Konten dari Pengguna

Koperasi Desa Merah Putih: Transformasi Ekonomi atau Sekadar Gimik Politik?

Karmaji
Pemerhati Kebijakan Sektor Publik. Development and Environmental Policy Analyst. Email: aji.karmaji@gmail.com
19 April 2025 16:38 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Karmaji tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Pengembangan Koperasi Desa Merah Putih. Ilustrasi: AI Generated/Dok. Pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pengembangan Koperasi Desa Merah Putih. Ilustrasi: AI Generated/Dok. Pribadi.
ADVERTISEMENT
Di sebuah desa kecil di Jawa Tengah, seorang petani yang biasa dipanggil Pak Sardi, sedang menatap sawahnya yang mulai memasuki masa tanam padi. Ingatannya menerawang jauh ke belakang ketika harga pupuk melambung tinggi dan itupun seringkali langka, hasil panen tak sebanding dengan biaya produksi, dan tengkulak masih menjadi satu-satunya pilihan meski menawarkan harga yang jauh dari kata layak.
ADVERTISEMENT
Ketika mendengar rencana pemerintah membentuk Koperasi Desa Merah Putih, secercah harapan muncul. “Kalau memang benar bisa bantu petani dan usaha kecil, saya sangat mendukung” katanya. Tapi di balik harapan itu, ada juga secercah keraguan. Apakah wacana pemerintah ini akan menjadi solusi nyata atau sekadar retorika politik pemerintahan yang baru?
Lalu, bagaimana kebijakan ini bisa dijalankan tanpa menimbulkan konflik di desa? Dan yang lebih penting, sejauh mana Koperasi Desa Merah Putih bisa benar-benar menjadi solusi transformasi penguatan ekonomi di desa, bukan sekadar gimik politik?

Antara Realita dan Retorika?

Gagasan pembentukan Koperasi Desa Merah Putih yang diusung presiden terpilih saat ini menuai berbagai reaksi. Di satu sisi, koperasi sebagai model ekonomi berbasis modal sosial sejalan dengan semangat gotong royong dan pemberdayaan masyarakat desa. Namun di sisi lain, ada tantangan besar dalam implementasinya, terutama terkait potensi tumpang tindih dengan kebijakan nasional tentang BUMDes dan UMKM yang sudah lebih dulu berjalan.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Melihat perbedaan prinsip ini, apakah Koperasi Desa Merah Putih bisa berjalan berdampingan dengan BUMDes dan UMKM tanpa konflik di desa?
Jawabannya: Bisa!, jika ada sinergi kebijakan yang jelas.
Tanpa strategi harmonisasi kebijakan yang matang, bukannya memberdayakan desa, justru bisa menimbulkan konflik kepentingan di tingkat lokal di desa.

Pelajaran dari Masa Lalu!

Indonesia bukan pertama kali mencoba memperkuat ekonomi desa dengan koperasi. Sejak era Orde Baru, koperasi pernah menjadi alat utama pembangunan ekonomi rakyat di desa, tetapi banyak yang akhirnya mati suri dalam realitas, tanpa dampak nyata bagi masyarakat di desa.
Beberapa faktor diduga menjadi penyebab kegagalannya:
ADVERTISEMENT
Jika Koperasi Desa Merah Putih ingin sukses, ia harus belajar dari pengalaman kegagalan masa lalu ini.

Potensi Manfaat Koperasi Desa Merah Putih

Jika dirancang dengan baik, Koperasi Desa Merah Putih bisa menjadi pilar ekonomi desa yang memperkuat masyarakat desa dari sisi berikut:
ADVERTISEMENT
Dengan cara ini, Koperasi Desa Merah Putih justru bisa memperkuat, bukan menggantikan peran BUMDes dan UMKM di desa.

Strategi Sukses: Bukan Sekadar Nama, Tapi Sistem!

Agar Koperasi Desa Merah Putih ini tidak sekadar menjadi gimik politik, perlu grand design dan grand strategy implementasi yang matang:
ADVERTISEMENT

Kesimpulan: Antara Harapan dan Tantangan?

Koperasi Desa Merah Putih bisa menjadi game changer atau hanya sekadar gimik politik, tergantung pada bagaimana ia diimplementasikan.
Jika dijalankan dengan pendekatan strategis dan berbasis kebutuhan nyata masyarakat, ia bisa menjadi pilar baru sekaligus motor transformasi penguatan ekonomi desa. Namun, jika hanya sekadar proyek politik tanpa perencanaan dan implementasi yang jelas, kebijakan ini berisiko menjadi gimik politik semata.
Kuncinya ada pada regulasi yang sinergis, pendanaan yang transparan, SDM yang mumpuni, dan komitmen untuk tidak menjadikannya sebagai alat politik. Jika hanya menjadi proyek tanpa arah yang jelas, nasibnya bisa seperti banyak koperasi di desa di masa lalu—hidup di atas kertas, mati dalam realitas!
Kini, pertanyaannya: Apakah pemerintah siap menjalankan strategi ini secara serius? Atau kita hanya akan melihat Koperasi Desa Merah Putih sebagai sekadar janji politik yang menguap begitu saja?
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, warga desa seperti Pak Sardi tidak peduli dengan jargon politik. Yang dia butuhkan adalah solusi nyata yang bisa mengangkat kesejahteraannya, di desa. Desa sejahtera berarti Indonesia sejahtera!
----- AK20250419-----
Klobotisme (#4): Semuanya berupa gagasan, pemikiran, dan opini yang dituangkan secara santai tapi serius maupun serius tapi santai. Situasional, menggugah kesadaran literasi terhadap hal-hal yang menjadi kepentingan publik. Gunakan artikel ini secara saksama dan bijak. Komunikasi: aji.karmaji@gmail.com.