Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kisah Psikopat Tergila Sepanjang Masa: Mengubah Manusia Jadi Perkakas
22 Juli 2019 17:36 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
Tulisan dari Ochi the Explorer tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di tulisan sebelumnya, gue sempat membahas soal pionir kasus mutilasi di Indonesia yang sekaligus menjadi salah satu kasus paling misterius yang belum terpecahkan hingga kini. Nah kali ini, gue pengen ngajak lo semua untuk berkelana ke dunia yang lebih gila lagi. Ya, lebih gila lagi.
ADVERTISEMENT
Sebelum mulai, pastikan kalian duduk tenang dan fokus. Saran gue, jangan baca tulisan ini waktu lagi makan karena gue enggak akan bertanggungjawab kalau terjadi apa-apa ya.
Oke, sudah siap semuanya? Langsung saja kita mulai cerita edisi ini!
Berbeda dengan kasus sebelumnya yang identitas pelaku dan korban masih misterius, kali ini kita punya tokoh utama yang jelas. Namanya Edward Theodore Gein atau lebih dikenal dengan nama Ed Gein.
Ed lahir dalam sebuah keluarga yang bisa dibilang cukup ‘unik’. Ayahnya, George Gein, adalah seorang pecandu alkohol. Sedangkan ibunya, Augusta Gein, adalah seorang perempuan yang sangat dominan dan cenderung overprotektif terhadap kedua anaknya, Ed dan Henry.
Bahkan sejak kecil, sang ibu selalu mendidik Ed dan Henry untuk membenci perempuan. Akses keluar yang dibatasi oleh sang ibu, ditambah posisi rumah mereka yang cukup jauh dari area pusat permukiman, membuat Ed dan Henry tumbuh menjadi pria yang sangat tertutup dengan orang asing.
Ayahnya, menjadi satu-satunya orang di keluarga Gein yang paling sering berhubungan dengan masyarakat, karena merupakan tulang punggung keluarga. Sayangnya, pada tahun 1940, ayah Ed meninggal dunia akibat gagal jantung.
ADVERTISEMENT
Untuk menghidupi ibu mereka yang juga sakit keras, Ed dan Henry akhirnya terpaksa ‘keluar’ rumah dan mencari pekerjaan. Meski agak aneh, masyarakat tetap menerima Gein bersaudara karena dianggap cukup ulet, pekerja keras, dan bersedia melakukan pekerjaan apapun.
Pada tahun 1944, saat bekerja merenovasi sebuah rumah, Ed dan Henry terlibat sebuah kecelakaan. Rumah tersebut terbakar, dan Henry ditemukan tewas. Namun, kematian Henry menjadi tanda tanya besar. Pasalnya, meski tewas dalam kebakaran, tidak ditemukan luka bakar di tubuh Henry. Malah, terdapat beberapa luka memar di bagian kepala.
Kecurigaan pun sempat dilayangkan ke Ed. Namun, karena Ed terus berperilaku baik, tidak mencurigakan, dan tetap bekerja dengan tekun, lambat laun kecurigaan itu pudar. Tidak pernah ada yang menuntut Ed atas kematian Henry.
ADVERTISEMENT
Hidup Ed jadi benar-benar berubah saat ibunya meninggal di akhir tahun 1945. Kehilangan sosok idola, panutan, dan satu-satunya teman membuat Ed merasa sangat terpukul dan kesepian. Karena sudah tidak memiliki tanggungan, Ed yang tengah berduka memutuskan untuk menjalankan usaha pertanian sendirian dan semakin menutup diri dari masyarakat.
Setelah kematian ibunya itu, Ed juga mulai mempelajari anatomi tubuh perempuan hingga belajar sejarah kekejaman Nazi, khususnya soal eksperimen medis di kamp konsentrasi. Tapi sampai sini, ya penduduk sekitar melihat semuanya masih terlihat normal saja.
Hingga pada 16 November 1957, seorang perempuan pemilik toko perkakas, Bernice Worden, menghilang. Anak Bernice, Frank, yang merupakan seorang wakil sheriff pun langsung turun tangan mengusut kasus ini.
ADVERTISEMENT
Penyelidikannya lalu berujung pada nama Ed Gein, yang diketahui beberapa kali menyambangi toko Worden, namun tidak pernah membeli apapun. Frank pun memutuskan untuk memeriksa rumah Ed.
Saat sampai ke rumah Ed, Frank sudah mencoba mengetuk beberapa kali, namun tidak ada tanggapan. Ia pun berinisiatif menyeruak masuk melalui gudang kayu. Namun apa yang ia temukan sungguh di luar dugaan.
