Konten dari Pengguna

Sepak Bola yang Lahir dan Besar di Negeri Samurai: Jepang dan Visi 100 Tahun

Akbar Maulana
Reporter kumparan Bisnis
6 Desember 2022 2:19 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Akbar Maulana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tim Nasional Jepang yang berlaga di Piala Dunia Qatar 2022. Foto: Japan Football Association (JFA)
zoom-in-whitePerbesar
Tim Nasional Jepang yang berlaga di Piala Dunia Qatar 2022. Foto: Japan Football Association (JFA)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jepang terhenti di 16 besar Piala Dunia 2022 setelah kalah adu penalti melawan Kroasia. Meski begitu, tim asuh Hajime Moriyasu ini cukup membuat kejutan di Piala Dunia edisi Qatar tahun ini. Tak cuma lolos dari grup neraka, Jepang menjadi pemuncak grup E dengan dua kemenangan, masing-masing atas Spanyol dan Jerman, dan satu kekalahan atas Costa Rica.
ADVERTISEMENT
Sebelum Jepang menjadi salah satu raksasa sepak bola Asia bahkan menjadi kuda hitam Piala Dunia, siapa Negeri Matahari ini sempat terdepak dari FIFA karena Perang Dunia ke-II dan sempat terguncang krisis ekonomi Asia yang membuat J-League bangkrut.
Krisis ekonomi yang menghancurkan sepak bola Jepang membuat mereka belajar, dan akhirnya lahir visi jangka panjang yang dikenal dengan konsep visi 100 tahun sepak bola Jepang. Ambisi dari visi 100 tahun itu, Jepang menjuarai Piala Dunia 2092.
Berkembang dari Kampus ke Kampus
Awal mula sepak bola Jepang dibangun adalah pada periode 1870-1920. Ada empat versi bagaimana sepak bola dikenalkan di Jepang. Pertama, olahraga ini dikenalkan oleh pendatang yang menetap di Kobe pada 1872.
ADVERTISEMENT
Versi kedua, sepak bola ini dimaninkan oleh tentara Inggris yang bermukim di Yokohama pada 1866. Versi lain menyebut, angkatan laut Inggris yang melakukan misi keduanya ke Jepang, Sir Archibald Lucius Douglas, mengenalkan sepak bola di Jepang pada 1873.
Versi terakhir menyebut, insinyur asal Skotlandia, Limer Jones mengajarkan sepak bola sebagai mata kuliah jasmani di Universitas Tokyo. Pada periode ini, sepak bola Jepang berkembang dari kampus ke kampus.
Sepak bola mulai menjadi olahraga populer di Jepang Barat, di kawasan Kansai. Mulanya, mahasiswa dari Mikage memainkan olahraga ini sebelum kemudian menjadi olahraga populer di kota Kobe. Pada 1971, pertama kali digelar kompetisi sepak bola level kampus di tingkat nasional.
Japan Football Associaton (JFA) meluncurkan deklarasi sepak bola akar rumput pada 15 Mei 2014. Foto: J-League
Kompetisi sepak bola antar kampus ini menyebar ke setiap perguruan tinggi di Jepang. Sepak bola Jepang kemudian meluas dan tumbuh dalam setiap perguruan tinggi.
ADVERTISEMENT
Terdepak dari FIFA dan Dihantam Krisis Ekonomi
Asosiasi Sepak Bola Jepang (Japan Football Association/JFA) dibentuk pada Mei 1921, dan bergabung ke dalam FIFA pada Mei 1929. JFA sempat terdepak dari FIFA karena Perang Dunia II yang meletus pada periode 1939-1945.
Pada periode perang dunia kedua, seluruh aktivitas olahraga di Jepang diatur dalam satu induk olahraga, termasuk JFA yang melebur ke dalam asosiasi yang disebut Japan Sports Association (JPO). Pada periode ini, Jepang dikeluarkan dari FIFA dan bergabung lagi pada 1950.
J-League sebagai kompetisi sepak bola tertinggi di Jepang, pertama kali bergulir pada 1993. Ekonomi Asia pada awal mula J-League berdiri sedang bagus. Hal ini turut mendorong minat pemain-pemain kelas dunia yang uzur memilih Jepang untuk menutup masa keemasan mereka.
ADVERTISEMENT
Beberapa nama besar yang sempat merumput di J League ketika itu seperti legenda timnas Brasil, Arthur Antunes Coimbra alias Zico ke Sumimoto Metal (sekarang Kashima Antlers). Langkah Zico kemudian disusul mantan rekan setimnya di timnas Brasil seperti Careca ke Kashiwa Reysol, dan kapten timnas Brasil yang sukses membawa Tim Samba juara Piala Dunia 1994, Dunga ke Jubilo Iwata.
Total, ada delapan pemain dari skuad juara timnas Brasil di Piala Dunia 1994 yang bermain di J-League saat itu, termasuk Jorginho dan Bebeto yang ke Kashima Antlers.
Pada periode tersebut sepak bola Jepang terus berkembang, hingga pada 1997 krisis ekonomi melanda Asia. Ini berimbas ke J-League di mana investor dan sponsor menarik pendanaan mereka, dan jumlah penonton J-League terpangkas hampir setengah.
ADVERTISEMENT
Imbas guncangan krisis ekonomi itu bisa dilihat dari terjunnya peringkat Jepang di FIFA. Pada Februari 1998, Jepang menempati posisi 9, unggul dari Italia (peringkat 14), Spanyol (23), bahkan Belanda (25). Posisinya merosot menjadi peringkat 33 pada Januari 1999, dan menjadi peringkat 57 pada Desember 1999.
Visi 100 Tahun, Juara Piala Dunia 2092
Tim Nasional Jepang yang berlaga di Piala Dunia Qatar 2022. Foto: Japan Football Association (JFA)
Visi 100 tahun sepak bola Jepang dicetuskan JFA merespons merosotnya kualitas sepak bola Jepang kala itu. Federasi tak mau hal seperti krisis ekonomi di masa depan bisa berdampak pada sepak bola mereka. Jepang membuat perubahan besar-besaran pada sepak bola di Negeri Samurai.
JFA membangun kemitraan dengan perusahaan lokal, dan secara lebih detail mereka juga menyasar akademi-akademi sepak bola akar rumput. Visinya, membawa sepak bola dan melibatkan lebih banyak generasi muda mereka.
ADVERTISEMENT
Target yang tertuang dalam visi jangka panjang itu, pada 2092 Jepang memiliki 100 klub sepak bola profesional. Pada awalnya, kompetisi tertinggi J1 diikuti 16 klub dan J2 hanya 10 klub. Saat ini, J1 diikuti 18 klub dan J2 sebanyak 22 klub. Sementara J3 yang dimulai 2014 dengan 12 klub, sekarang menjadi 18 klub.
Cita-cita ambisius yang juga tertuang dalam visi 100 tahun ini adalah Jepang menjadi kampiun Piala Dunia edisi 2092 nanti. Hingga Piala Dunia 2022 di Qatar ini, prestasi Samurai Biru hanya mampu tembus 16 besar.