Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
3 Tahun kumparan: Lara Tawa Wartawan
17 Januari 2020 19:19 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Ajo Darisman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Hari ini tepat tiga tahun sudah usia kumparan. Menyuguhkan berita demi berita kepada pembaca sekalian.
ADVERTISEMENT
Hampir selama rentang waktu itu pula saya menjadi bagian sebagai wartawan. Menghabiskan hari dari liputan ke liputan.
Cerita di tahun pertama saya rekam dalam tulisan berjudul Setahun kumparan: Jawaban Hari Ini, Harapan untuk Hari Depan.
Sedang pengalaman sepanjang tahun kedua, tertuang dalam 2 Tahun kumparan: Cercaan dan Pujian yang Menguatkan.
Tulisan kali ini memuat sedikit cerita dari rekan-rekan wartawan lapangan. Sebab di tahun ketiga ini pula saya turun ke jalanan, setelah 15 bulan duduk di Tim Kolaborasi kumparan.
Sebagai wartawan lapangan, tentu saja sudah harus siap bergelimang kebahagiaan sekaligus kesusahan. Katakanlah bertemu orang baru yang memberi bonus pengalaman dan wawasan. Ataupun momentum lain yang terkadang memiliki kesulitan dan kegembiraan secara bersamaan.
Sebagai salah satu pewarta foto kumparan, Iqbal cukup sering berada di situasi liputan yang menegangkan. Sebut saja momentum meliput saat hujan. Atau berada di tengah demo yang berujung kerusuhan.
ADVERTISEMENT
Situasi kedua ini bahkan pernah membuat Iqbal mengalami masalah dengan ketampanan. Saat kericuhan pecah dalam demo mahasiswa di DPR pengujung September 2019, akibat terkena lemparan batu keningnya benjol nyaris sekepalan tangan.
“Menyedihkan sih kena lemparan batu saat demo di DPR, hahaha,” ujarnya tak kehilangan keriangan. Sampai hari ini Iqbal masih tetap santuy menghabiskan hari dengan liputan.
Mengabadikan momen tim kesayangannya, Persija Jakarta, juara merupakan liputan yang menurutnya paling menggembirakan.
Lain lagi cerita Efira, salah satu srikandi yang kumparan miliki di lapangan. Banjir yang melanda DKI Jakarta awal tahun, adalah pengalaman pertama ia meliput banjir selama menjadi wartawan.
“Nyebur di banjir jujur pertama kali sih aku lihat banjir dan langsung nyemplung. Muter deh tuh ke titik lainnya, di titik kedua apa ketiga aku lupa, di Kampung Pulo pokoknya, sendal aku copot dong astaga,” kenang Fira.
ADVERTISEMENT
“Akhirnya aku nyeker! Nyeker dong di atas lumpur yang tebal itu ngikutin Anies sambil jinjit-jinjit,” tuturnya.
Fira mendapat oleh-oleh demam akibat infeksi usai meliput banjir itu seharian. Kendati momen itu ia rasa salah satu bagian menyedihkan, ia sekaligus turut bahagia melihat keceriaan korban banjir saat mendapat bantuan.
Kesusahannya tak sanggup bertahan lama di tengah momen haru yang demikian. Begitu pula kegembiraan yang ia rasai sewaktu berkumpul bersama anak-anak korban tsunami Palu yang menghadiahinya senyuman.
Ada pula Reki yang saya juluki komandan pemantau kerusuhan. Menjadi wartawan lapangan juga mendekatkan dia dengan salah satu kecintaannya: dunia kemiliteran.
“Wilayah teritoriku bagian utara Jo. Kamu selatan,” ujar komandan Reki memberi arahan saat kami tandem memantau demo di MK.
ADVERTISEMENT
Mereka berupaya mengalahkan ketakutan. Melawan kemalasan. Dan terkadang juga sedikit melupakan dunia percintaan.
Biarlah kesemuanya menjadi pelajaran yang semakin menempa diri ini sebagai wartawan lapangan. Satu hal yang diyakini, rintangan demi rintangan yang dihadapi menjadikan kami berani untuk meninggalkan zona nyaman.
Selamat ulang tahun kumparan. Dari para pewarta lapangan.