news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Data Penginderaan Jauh Pantau Perubahan Lingkungan

Aji Putra Perdana
Seorang Geograf(er) yang mengamati lingkungan sekitar dari sudut pandang geografi. Pemerhati Peta dan Toponim. Saat ini bekerja di Badan Informasi Geospasial.
Konten dari Pengguna
8 Juni 2021 13:35 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aji Putra Perdana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tanggal 5 Juni diperingati sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk membangkitkan kesadaran masyarakat dunia untuk menjaga lingkungan dan menciptakan ekosistem hijau nan lestari.
ADVERTISEMENT
Tanggal tersebut dipilih sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia karena pada saat itulah konferensi pertama PBB tentang lingkungan hidup yang menghasilkan Deklarasi Stockholm.
Bicara pemantauan perkembangan dinamika lingkungan di muka bumi ini, disadari ataupun tidak ternyata telah menggunakan data geospasial dasar yang berupa citra penginderaan jauh. Bahkan kini, akses terhadap data tersebut telah terbuka luas seiring perkembangan teknologi penginderaan jauh dan teknologi komputer berbasis sistem Cloud.
Teknologi Penginderaan jauh merupakan teknologi mutakhir yang memang dirancang untuk mengindera bumi dari jarak jauh (baik menggunakan pesawat udara [dengan/tanpa awak] atau satelit) guna merekam perubahan kondisi lingkungan yang dinamis di permukaan bumi ini.
Salah satu perkembangan pesat dari teknologi penginderaan jauh adalah meningkatnya jenis data dengan berbagai kemampuan resolusi spasial, spektral, maupun temporal.
ADVERTISEMENT
Kemampuan Data Penginderaan Jauh
Mari kita lihat sejenak yang dimaksud dengan ketiga resolusi tersebut:
Resolusi Spasial mengacu pada ukuran fitur terkecil yang dapat dideteksi oleh sensor satelit atau ditampilkan dalam citra satelit. Biasanya disajikan sebagai nilai tunggal yang mewakili panjang satu sisi persegi. Misalnya, resolusi spasial 250m berarti satu piksel mewakili area 250 kali 250 meter di permukaan tanah.
Resolusi Spektral mengacu pada kemampuan sensor satelit untuk mengukur panjang gelombang tertentu dari spektrum elektromagnetik. Semakin halus resolusi spektral, semakin sempit rentang panjang gelombang untuk saluran atau pita tertentu.
Kemudian, Resolusi Temporal mengacu pada waktu antara citra. Kemampuan satelit untuk menyediakan citra dari wilayah geografis yang sama lebih sering telah meningkat secara dramatis sejak awal zaman ruang angkasa.
ADVERTISEMENT
Ketiga kemampuan resolusi tersebut tentunya bukanlah hal yang awam bagi akademisi dan praktisi yang bergerak di bidang pemetaan dan penginderaan jauh. Kemudian, pada umumnya teknologi penginderaan jauh ini digunakan secara luas di bidang keilmuan geografi, kartografi, ilmu lingkungan, dan dunia penelitian.
Landsat diluncurkan tahun 1972, sebulan setelah Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup
Salah satu satelit penginderaan jauh yang terkenal dan sering digunakan dalam pemantauan sumber daya alam di bumi adalah citra satelit Landsat yang diluncurkan oleh lembaga antariksa Amerika Serikat, NASA (National Aeronautics and Space Administration, U.S.A.). Menariknya lagi, tepat pada tahun 1972 itulah diluncurkannya pertama kali satelit Landsat.
Citra Satelit Landsat USGS (sumber: https://images.unsplash.com/photo-1574169208099-7257315d2993?ixlib=rb-1.2.1&q=80&fm=jpg&crop=entropy&cs=tinysrgb&dl=usgs-JiuVoQd-ZLk-unsplash.jpg)
Entah suatu kebetulan ataukah memang Landsat ini adalah upaya Amerika Serikat untuk mengoptimalkan teknologi satelit dalam memantau kondisi lingkungan dan sumber daya alamnya. Sebulan lebih setelah Deklarasi Stockholm maka Landsat 1 diluncurkan 23 Juli 1972, Landsat 2 diluncurkan pada tanggal 22 Januari 1975, dan Landsat 3 pada tanggal 5 Maret 1978 tetapi landsat tersebut berakhir pada tanggal 22 Januari 1981.
ADVERTISEMENT
Seiring perkembangannya, kini tersedia Landsat 8 sebagai satelit pengamatan bumi yang merupakan kolaborasi NASA dengan USGS (United States Geological Survey) yang diluncurkan pada 11 Februari 2013. USGS merupakan lembaga pemerintah Amerika Serikat yang mempelajari lanskap, sumberdaya alam, dan bencana alam yang mengancam Amerika Serikat, termasuk menangani pemetaan rupabumi juga.
