Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Matematika dalam Perspektif Nilai-nilai Keislaman
18 April 2022 19:01 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari AJENG SEKAR PROBOWATI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Konsep matematika terdiri dari suatu logika yang dibangun atas konsep yang konsisten. Pada konsep logika matematika, suatu proses penarikan kesimpulan diambil berdasarkan suatu fakta dan kemudian dijadikan sebagai sebuah rujukan untuk mengambil keputusan. Konsep ini dapat diintegrasikan pada nilai-nilai keislaman jika konsep logika tidak menyimpang dari ajaran agama Islam.
ADVERTISEMENT
Matematika mempunyai dampak positif yaitu sikap terpuji yang utamanya berasal dari nilai-nilai keislaman. Adapun sikap terpuji tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama. Perlunya perilaku jujur dalam proses penyelesaian matematika karena matematika dibangun atas sebuah definisi, aksioma, maupun sebuah teorema sehingga harus memiliki kebenaran yang berlaku umum. Misalkan, jika saya rajin belajar maka saya pandai, jika saya pandai maka saya lulus ujian, sehingga dapat disimpulkan bahwa jika saya rajin belajar maka saya lulus ujian. Jika suatu kesimpulan dari penyelesaian matematika tidak sesuai maka hal tersebut menggambarkan sebuah ketidakjujuran dalam penarikan kesimpulan sesuai aturan silogisme.
Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang sangat menekankan pada perilaku jujur sesuai hadis yang diriwayatkan oleh 'Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu anhu. Dalam hadis tersebut Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam memerintahkan umatnya untuk berlaku jujur dalam perkataan, perbuatan, maupun dalam semua perkara. Jujur itu berarti bertindak sesuai dengan apa yang dipikirkan dan berkata sesuai dengan apa yang diucapkan. Berperilaku jujur dapat membawa kepada kebaikan yang nantinya berimplikasi mengantarkan seseorang ke surga.
ADVERTISEMENT
Kedua. Konsep matematika dibangun berdasarkan suatu definisi, kemudian aksioma, dan teorema. Misalkan, dalam pembuktian rumus lingkaran maka dapat dilakukan dengan memotong-motong lingkaran tersebut sehingga menjadi juring-juring, kemudian membentuk potongan tersebut menjadi sebuah bangun datar yang lain. Biasanya bangun datar yang dibentuk adalah persegi panjang.
Demikian halnya dengan agama Islam bahwa suatu kebenaran terbangun berdasarkan sumber pangkal, yaitu Al-quran dan hadis. Mentaati Allah SWT dengan mengikuti Al-quran dan mengikuti Rasulullah Muhammad SAW dengan mengamalkan ajarannya. Manusia melakukan segala sesuatu pastinya sesuai dengan aturan dan tentunya juga tidak bertentangan dengan ajaran agama.
Ketiga. Setiap permasalahan pada matematika pasti memiliki solusi, tidak sedikit banyak yang merasa putus asa dalam proses pencarian penyelesaian permasalahan tersebut. Tentu apabila kita tekun dalam memecahkan masalah matematika, pasti akan memperoleh jalan keluar pada akhirnya. Misalkan, dalam membuktikan teorema limit maka yang diperlukan adalah ketekunan dan semangat pantang menyerah.
ADVERTISEMENT
Ajaran Islam tentu juga menganjurkan sikap pantang menyerah agar tidak mudah putus asa dalam melakukan sesuatu. Hal tersebut dijelaskan dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 286, dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT tidak akan membebani seseorang kecuali dengan sesuatu yang sanggup dilakukannya, karena agama Islam dibangun atas asas sebuah kemudahan sehingga tidak ada sesuatu yang memberatkan di dalamnya. Kebanyakan orang saat dihadapkan pada sebuah kesulitan, mereka berhenti dan menyerah. Padahal, bersama kesulitan itu adalah kemudahan.