Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mysterious Case: 'Pesona 13', Kasus Mutilasi Sulit Terpecahkan
3 Juli 2019 18:35 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
Tulisan dari Ochi the Explorer tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Halo, gaes, welcome back to my story!
Sebenarnya, gue sudah lama banget pengin nulis soal kasus-kasus yang belum terpecahkan atau misteri apa saja, sih, yang masih belum terjawab sampai sekarang. Tapi baru kesampaian sekarang karena ngumpulin, kira-kira mana yang cukup misterius tapi tidak ‘berbahaya’. IYKWIM.
ADVERTISEMENT
Oke, langsung saja kita bahas kasus pertama di Mysterious Case bersama Detective Och!
Pada tahun 1981 silam, tepatnya tanggal 23 November, dua orang satpam di PT Garuda Motor menemukan dua kardus tergeletak di atas trotoar Jalan Sudirman, Jakarta. Tepatnya, di daerah persimpangan Jalan Setiabudi, Jakarta Selatan.
Awalnya, keberadaan kedua kardus itu tidak terlalu mencurigakan. Tapi lama-kelamaan, kedua satpam tersebut merasa terganggu dan curiga dengan bau busuk dari dalam kardus.
Meski curiga, keduanya tidak berani langsung memeriksa isi kardus itu. Salah-salah, kan malah jadi bumerang, iya kan? Kedua satpam itu lantas berjalan menuju ke pos polisi di persimpangan, yang memang tidak terlalu jauh dari lokasi.
Sayangnya, karena kondisi lalu lintas yang ramai, polisi yang sedang berjaga tidak langsung menangani laporan kedua satpam itu. Ya, waktu itu kondisi jalan sedang di puncak kemacetan, sehingga polisi yang berjalan lebih mengutamakan mengurai arus lalu lintas terlebih dahulu.
Di saat yang bersamaan, ada dua orang gelandangan yang mengais-ngais sampah di sekitar PT Garuda Mataram Motor. Keduanya berniat untuk mengambil kardus itu, lalu dijual ke penadah.
ADVERTISEMENT
Ketika akan diambil, kardus itu terasa berat. Akhirnya, mereka berinisiatif untuk membuka kardus dan membongkar isinya. Dan ternyata, isinya mungkin tidak akan pernah hilang dari otak mereka selamanya.
Awalnya, mereka melihat ada sebuah kepala manusia dan 12 potong tulang belulang. Sementara, satu kardus lainnya berisi 180 potongan daging dan isi perut manusia.
Saat itu, kasus mutilasi belum terlalu populer bagi masyarakat Indonesia. Apalagi, pelaku mengeksekusi korbannya dengan begitu kejam. Kasus ini diyakini sebagai kasus mutilasi pertama di Indonesia yang mencuat ke publik, dan menjadi 'inspirasi' bagi pelaku-pelaku lain setelahnya.
Karena terjadi di Jalan Setiabudi, kasus ini dikenal juga dengan nama 'Mutilasi Setiabudi 1981', 'Setiabudi 13'--yang merujuk pada 13 potong tubuh korban--, atau 'Pesona 13'.
Potongan-potongan tubuh itu lalu segera dibawa ke RSCM untuk diautopsi oleh dokter ahli forensik, dr. Mun'im Idries. Dalam pemeriksaannya, Mun'im lalu menyusun potongan-potongan itu hingga menjadi satu jasad utuh--atau nyaris utuh karena bagian anus, kandung kemih, dan pankreas korban hilang.
ADVERTISEMENT
"Semuanya dapat disusun menjadi jasad manusia. Si pembunuh tidak hanya memotong-motong jasad korban secara sistematik, tapi juga menyayat dan mengupas seluruh daging dari tulangnya," tulis Mun'im dalam bukunya, Indonesia X-Files.
Melalui jasad yang sudah disusun itu, Mun'im bisa mengungkapkan profil korban. Korban adalah seorang pria yang menderita penyakit fimosis atau lubang saluran urine yang sangat sempit di ujung kemaluan yang tidak disunat. Kisaran usianya 18-21 tahun, tinggi badan 165 sentimeter, tegap, dan agak gemuk.