Pemanfaatan penginderaan jauh di Indonesia: memantau dinamika lingkungan
Selain, citra satelit Landsat kini telah tersedia sejumlah citra satelit cuaca hingga citra satelit sumberdaya alam lainnya yang semakin mudah diakses dan dilihat dalam setiap pemberitaan terkait pemantauan kondisi lingkungan permukaan bumi. Contoh yang dekat dengan kita, misalnya BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) melalui situs maupun media sosial Instagramnya menyajikan citra satelit produk Himawari untuk menunjukkan pergerakan awan yang melintas di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kemudian, untuk pemantauan kebakaran hutan di Indonesia, LAPAN sebagai NASA-nya Indonesia menyediakan katalog data kebakaran hutan lahan (karhutla) berdasarkan pantauan Citra Satelit NOAA maupun MODIS. Karhutla di Indonesia merupakan permasalahan pelik yang terjadi berulang, sehingga kondisi tersebut perlu dipantau dan LAPAN menyediakan fasilitas berupa katalog pemantauannya (http://modis-catalog.lapan.go.id/monitoring/). Mengenai panduan cara pantau hotspot karhutla dari LAPAN dapat dilihat lebih dalam di https://kumparan.com/kumparantech/cara-pantau-hotspot-karhutla-di-indonesia-lewat-lapan-1rsf5Xf8vQg/full.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) juga menyediakan Sistem Informasi Pemantauan Karhutla yang menyajikan informasi hotspot dari hasil olahan yang dilakukan oleh LAPAN.
Satu hal yang menarik jika bicara tentang data penginderaan jauh adalah bagaimana data ini dapat melihat perkembangan pesat suatu kota. Nah, seperti halnya wilayah perkotaan di berbagai belahan dunia, Jakarta, Indonesia, terus tumbuh pesat. Sejak tahun 1976, jumlah penduduknya meningkat berkali-kali lipat. Menangkap fenomena perkembangan wilayah perkotaan tersebut, NASA dalam Image of D-Day pada 22 Juli 2005 menampilkan citra satelit Landsat tahun 1976 (jumlah penduduk 6 jutaan), 1989 (jumlah penduduk 9 jutaan), dan 2004 (jumlah penduduk 13 jutaan).
ADVERTISEMENT
Teknologi mendekatkan kita ke data penginderaan jauh
Melihat berbagai contoh citra satelit di atas beserta pemanfaatannya, semakin menyadarkan kita bahwa perubahan kondisi lingkungan itu memang terjadi. Perubahan yang disebabkan oleh faktor alam maupun aktivitas manusia dalam mendiami permukaan bumi ini dapat terpantau dengan pemanfaatan data penginderaan jauh.
Seiring perkembangan teknologi informasi komunikasi di bidang geospasial yang berkaitan erat dengan kemajuan teknologi komputer dan internet, semakin mendekatkan masyarakat umum untuk melihat kondisi lingkungan permukaan bumi memanfaatkan data tersebut.
Saat ini, data penginderaan jauh semakin mudah untuk diunduh, bahkan data diakses langsung oleh berbagai masyarakat umum berkat keberadaan Google Maps, Google Earth hingga teknologi berbasis sistem Cloud yang juga dikembangkan oleh Google yaitu Google Earth Engine. Google Earth menyediakan fasilitas untuk melihat perubahan dari waktu ke waktu berdasarkan data penginderaan jauh.
ADVERTISEMENT
Kemudian, Google Earth Engine (GEE) berisi data penginderaan jauh yang terkelola dalam sebuah katalog citra dan dilengkapi dengan data geospasial lainnya dalam platform yang dapat dianalisis pada skala planet.
Melalui menuliskan sejumlah baris dan menjalankan script pada Code Editor untuk memanggil data penginderaan jauh hingga mengolah citra secara digital berbasis sistem Cloud, maka terbuka peluang bagi siapapun untuk belajar dan mengenali bumi melalui GEE. Pengunaan GEE ini dapat membantu kita melihat secara langsung dan mudah perubahan kondisi Jakarta sebagaimana yang telah disajikan oleh NASA di atas, bahkan dapat pula potensi sumber daya alam lainnya di Indonesia.
Selain, Landsat tersedia juga citra satelit Sentinel-2 merupakan misi pengamatan Bumi dari Program Copernicus yang secara sistematis memperoleh citra optik pada resolusi spasial tinggi di atas daratan dan perairan pesisir.
ADVERTISEMENT
Sentinel-2 ini merupakan citra satelit penginderaan jauh yang cukup menjanjikan untuk kajian lingkungan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya salah satu jurnal dengan tema Penginderaan Jauh untuk Lingkungan berhasil mendapatkan 28 tulisan ilmiah pemanfaatan Sentinel-2 yang cukup luas cakupan risetnya, dari mulai tentang berbagai pemanfaatan terkini terkait pemantauan proses dinamis (yang disebabkan oleh alam maupun aktivitas manusia) pada skala nasional bahkan kontinental dengan menggunakan data penginderaan jauh resolusi tinggi.
Tangkapan Layar Mengakses Citra Satelit Sentinel-2 menggunakan GEE (dokumen pribadi)
Sejumlah perkembangan teknologi di atas semakin memudahkan kita dalam mengakses informasi tentang kondisi lingkungan fisik bumi ini. Sekarang saatnya, gotong-royong berbagai pihak baik dari instansi pemerintah, akademisi, praktisi, hingga masyarakat untuk bergerak bersama memetakan peluang restorasi ekosistem di Indonesia. Di antaranya dengan pemanfaatan data penginderaan jauh yang mampu membantu kita pantau perubangan lingkungan tersebut.
ADVERTISEMENT
Selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia tanggal 5 Juni dan saatnya bersama eksplorasi teknologi dan sains penginderaan jauh yang sudah ada di depan mata kita.