Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Inner Child dan Aku, Kami Tetap Hidup
4 Desember 2022 17:35 WIB
Tulisan dari Aji Fariyanti Raya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kamu punya inner child. Aku pun memilikinya. Kita semua punya. Apa itu inner child? Mungkin kamu sudah pernah mendengar kata kata inner child dari media sosial. Menurut Assagioli, inner child adalah psikosintesis yang dialami oleh manusia di umur berapa saja, yang mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa yang lebih tua. Setiap perkembangan diri di umur berapa pun tidak tertinggal di belakang, alih-alih, ia membentuk sebagian kecil dari diri kita saat ini. Assagioli juga bependapat bahwa psikosintesis setiap umur dapat diraih dengan menjaga agar setiap aspek terbaik tetap hidup di setiap usia perkembangan.
ADVERTISEMENT
Inner child adalah bagian dari alam bawah sadar kita semua yang sudah menerima pesan sebelum kita dapat memproses apa yang sedang terjadi, secara mental maupun emosional. Inner child menyimpan emosi, ingatan, keyakinan, dari masa lalu dan harapan serta impian untuk masa depan. Lamagna pada tahun 2011 berpendapat bahwa sistem keterikatan internal mengoordinasikan aktivitasnya dengan cara yang paling baik untuk mengatur dan mempengaruhi pikiran, persepsi, dan perilaku kita saat ini. Lamagna juga berpendapat bahwa ingatan implisit ini juga mengatur kita berpersepsi tentang dunia dan cara hidup di dalamnya.
Memahami Inner Child
Setiap orang memiliki di dalam mereka, seorang anak, yang menyimpan masa lalunya dalam memorinya. Namun, saat ia sudah tumbuh besar, bagian itu masih sama seperti beberapa tahun yang lalu. Ia masih tersimpan dan ada tanpa ia sadari. Tidak semua orang mengenalinya, tidak semua orang juga menyadarinya. Beberapa orang menyadarinya namun hal itu mengingatkannya kepada masalah atau luka yang dapat merusak perasaannya. Menurut Kamus Cambridge, inner child adalah bagian dari kepribadian kita yang masih bereaksi dan merasa seperti anak kecil. Ia tidak tumbuh dewasa mengikuti umur kita. Friedrich Nietzsche pernah berkata “di setiap pria sejati, tersembunyi seorang anak yang ingin bermain.” Hal ini menggambarkan bahwa tidak hanya wanita yang memiliki inner child, akan tetapi lelaki pun sama.
ADVERTISEMENT
Anak di dalam diri kita bukanlah anak yang secara fisik benar benar ada (kecuali kita adalah ibu hamil, tetapi bukan itu maksudnya). Akan tetapi, ia hanyalah kepribadian kita. Kita memang berubah saat kita tumbuh dan berkembang. Akan tetapi, pikiran, ingatan, dan perasaan kita masih terhubung dengan masa lalu kita. Terkadang, inner child dapat mempengaruhi pemikiran, keputusan dalam menyelesaikan masalah, dan penentuan capaian yang akan kita ambil.
Mengenali Inner Child
Inner child kita adalah bagian yang mengingat bau manis ketika nenek membukakan kotak kue dengan ekspresi bangga di wajahnya.
Inner child kita mengingat perasaan kita yang dipenuhi dengan kegembiraan ketika melihat pertama kali sepeda hias bersama ayah kita setelah susah payah membuatnya untuk lomba sepeda hias saat 17 Agustus-an dan terlihat sepeda kita bagus bersama sepeda teman-teman kita.
ADVERTISEMENT
Inner child kita juga ingat merasa diundang ke pesta ulang tahun seorang teman dan merasa sangat bahagia dan percaya diri dengan baju bagus yang dibelikan ibu kita
Inner child kita juga yang merasakan asinnya air mata yang mengalir di pipi kita saat mama meninggalkan rumah dengan tergesa-gesa untuk pergi berpamitan dengan ayahnya yang sedang di antara hidup dan mati.
Inner child kita ingat diabaikan dan diintimidasi di kelas pada hari pertama sekolah.
Inner child kita hadir saat merasa iri dan sedih karena adik kita dibelikan barang yang kita inginkan, tetapi kita sndiri tidak dapat.
Inner child kita ingat merasa bodoh ketika kita tidak memiliki jawaban atas pertanyaan yang diberikan guru padahal pertanyaan itu tampaknya mudah.
ADVERTISEMENT
Inner child kita hadir saat kita memulai pekerjaan pertama kita, membuktikan kepada atasan bahwa kita bertanggung jawab dan mampu, dengan bangga.
Inner child kita ada di dalam diri kita ketika kita melakukan pencarian untuk menemukan cinta atau untuk menemukan kelompok sosial untuk menjadi anggota.
Inner child kita juga ada menjadi bagian yang terasa hancur dan terkhianati saat kita disakiti, diabaikan atau dibohongi, saat seseorang menyakiti atau mengkhianati kita.
Merangkul Inner Child
Begitu kita mengenali inner child kita, rangkullah ia. Ini adalah latihan yang sangat menyenangkan. Alih-alih melawan emosi kita, kita merawat diri kita sendiri. Beberapa menit pertama mengenali dan merangkul inner child kita dengan kelembutan akan membawa kelegaan. Perasaan yang sulit akan tetap ada, tetapi kita tidak akan terlalu menderita lagi.
ADVERTISEMENT
Setelah mengenali dan merangkul inner child kita, sebaiknya kita menenangkan dan meredakan emosi kita yang ada. Dengan memeluk inner child ini dengan lembut, kita menenangkan emosi kita yang sulit dan kita bisa mulai merasa nyaman. Saat kita merangkul emosi kita yang kuat dengan perhatian penuh dan konsentrasi, kita akan dapat melihat akar dari bentuk mental ini. Kita akan tahu dari mana penderitaan kita berasal. Ketika kita melihat akar dari segala sesuatu, penderitaan kita akan berkurang. Jadi taruhlah perhatian penuh untuk mengenali, merangkul, dan meredakan inner child kita.
Energi yang kita kerahkan penuh mengandung energi konsentrasi serta energi pandangan terang. Konsentrasi membantu kita fokus hanya pada satu hal. Dengan konsentrasi, energi melihat menjadi lebih kuat. Kita memiliki kekuatan untuk membebaskan inner child kita. Jika perhatian ada di sana, dan kita tahu bagaimana menjaganya agar tetap hidup.
ADVERTISEMENT
Jadi teman-teman, inner child kita akan selalu menemani kita di setiap umur, ia akan bertumbuh bersama diri kita. Jika ia terluka, akui dan maafkan keadaan. Peluk inner child diri kita sendiri karena ia lah yang telah menemani kita sejak kecil. Ia terluka bersama kita, ia gembira pun bersama kita. Hidup bersama pelan-pelan, asal selamat!
Referensi
https://www.betterhelp.com/advice/therapy/inner-child-what-is-it-what-happened-to-it-and-how-can-i-fix-it/
https://www.mindful.org/healing-the-child-within/
https://cptsdfoundation.org/2020/07/13/the-wounded-inner-child/