Konten dari Pengguna

APRA: Si Pahlawan Ramalan

Ajeng Sugesti
Mahasiswa Jurusan Sejarah, UNNES
24 Maret 2022 14:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ajeng Sugesti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ramalan yang pernah disampaikan oleh Jayabaya banyak dipercaya oleh masyarakat di Nusantara kala itu. Ramalan itu mendorong terbentuknya suatu gerakan yang diberinama APRA (Angkatan Perang Ratu Adil). APRA muncul pada tahun 1950 yang dipimpin oleh Raymond Westerling, seorang mantan kapten di tentara Hindia Timur (KNIL). Di sisi lain, gerakan ini memiliki tujuan untuk mempertahankan berdirinya Negara Pasundan dan APRA merupakan tentara dari Negara Pasundan.
APRA membawa 800 personil yang berangkat pada 23 Januari 1950 dan datang menyerbu Bandung. Mereka membantai para anggota TNI yang dijumpai dan banyak korban berjatuhan akibat peristiwa ini. Pemerintah RIS yang kala itu mendengar beritanya, segera mengirimkan pasukan untuk membantu di Bandung. Personil APRA sekitar 300 orang dipersenjatai lengkap.
ADVERTISEMENT
Gambar 1. Pasukan APRA yang menuju Bandung Tahun 1950 (Sumber: perpusnas.go.id)
Tak lama setelah peristiwa itu, diadakan perundingan antara Perdana Menteri RIS dan Komisaris Tinggi Belanda. Kepala Staf Divisi Siliwangi Letnan Kolonel Eri Sudewo yang berada di Bandung datang menemui Panglima Divisi Tentara Belanda, Mayor Jendral Engels untuk membicarakan permasalahan yang terjadi. Berdasarkan perundingan tersebut, APRA didesak untuk segera pergi menjauh dari Bandung. Akhirnya APRA mundur dan menyebar ke berbagai tempat, namun masih terus dikejar oleh Tentara APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat). Berkat bantuan penduduk lokal, pecahan APRA dapat dilumpuhkan.
Pihak mana yang sebenarnya ada dan mendukung gerakan ini. Diketahui, APRA ternyata juga diarahkan menuju ke Jakarta. Gerakan APRA ternyata memperoleh dukungan dari Sultan Hamid II. Sayangnya, APRIS yang sigap dapat menggagalkan usaha APRA di Jakarta. Pada tanggal 22 Februari 1950 Westerling melarikan diri ke luar negeri menggunakan pesawat bernama "Catalina" dan Sultan Hamid II harus mendekap di bui pada 4 April 1950. Pada kenyataannya, APRA bukanlah Ratu Adil yang dimaksud dalam ramalan Jayabaya. Gerakan itu hanya memanfaatkan ramalan demi melancarkan tujuan mereka.
ADVERTISEMENT