Konten dari Pengguna

Perjalanan Menuju Ciledug

Akbar Ramadhan
Penulis sepak bola dan sekitarnya.
28 November 2019 18:45 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Akbar Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jalan Layang Seksi Seskoal sudah rampung. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Jalan Layang Seksi Seskoal sudah rampung. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Semestinya pekan ini tulisan yang dimuat akan berkisah soal eksistensi Stand Up Comedy di Indonesia atau podcast. Akan tetapi, waktu dan mood yang kurang berkenan membuat tema harus diganti.
ADVERTISEMENT
Awalnya, masih bingung sih mau nulis apa. Terlebih waktu untuk menulis tidak banyak karena sudah dikejar oleh waktu. Alhasil saya akan membuat cerita dari kegiatan yang sering dilakukan: Perjalanan menuju Ciledug.
Yuk dimulai!
Enakan mulai dari mana ya tapi?
Kan, tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Jadi ada baiknya kenalin dulu dong, apa sih Ciledug itu? Ciledug yang banjir-banjir itu kan?
Ya itu benar. Di akhir tahun 90-an hingga 2000-an awal, banjir suka melanda Ciledug. Wajar sih, apalagi Ciledug dilalui Kali Angke yang kerap mendapat kiriman dari Bogor.
Jadi Ciledug tenar karena banjir?
Tentu tidak! Ciledug itu sebuah kecamatan elite di ujung Kota Tangerang. Inget ya Ciledug itu di Tangerang bukan Tangerang Selatan.
ADVERTISEMENT
Emang, sih, Ciledug itu sangat beririsan dengan Tangerang Selatan. Jarak Ciledug menuju Bintaro atau BSD memang tak memakan waktu yang lama. Paling cuma 10 menit.
Selain itu, Ciledug juga dekat sekali dengan Jakarta Selatan. Akan tetapi, anak Ciledug engga suka using english in conversation.
Lha, itu pakai Bahasa Inggris buat ngomong?
Itu kan contoh….
Jadi, Ciledug itu dekat banget sama ibu kota Jakarta dong? Eh Jakarta masih ibu kota enggak sih?
Ya, kita sebut Jakarta aja ya…. Dua bagian Jakarta, yakni Selatan dan Barat dempet dengan Ciledug. Kalau mau ke Jakarta Selatan tinggal lurus doang di Ciledug Raya sampai deh Petukangan, Cipulir, Kebayoran Lama, dan Blok M. Mau ke arah Barat lebih dekat.
ADVERTISEMENT
Masuk ke Karang Tengah, lurus sudah tembus Meruya, Puri, Kembangan, dll. Dekat kan?
Seru juga ya! Terus-terus ada apalagi soal Ciledug?
Ngambil dari liriknya Edo Kondologit, Ciledug itu ya surga kecil yang jatuh ke bumi. Selain dekat, mau ke mana-mana enak dari Ciledug. Bandara? Sudah dibukakan pintu tol.
Enggak sampai 30 menit menuju bandara Soekarno-Hatta. Mau naik moda transportasi MRT atau Transjakarta juga tidak ribet. Sekarang, Transjakarta saja sudah ada dari Ciledug menuju Blok M, menuju Kuningan, menuju Pancoran, menuju Tendean, dan masih banyak lagi.
Jadi intinya dari Ciledug mau ke mana-mana dekat, ya?
Tepat sekali!! Akses tol yang memadai hingga transportasi umum yang banyak jadi alternatif warga Ciledug kalau ingin berpergian.
ADVERTISEMENT
Tapi, macet enggak sih Ciledug?
Macet? Tentu saja! Kelemahan utama Ciledug saat ini adalah kemacetan. Bayangin, saat ini Ciledug ramai sekali dengan galian kabel di kedua tepi jalan. Belum lagi angkot yang menurunkan penumpang secara bar-bar. Satu hal yang membuat Ciledug macet adalah tata ruang yang berantakan.
Contohnya begini: ada dua jalur dari perbatasan Tangerang dan Jakarta menuju Kampus Budi Luhur begitu juga sebaliknya. Namun, jalur berubah menjadi satu di depan kampus BL tersebut. Tata ruang yang berantakan in membuat kemacetan acap terjadi di Ciledug.
Ya, bayangin saja kendaraan berlomba-lomba masuk ke satu jalur tersebut. Belum lagi adanya bus dan angkot yang berhenti.
Hanya itu sumber kemacetan Ciledug?
Ada lagi, yakni pasar dan Transjakarta yang suka belok menuju tempat istirahatnya. Nah, itu bikin macet. Apalagi bus-bus TJ itu kan gede.
ADVERTISEMENT
Kita tinggalin soal macet-macetan, kalau makanan, Ciledug punya makanan khusus ga?
Bakso goreng, telur gulung, hingga Shilin KW super semua ada di Ciledug. Soal makanan Ciledug juga ikut tren kok. Saat es kepal M*ilo dan Capucino Cincau lagi booming di Ciledug juga banyak. Jadi intinya, Ciledug tidak ketinggalan zaman soal makanan kekinian.
Hmmmmm….. Seru ya tinggal di Ciledug!
Seorang fenomenolog, psikolog, budayawan asal Belanda yakni Martinus Antonius Weselinus Brouwer pernah berkata: Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum. Nah, bagi Akbar Ramadhan, Ciledug tercipta saat Tuhan sedang iseng. Ya, keisengan kadang membuahkan hasil yang maksimal bukan? Dan Ciledug adalah salah satu keisengan yang berhasil.