Begitu masuk gudang kayu, hal yang pertama kali Frank lihat adalah tubuh seorang perempuan yang digantung dalam posisi terbalik tanpa kepala. Di bagian kelamin hingga dada terdapat sebuah sobekan panjang yang digunakan untuk mengeluarkan organ dalam. Pernah lihat proses penyembelihan hewan kurban? Ya, kira-kira begitu.
Setelah dilihat lebih lanjut, ternyata perempuan malang ini adalah ibunya, Bernice Worden, yang hilang. Rasa terkejut Frank masih belum selesai. Saat memasuki gudang lebih dalam, ia menemukan benda-benda yang sulit masuk ke nalar manusia normal.
Dalam ruangan itu, terdapat 10 kulit kepala perempuan, satu gulung kulit utuh tubuh perempuan (jadi hasil dikuliti), sabuk yang terbuat dari puting perempuan yang dijahit jadi satu, serta sebah kursi yang bagian dudukannya dibungkus dengan kulit manusia.
Bukan hanya dijadikan perkakas, Ed juga menjadikan sejumlah tengkorak manusia menjadi mangkuk sup. Saat masuk ke dalam rumah Ed, Frans menemukan organ-organ dalam tubuh manusia yang memenuhi kulkas, meja yang dihias dengan tulang manusia, serta lampu meja yang bagian kapnya dibuat dari kulit wajah.
Di dalam kamar Ed, terlihat sebuah tempat tidur yang dihiasi tengkorak manusia, serta satu kepala utuh yang digantung menjadi hiasan dinding. Di sisinya, terdapat 9 kulit wajah perempuan yang juga dipajang.
ADVERTISEMENT
Yang paling gila, Frank juga menemukan sejumlah potongan alat kelamin manusia di dalam kotak sepatu serta kulit wajah perempuan yang dijadikan masker. Intinya, hampir seluruh interior dan fesyen di dalam rumah Ed dibuat sendiri menggunakan tubuh manusia.
Akibat temuan fantastis itu, Ed langsung diciduk dan diadili. Selain disidang karena dugaan pembunuhan terhadap Bernice Worden, Ed juga diduga telah membunuh seorang pemilik bar bernama Mary Hogan pada tahun 1954 silam. Diduga, Mary merupakan perempuan hidup yang jadi korban pertama Ed.
Kenapa gue bilang korban hidup pertama? Sebab, Ed mengaku selama ini hanya membunuh dua orang perempuan saja. Sedangkan tubuh manusia sisanya, ia dapat dari menggali kuburan perempuan yang baru saja meninggal.
Selain tubuh Bernice dan Mary, diperkirakan ada sekitar 15 mayat perempuan lainnya yang sudah diubah menjadi berbagai macam benda oleh Ed. Saking banyaknya, Ed bahkan tidak bisa mengingat berapa jumlah mayat perempuan yang ia kumpulkan.
ADVERTISEMENT
Di depan pengadilan, Ed mengaku membuat karya seni sadis itu karena ingin hidup sebagai perempuan utuh seperti idolanya, sang ibu. Untuk itu, Ed kerap mengenakan pakaian perempuan dan topeng dari kulit wajah perempuan serta berpura-pura menjadi ibunya. Sayang ibu sih sayang, tapi jangan gini-gini banget, ya guys.
Karena dianggap tidak kompeten secara mental untuk mengikuti persidangan, Ed akhirnya dijebloskan ke rumah sakit jiwa Institut Kesehatan Mental Mendota selama 10 tahun. Selama di rumah sakit jiwa, Ed dikenal sebagai orang yang sangat baik, sopan, lembut, bijaksana, dan cenderung tidak menyusahkan.
Setelah dianggap cukup kompeten untuk mengikuti sidang, Ed lalu disidang dan dinyatakan bersalah. Namun, ia tidak dijatuhi hukuman kurungan. Ia dinyatakan sebagai tahanan gila dan dikurung di Institut Kesehatan Mental Mendota hingga tutup usia pada 26 Juli 1984 akibat kanker paru-paru dan gagal jantung.
Karena kisah ini terbilang sangat luar biasa --kejam dan gilanya, banyak penulis dan pembuat film horor yang mengadaptasinya menjadi buku dan film. Salah satunya adalah sutradara horor kenamaan Alfred Hitchcock dengan film Psycho.
ADVERTISEMENT
Kisah ini juga menginspirasi film Texas Chainsaw Massacre, yang rumah tokohnya dihiasi dengan properti berbahan baku manusia serta film Leatherface yang pelakunya mengenakan topeng kulit manusia dan menggantung korbannya seperti daging kurban. Masih ada lagi film lain seperti Buffalo Bill, Donny, Oedipal Killer, dan lainnya.
Akhir kata, terima kasih sudah membaca sampai akhir. Bagaimana pendapat kamu soal Ed Gein? Tunggu pengembaraan seru lainnya dan silakan baca-baca cerita sebelumnya! Danke!