Terminologi Pendidikan didalam Al-Qur'an

Konten dari Pengguna
22 Agustus 2017 23:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aji Muttaqin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Rasulullah saw. bersabda bahwa “Semua manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, atau Nasrani, atau majusi. (HR. Bukhari)
ADVERTISEMENT
Maka untuk menjaga fitrah manusia tetap dalam tauhid dan karakter kebaikan maka Allah menurunkan risalahnya berupa Al-Quran dan juga Sunnah Rasul-Nya sebagai buku panduan untuk menjaga fitrah tersebut sekaligus mendidiknya dalam bingkai keimanan dan ketaqwaan yang sempurna.
Jika Al-Quran dan juga sunnah sudah dijadikan pedoman dalam mendidik, tidak diragukan lagi hasil didikan tersebut akan menuai kesuksesan sebagaimana kesuksesan Lukman dalam mendidik anak-anaknya yang secara gamblang Allah tegaskan dalam surat-Nya, surat Lukman.
Pendidikan merupakan satu dari pembahasan-pembahasan yang ada pada Al-Quran. Maka tepat sekali jika ayat yang pertama kali Allah turunkan kepada Nabi Muhammad saw. Adalah perintah untuk membaca. Di samping itu, dalam Al-Quran juga banyak sekali kisah tentang para nabi yang mendidik kaumnya, juga para ayah mendidik anak-anaknya sebagaimana Ibrahim mendidik Ismail, Ibrahim mendidik Ishaq, Ishaq mendidik Ya’kub, Ya’kub mendidik kedua belas anaknya termasuk di antaranya Yusuf AS. Tak luput pula, bagaimana Allah menerangkan tentang pendidikan yang diberikan oleh Maryam kepada anaknya Isa as. Juga Hajar kepada anaknya Ismail as.
ADVERTISEMENT
Istilah pendidikan bisa ditemukan dalam al-Qur’an dengan istilah ‘at-Tarbiyah’, ‘at-Ta’lim’, dan ‘at-Tadhib’, tetapi lebih banyak kita temukan dengan ungkapan kata ‘rabbi’, kata at-Tarbiyah adalah bentuk masdar dari fi’il madhi rabba , yang mempunyai pengertian yang sama dengan kata ‘rabb’ yang berarti nama Allah. Dalam al-Qur’an tidak ditemukan kata ‘at-Tarbiyah’, tetapi ada istilah yang senada dengan itu yaitu; ar-rabb, rabbayani, murabbi, rabbiyun, rabbani. Sebaiknya dalam hadis digunakan istilah rabbani. Semua fonem tersebut mempunyai konotasi makna yang berbeda-beda.
Untuk memperoleh pengertian yang tepat tentang pendidikan Islam, ada beberapa istilah dalam bahasa Arab yang dipergunakan untuk memberikan sebutan yang baku. Istilah-istilah tersebut adalah: Tarbiyah, Ta’lim, dan Ta’dib, riyadloh, irsyad, dan tadris. Dari masing-masing istilah tersebut memiliki keunikan makna tersendiri ketika sebagian atau semuanya disebut secara bersamaan. Namun, kesemuanya akan memiliki makna yang sama jika disebut salah satunya, sebab salah satu istilah itu sebenarnya mewakili istilah yang lain. Atas dasar itu, dalam beberapa buku pendidikan Islam, semua istilah itu digunakan secara bergantian dalam mewakili peristilahan pendidikan Islam.
ADVERTISEMENT
Dari beberapa istilah tertsebut term yang paling populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam ialah term al-Tarbiyah. Sedang term al-Ta’dib, al-Ta’lim, riyadloh, irsyad, dan tadris jarang sekali digunakan. Padahal istilah-istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam. Dari masing-masing istilah tersebut dalam hal-hal tertentu memiliki kesamaan makna. Namun secara esensial, setiap term memiliki perbedaan , baik secara tekstual maupun kontekstual.
Tarbiyah
Dalam leksikologi Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak ditemukan istilah al-tarbiyah, namun terdapat beberapa istilah kunci yang seakar dengannya, yaitu al-rabb, rabbayani, nurabbi, yurbi, dan rabbani. Dalam mu’jam bahasa arab, kata al-tarbiyah memiliki tiga akar kebahasaan, yaitu:
Rabba, yarbu, tarbiyah: yang memiliki makna “tumbuh” (zad) dan “berkembang” (nama). Pengertian ini juga didasarkan Q.S. ar-Rum ayat 39: “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah.” Artinya, pendidikan (tarbiyah) merupakan proses menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada pada peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial maupun spiritual.
ADVERTISEMENT
Rabba, yurbi, tarbiyah: yang memiliki makna tumbuh (nasya’a) dan menjadi besar atau dewasa (tara’ra’a). Artinya, pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha untuk menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual.
Rabba, yarubbu, tarbiyah: yang memiliki makna memperbaiki (ashlaha), menguasai urusan, memelihara dan merawat, memperindah, memberimakan, mengasuh, tuan, memiliki, mengatur dan menjaga kelestarian maupun eksistensinya. Artinya, pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha untuk memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengatur kehidupannya.
