya orang tua).
3. Air cucuran jatuhnya ke pelimbahan juga, peribahasa tersebut mengartikan bahwa tingkah laku seorang anak meniru tingkah laku orang tua nya.
Ilustrasi warna mata yang diturunkan orang tua. Sumber: Shutterstock
Peribahasa di atas menunjukkan bahwa Masyarakat sudah lama mengetahui bahwa ada sifat-sifat yang diturunkan oleh orang tua kepada anak nya meskipun mereka belum belajar mengenai ilmu genetika. Bahkan, dalam ungkapan yang menggunakan Bahasa jawa terdapat aturan dalam memilih jodoh sebagai bentuk seleksi genetic, yaitu bibit, bobot dan bebet. Ungkapan tersebut diartikan apabila ingin memiliki jodoh yang baik harus dilihat dari bibit yang menunjukkan pada benih atau sifat genetika orang tua nya, sedangkan bobot berarti harta dan bebet berarti kedudukan. Hal tersebut sering dilakukan oleh Masyarakat untuk memilih jodoh yang baik dan bisa jadi bertujuan untuk seleksi genetic bagi masa depan keluarga nya.
ADVERTISEMENT