Korban juga memiliki ciri khusus berupa beberapa tahi lalat di tubuhnya. Berdasarkan tanda-tanda forensik korban, Mun'im menduga proses mutilasi berlangsung pada 21 November malam hingga dini hari berikutnya.
Pembunuhan ini jelas bukan dilakukan oleh orang biasa. Sebab, potongannya begitu rapi dan mengerat tulang dengan bersih juga bukan hal mudah. Paling tidak, diperlukan lebih dari dua orang untuk melakukan pekerjaan tersebut dalam waktu yang begitu singkat.
ADVERTISEMENT
Sebagai gambaran, bagi sebuah tim forensik profesional yang sudah terlatih sekali pun, butuh waktu lebih dari dua jam untuk sekadar membedah mayat. Sementara pelaku, diduga hanya membutuhkan waktu 3-4 jam.
"Mengerat tulang dan mengelupasi mayat itu bukan hal yang mudah," tutur Mun'im.
Nah, misteriusnya, seluruh bagian tubuh yang biasa digunakan untuk proses identifikasi pada korban masih utuh. Untuk ukuran kasus mutilasi, ini cukup aneh.
"Uniknya, wajah tidak diapa-apakan, telapak tangan masih ada, telapak kaki masih ada. Selebihnya seperti kambing guling, disayat-sayat ratusan potong. Paru, hati, limpa, masih utuh," kata Mun'im di acara 'Mata Najwa' bertema X-Files.
Umumnya, pelaku pembunuhan akan memotong-motong korbannya sebagai salah satu cara untuk menghilangkan identitas korban. Sehingga, kejahatan yang ia lakukan tidak bisa diketahui oleh orang lain.
ADVERTISEMENT
Cara yang paling umum, biasanya, adalah dengan melenyapkan bagian kepala untuk mencegah pengenalan visual korban serta kaki dan tangan, untuk mengaburkan pola sidik jari. Banyak juga, yang akhirnya, pelaku memilih menghancurkan bagian-bagian tubuh itu agar tidak bisa dikenali lagi.
Namun di kasus ini, seluruh bagian tubuh korban yang 'umumnya' dilenyapkan oleh pelaku, justru menjadi satu-satunya (atau beberapa ya) yang utuh. Semuanya masih utuh dan terkesan sengaja tidak diapa-apakan. Seolah-olah, pelaku ini ingin menantang, 'ini lho korbanku.'
Meski sangat aneh dan memang sulit untuk memahami motivasi si pelaku melakukan ini, tapi tanda-tanda vital itu dianggap sebagai bukti yang sangat membantu. Dengan segera, pihak kepolisian langsung membuat sketsa wajah dan sidik jari korban untuk disebarkan seluas-luasnya. Bahkan, saat itu, media mengekspose kasus ini besar-besaran.
ADVERTISEMENT
Namun, hingga saat ini tidak ada satu pun informasi yang masuk soal identitas korban. Tidak pernah ada keluarga, kerabat, atau rekan yang mengaku mengenal atau paling tidak, sempat melihat korban.
"Tapi anehnya, sidik jari ada, mukanya ada, tapi tidak terungkap sampai sekarang," ucap Mun'im.
Hingga 38 tahun kemudian, kasus ini masih belum juga terpecahkan. Tidak pernah ada yang bisa menunjukkan, siapa pembunuh kejam ini? Dan siapa sebenarnya korban Setiabudi 1981 ini.
Bagaiman, gaes? Misterius banget, 'kan? Sayangnya, pada masa itu, teknologi juga belum maju, belum ada CCTV di jalanan. Boro-boro CCTV, pacaran saja masih pakai telepon rumah diem-diem.
Yang jelas, kasus mulitasi ‘Pesona 13’ ini berdampak cukup hebat bagi orang-orang ‘stres-yang-kepepet’ di luar sana. Nah gimana pendapat kalian soal kasus ini?
ADVERTISEMENT