Menurut Abul A’la al-Maududi kata rabbun terdiri dari dua huruf “ra” dan “ba” tasydid yang merupakan pecahan dari kata tarbiyah yang berarti pendidikan, pengasuhan, dan sebagainya. Selain itu kata ini mencakup banyak arti seperti “kekuasaan, perlengkapan, pertanggung jawaban, perbaikan, penyempurnaan, dan lain-lain”. Kata ini juga merupakan predikat bagi suatu kebesaran, keagungan, kekuasaan, dan kepemimpinan. Berangkat dari pengertian tersebut maka tarbiyah didefinisikan sebagai proses bimbingan terhadap potensi manusia (jasmani, ruh dan akal) secara maksimal agar dapat menjadi bekal dalam menghadapi kehidupan dan masa depan. Dan selanjutnya menurut Muhammad an Naquib Al Attas kata tarbiyah pada dasarnya mengandung arti: Mengasuh, menanggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara, membuat, menjadikan bertambah dalam pertumbuhan, membesarkan, memproduksi hasil-hasil yang sudah matang dan menjinakkan.
ADVERTISEMENT
Ta’lim
Merupakan kata benda buatan (mashdar) yang berasal dari akar kata ‘allama. Sebagian para ahli menerjemahkan istilah tarbiyah dengan pendidikan, sedangkan ta’lim diterjemahkan dengan pengajaran. Yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan ketrampilan.
Penunjukan kata ta’lim pada pengertian pendidikan, sesuai dengan firman Allah SWT:
Dan dia mengajarkan (‘allama) kepada adam nama-nama (benda-benda seluruhnya), kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “sebutkanlah kepada-ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar”. (Q.S. Al-Baqarah ayat 31).
Berdasarkan pengertian yang ditawarkan dari kata ta’lim dan ayat diatas, terlihat pengertian pendidikan yang dimaksudkan mengandung makna yang terlalu sempit.
Pengertian ta’lim hanya sebatas proses pentransferan seperangkat nilai antar manusia. Ia hanya dituntut untuk menguasai nilai yang ditransfer secara kognitif dan psikomotorik, akan tetapi tidak dituntut pada domain afektif. Menurut Rasyid Ridha adalah proses tranmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Pemaknaan ini didasarkan atas Q.S. al-Baqarah ayat 31 tentang allama tuhan kepada Adam As. Kemudian menurut al-Maraghi pengajaran dilaksanakan terhadap, sebagaimana tahapan Adam As. mempelajari, menyaksikan dan menganalisa asma-asma yang diajarkan oleh Allah kepadanya. Ini berarti bahwa al-ta’lim mencakup aspek kognitif belaka, belum mencapai domain lainnya.
ADVERTISEMENT
Ta’dib
Istilah ta’dib berasal dari akar kata addaba, yuaddibu, ta’diiban yang mempunyai arti antara lain: membuatkan makanan, melatih akhlak yang baik, sopan santun, dan tata cara pelaksanaan sesuatu yang baik. Kata addaba yang merupakan asal kata dari ta’dib disebut juga muallim, yang merupakan sebutan orang yang mendidik dan mengajar anak yang sedang tumbuh dan berkembang.
Ta’dib lazimnya diterjemahkan dengan pendidikan sopan santun, tata krama, adab, budi pekerti, akhlak, moral dan etika. Ta’dib yang seakar dengan adab memiliki arti pendidikan peradaban atau kebudayaan, sebaliknya peradaban yang berkualitas dan maju dapat diperoleh melalui pendidikan. Menurut Al-Naquib al-Attas, al-ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu yang di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagunggan Tuhan. Pengertian ini di dasarkan pada hadist Nabi SAW yang Artinya: “Tuhanku telah mendidikku, sehingga menjadikan baik pendidikan ku”. Hadist ini memberikan asumsi bahwa kompetensi Muhammad sebagai seorang rasul dan misi utamanya adalah pembinaan akhlak. Sehingga, implikasinya terhadap seluruh aktifitas pendidikan Islam seharusnya memiliki relevensi dengan peningkatan kualitas budi pekerti sebagaimana yang diajarkan rasulullah.
ADVERTISEMENT
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan beberapa hal. Dalam al-Qur’an, banyak terdapat istilah-istilah yang mengarah kepada pendidikan diantaranya adalah tarbiyah, ta’lim, ta’dib dan tazkiyah. Meskipun banyak para pakar pendidikan yang berbeda pendapat mengenai istilah yang tepat yang ada dalam al-Qur’an unutuk pendidikan tetapi tidak berarti merubah makna dari pendidikan itu sendiri. Tarbiyah misalnya lebih mengarah pada pembentukan perilaku, ta’lim atau pengajaran diarahkan pada pengembangan aspek atau domain intelektual, tazkiyah diarahkan pada keterampilan olah diri atau pengendalian jiwa, sedangkan ta’dib lebih menitikberatkan pada pembentukan perilaku dan sikap sopan.
Secara epistemologis, tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan menurut al-Qur’an adalah membina manusia guna mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya. Manusia sebagai hamba Allah, di samping ia diberi kelebihan berupa akal juga diberi tugas untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Oleh karenanya manusia membutuhkan pengetahuan dan pendidikan, sehingga ia bisa menjalankan amanat yang telah diberikan oleh Allah kepadanya. Pendidikan sangat diperlukan manusia, agar secara fungsional manusia mampu memiliki kecerdasan untuk menjalani kehidupannya dengan bertanggung jawab, baik secara pribadi, sosial, maupun professional.
ADVERTISEMENT