Cerita kumpala dari Bukit Paniisan

Ajo Darisman
~Sebab life sesungguhnya laif.
Konten dari Pengguna
5 Februari 2023 17:46 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ajo Darisman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tim trekking ke Bukit Paniisan. Dokumen hape Kongs.
zoom-in-whitePerbesar
Tim trekking ke Bukit Paniisan. Dokumen hape Kongs.
ADVERTISEMENT
Apa sih yang dicari jalan kaki berpuluh kilometer? Trekking menanjak bukit atau ke curug? Capek!
ADVERTISEMENT
Biar banyak orang bilang cuma bikin capek, ndilalah trekking kumpala (kumparan pecinta alam) lebih dari 30 orang yang ikut. Kalau kata ketua kami, Kongs aka Mas Faw, ini jumlah peserta terbanyak. Sebagian besarnya baru ikut kali pertama.
"Yang menyenangkan adalah kebersamaannya. Sama-sama saling tolong dan back up satu sama lain. Padahal semua capeknya rata," ujar Cia. Dia juga termasuk tim perdana ikut 'jalan santai' kumpala, hehehe.
Ini Cia. Perjuangannya asoy geboy ikut trekking pertama kali. Lupa foto siapa, pinjam ya🙏
Trek kali ini adalah Bukit Paniisan di Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Plus Curug Cibingbin dan Ngumpet. Total jalur yang ditempuh, kata Kang Apoy guide setia kami, 10 kilometer pulang pergi (saya yakin lebih). Dengan ketinggian Bukit Paniisan 846 meter di atas permukaan laut (MDPL).
ADVERTISEMENT
"Sekalinya trekking jalurnya ajaib sekali. Aku sampai bilang akang guide-nya ini akang cilukba, karena jalurnya suka tiba-tiba ngagetin. Bikin lutut lemes," sambung sekretaris andalan kumparan itu.
Sepanjang perjalanan, Cia jatuh bangun. Telapak tangannya lecet. Korban sepatu. Lengannya gosong separuh. Mungkin karena kulitnya yang putih.
Waktu Cia dan Muti kompak kepikiran jalan cepat untuk pulang.
Sudah pun begitu, suara Cia masih paling keras. Ketika sampai di Bukit Paniisan misalnya, dia masih heboh seperti biasanya. Terutama saat bertemu sobat kentelnya, Muti, yang menempuh jalur berbeda karena telat.
Seperti halnya Cia, Muti agaknya tak terlalu memikirkan trek naik turun yang sudah ia lewati. Ia tampak lebih penasaran kenapa Cila masih cerah di tengah gempuran terik panas dan jalan berliku ini.
Nih Cila bikin Muti pinisirin. Foto Tedja apa Blessy ya.
Selain Cia, ada Wisnu yang juga kali pertama ikutan. Perjuangannya lebih masyallah lagi. Untung ada Pak Ustaz Angga dan Masfaww yang setia mendampinginya.
ADVERTISEMENT
Sepanjang menanjak, Wisnu mesti jatuh bangun, merangkak, merosot. Pakaian berlapis-lapis yang ia kenakan, copot satu-satu seiring perjalanan berlanjut. Bahkan sepatunya rusak, dan Wisnu memutuskan nyeker.
Dua sahabatnya itu tak henti-hentinya memberi wejangan, doa dan motivasi. "Positif thinking, Nu," kata Kongs.
Salah satu bukti perjuangan Wisnu. Dia sudah ahlinya berjuang memang hehe.
Wisnu tidak menyerah. Masfaw yang belum lama ini kembali dari Gunung Rinjani saja mengakui luar biasanya Wisnu. Perjuangannya tak sia-sia. Dihadiahi tepuk tangan dan semangat dari para ladies.
"Layak menyandang brevet kumpala," kata Mas Wendiyanto di grup. Pembina kumpala yang kali ini absen ikut.
Sedang bagi Lintang, mendaki bikin dia ingat Tuhan lebih banyak. Satu tanjakan tiap kali dia nyebut.
"Berapa menit lagi? Berapa jauh lagi?" pertanyaan ini lebih sepuluh kali keluar dari mulutnya. Mungkin juga dari sebagian besar yang ikut.
ADVERTISEMENT
Di lisan, bilangnya sih kapok. Tapi dalam hati menanti trek selanjutnya.
Ini, Lintaaaaaang (auto nyanyi NTRL). Foto hapenya Tedja.
Tiap kegiatan agaknya punya cerita berbeda. 30 orang yang mungkin saja ada yang belum pernah ketemu saat di kantor ini, berbaur di tengah halang rintang di depan mata. Saling bantu. Saling melempar canda sebagai cara menyemangati diri yang padahal kehabisan energi.
Elva misalnya, datang dengan membawa 1001 tebak-tebakan ala bapak-bapaknya. Sepertinya sudah sengaja disiapkan sebelumnya, hehe.
- Pejabat yang paling aktif di sosmed?
Jawaban: Yucup Kalla
- Kerupuk kulit apa yang dimakan sambil mundur?
Jawaban: Kerupuk run back
Capek ga capek, penting foto.
Di trek kali ini, lagu 'Perjalanan Membawamu' juga sudah kurang terdengar dinyanyikan oleh Fanny. Tak seperti kegiatan kali terakhir, Fanny sudah tak banyak jatuh. Dan lagi, ada Rich Brian cabang Jati Murni yang senantiasa mendampingnya. "Adik. Adiik," suara Fanny tiap kali ada jalanan terjal.
Foto mereka kakak beradik. Saya kurang hapal urutannya ya hehe.
Mencapai Curug Ngumpet jadi PR tak terselesaikan dalam trek kali ini. Selain Zahid dan Martin yang berhasil ke atas, yang lainnya urung karena jalur tebing yang harus ditempuh dengan bantuan tali. Sebagian memilih puas dengan Curug Cibingbin saja.
ADVERTISEMENT
Menjaga ekspektasi agar tak berlebihan memang jadi salah satu wejangan yang sering disampaikan Masfaw si panitia segala acara. Jadi bagaimanapun hasil akhirnya, semua harus siap-siap tidak kecewa.
Ilustrasi ekspektasi.
Realita berkata lain.
Canda ygy.
Sebagaimana yang dirasakan Cia, saya berharap semua yang ikut juga mendapati kebersamaannya sebagai hal yang menyenangkan. Bila sudah begitu, kita tinggal list: Ayok, selanjutnya ke mana?
Bonus foto Mba Izar menikmati air terjun.