Kartu Kredit sebagai Penunjang Gaya Hidup

Sulaiman Jamin
Mahasiswa MM.Tech (S2) - President University
Konten dari Pengguna
5 Maret 2021 12:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sulaiman Jamin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kartu Kredit Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kartu Kredit Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hai teman-teman, pada artikel ini kita akan membahas seputar kartu kredit sebagai penunjang gaya hidup dan pada kesempatan ini saya ingin berbagi cerita singkat tentang apa yang saya pelajari dari jurnal pemasaran terkait praktik penggunaan kartu kredit dan efek sampingnya terhadap gaya hidup. Hampir sebagian besar masyarakat global termasuk indonesia, pasti pernah atau bahkan sampai hari ini memakai kartu kredit. Di Amerika sendiri, kartu kredit memiliki kontribusi yang besar dalam perekonomiannya. Berdasarkan data pada kuartal kedua tahun 2003, jumlah utang dalam aktivitas pemakaian kartu kredit mencapai kurang lebih 1 triliun dollar di amerika, bayangkan betapa signifikannya terhadap perekonomian. Selain itu, banyak juga yang mengalami kebangkrutan yang jumlahnya mencapai 1.5 juta orang dikarenakan tidak mampu memikul beban utangnya. Menurut manning (2000), hampir setengah dari pengguna kartu kredit tidak memiliki saldo bulanan. Hal ini terjadi tentunya dikarenakan tidak terkendalinya penggunaan kartu kredit atau pemakaiannya yang secara impulsif. Pada dasarnya memang kartu kredit berfungsi sebagai pendukung atau meningkatkan daya beli masyarakat. Hanya saja, pengguna harus mengerti bagaimana cara penggunaannya agar tidak terperangkap dalam penjara utang. Dalam penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Bernthal, Crockett dan Rose, penelitian tersebut dilakukan dengan metode kualitatif yang tujuannya untuk mempelajari lebih mendalam tentang praktik penggunaan kartu kredit terhadap manajemen gaya hidup. Ada dua istilah yang mewakili gaya hidup dalam praktik kartu kredit yaitu, gaya hidup mencapai dan gaya hidup menanggung.
ADVERTISEMENT
Gaya hidup mencapai adalah kemampuan untuk mendapatkan bermacam-macam objektif gaya hidup, sedangkan gaya hidup menanggung adalah restriksi dalam mencapai objektif gaya hidup. Penting sekali bagi pemakai kartu kredit untuk memiliki kontrol yang baik, agar arah lintasnya selalu berada dalam arah dan lingkup kebebasan dan sebaliknya. Kartu kredit memiliki peran kuat dalam pembentukan gaya hidup penggunanya, dua di antaranya yaitu sebagai pembangun gaya hidup dan sinyal gaya hidup. Pembangun gaya hidup pada praktiknya ada 2 macam yaitu modal budaya yang rendah. Letak perbedaannya adalah modal budaya yang rendah, si pengguna memperlakukan kartu kredit lebih sebagai solusi darurat bukan digunakan secara konstan atau impulsif. Contohnya adalah ketika saat pengguna mengalami suatu kecelakaan yang di mana harus mengeluarkan biaya reparasi terhadap kendaraannya. Sebaliknya modal budaya yang tinggi, si pengguna memperlakukan kartu kredit sebagai alat untuk mendapatkan atau memuaskan keinginannya, misal pergi liburan ke luar kota atau ke luar negeri, belanja baju atau kosmetik baru, dsb. Kartu kredit sebagai sinyal gaya hidup secara modal budaya yang rendah, si pengguna memperlakukan kartu kredit sebagai alat untuk pamer daya beli kepada teman atau lawan sosialnya. Sedangkan secara modal budaya yang tinggi, si pengguna menggunakan kartu kredit sebagai alat untuk meningkatkan citra pribadi dalam lingkaran sosialnya, contohnya seperti klien atau bosnya. Praktik penggunaan kartu kredit yang paling berbahaya adalah yang dapat membuat terperangkap dalam penjara utang. Pertama adalah rasionalisasi, sering kali pengguna merasionalisasikan
alasan kenapa mereka harus menggunakan kartu kreditnya. Hal ini mereka lakukan untuk mengurangi rasa bersalah dalam pemakaian, seperti contoh membayar listrik, membayar kebutuhan anak, kebutuhan untuk persalinan, dsb. Kemudian praktik menghadiahi diri sendiri sebagai justifikasi untuk bisa memakai kartu kredit, misal ketika merasa sudah bekerja keras dalam suatu hal berpikir tidak ada salahnya untuk menghadiahi atau menghargai diri sendiri. Lalu praktik diskon, pada praktik ini sering kali pengguna kartu kredit merasa bahwa mereka diringankan dengan adanya diskon. Padahal sebenarnya itu hanyalah sebuah trik umpan untuk mereka dapat menggunakan kartu kredit secara terus menerus. Pada akhirnya, praktik-praktik yang umum terjadi di masyarakat ini mengakibatkan banyak pengguna kartu kredit yang terperangkap dalam penjara utang, yang di mana beban utang yang tertimbun sangat tinggi sehingga kesulitan untuk membayarnya. Pada kesimpulannya, penggunaan kartu kredit harus disandingkan dengan kontrol yang baik sehingga manfaatnya sebagai penunjang kehidupan dapat dirasakan secara positif dan tidak terperangkap dalam jeratan utang.
ADVERTISEMENT
Sulaiman Jamin - Mahasiswa MM.Tech President University