Konten dari Pengguna

Terima Kasih, Bukit Jalil!

Akbar Ramadhan
Penulis sepak bola dan sekitarnya.
21 November 2019 12:39 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Akbar Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pendukung Timnas Indonesia dari bali di dalam stadion jelang pertandingan Timnas Indonesia melawan Timnas Malaysia di Stadion Bukit Jalil, Malaysia. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pendukung Timnas Indonesia dari bali di dalam stadion jelang pertandingan Timnas Indonesia melawan Timnas Malaysia di Stadion Bukit Jalil, Malaysia. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Entah berapa kali saya mendengar Pangeran Siahaan bercerita tentang nikmatnya away day. Dalam buku yang ditulisnya, Pange menyebut away day adalah pengalaman sepak bola yang tak ada tandingannya.
ADVERTISEMENT
Beruntung, di usia yang masih produktif ini saya bisa menjalankan ibadah sakral bernama away day itu. Tak tanggung-tanggung, pengalaman away day pertama saya langsung ke negara yang memiliki sentimen tinggi dengan Indonesia, yakni Malaysia.
Mari kita tengok ke belakang perihal rivalitas Indonesia dan Malaysia. Tak cuma dalam segi olahraga, Malaysia suka rese dalam berbagai hal. Budaya, makanan, hingga pulau beberapa kali diakui.
Kalau dalam olahraga, Indonesia dan Malaysia lebih panas lagi. Ingat tidak insiden laser di Piala AFF 2010? atau bendera Indonesia yang dipasang terbalik dalam buku panduan SEA Games 2017? Tentu itu semua memancing amarah rakyat Indonesia.
Rivalitas Indonesia dan Malaysia semakin panas bila mengingat kejadian di Gelora Bung Karno 5 September lalu. Saat itu, kerusuhan pecah antarkedua pendukung. Bahkan, laga yang dimenangi Malaysia itu sempat berhenti sejenak karena rusuh-rusuh kedua pendukung.
ADVERTISEMENT
Namun, itu semua tak menyurutkan langkah saya untuk datang bertamu ke Malaysia. Selasa 19 November 2019, saya merasakan yang namanya kenikmatan duniawi.
***
Stadion Nasional Bukit Jalil terlihat ramah ketika saya masuki. Bukan tanpa alasan, toh saya yang mengenakan atribut Indonesia aman-aman saja ketika masuk ke lingkungan stadion. Malah, saya melihat beberapa pendukung Indonesia sempat berfoto bersama dengan pendukung tuan rumah.
Selain itu, poster-poster bertuliskan Indonesia dan Malaysia sahabat serumpun juga menghiasi dinding luar stadion. Akan tetapi, yang namanya cowok selalu salah dan saya pun demikian.
Apa yang saya lihat berbanding terbalik dengan apa yang saya alami. Jadi begini, sebelum masuk ke dalam stadion, saya coba ber-'tawaf' untuk melihat-lihat kemegahan 'main stadium' Malaysia itu. Sampailah saya di pintu yang ramai dengan para penyokong Malaysia.
ADVERTISEMENT
Saya yang jalan dengan seorang teman tak ada keraguan untuk menembus kerumunan itu. Kami berani menggunakan baju merah di tengah orang-orang berbaju kuning yang menyemut.
Sebelum dilempari benda-benda aneh. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Di situ, mereka mulai berteriak: Indon! Indon!. Jarak mulut mereka dan kuping kami hanya dua jengkal. Sungguh dekat. Kami sadar, reaksi berlebihan akan berakibat fatal. Untungnya juga, mereka cuma berteriak tak sampai melakukan pukulan, tendangan, atau dorongan.
Berhasil lolos dari kerumunan tersebut dengan selamat, kami memutuskan untuk langsung masuk ke dalam stadion. Para suporter Indonesia diberi tribune khusus oleh federasi Malaysia. Kami berada di tribune away berdekatan dengan penyokong Casual Malaysia yang rese itu.
Laga belum dimulai, para penyokong Malaysia sudah mencemooh Indonesia. Nyanyian Indonesia is f*cking sh*t berkumandang cukup kencang. Jari tengah hingga gestur mengajak gelut juga dilakukan oleh pendukung Malaysia.
ADVERTISEMENT
Saat pemain Indonesia keluar untuk pemanasan, mereka juga menyoraki. Untungnya, mereka tidak berisik saat Indonesia Raya dilantunkan.
Situasi mencekam saat Malaysia menciptakan gol pertama. Gelas berisi air yang tidak diketahui asal usul, petasan, hingga baut yang tak jelas dari mana asalnya melayang ke tribune pendukung Indonesia. Itu semua tanda suka cita dari para pendukung Malaysia.
Namun, agak mengherankan juga kenapa petasan dan baut itu bisa masuk ke dalam stadion. Toh, saat kami masuk pemeriksaan begitu ketat. Saya hitung ada tiga kali body check yang dilakukan petugas untuk bisa masuk ke dalam stadion.
Dugaan muncul: Mungkin pemeriksaan di tribune Malaysia tak seketat tribune Indonesia. Bisa jadi. Toh Malaysia kan yang menjadi tuan.
ADVERTISEMENT
Situasi kembali kondusif. Polisi bertameng berjaga di sekat antara tribune Indonesia dan Malaysia. Namun, agak mengherankan juga, yang ditamengi justru Malaysia yang sedari tadi melakukan lemparan ke arah pendukung Indonesia.
Tensi kembali panas saat pertandingan mau selesai. Lagi-lagi benda-benda yang tak jelas melayang ke tribune Indonesia. Benda-benda tersebut datang dari kiri, kanan, dan atas yang memang diisi oleh pendukung Malaysia. Teriakkan 'pulang' juga mendengung seantero stadion.
Nyatanya, usai laga rampung kami tak benar-benar diizinkan pulang. Agar aman, para pendukung Indonesia dikunci selama hampir satu jam di dalam stadion. Pihak keamanan meminta penyokong Malaysia untuk keluar terlebih dahulu.
Situasi sudah clear, pintu dibuka. Saya dan rekan berniat pulang. Namun, keributan kembali terjadi.
Pendukung Timnas Malaysia menyanyikan yel-yel ke suporter Indonesia di dalam stadion jelang pertandingan Timnas Indonesia melawan Timnas Malaysia. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Jadi begini, jam sudah menunjukkan pukul 01.00 malam waktu setempat. Kami berniat untuk mencari taksi online di luar lingkungan stadion. Ketika kami berjalan keluar, puluhan pendukung Malaysia datang untuk melakukan intimidasi.
ADVERTISEMENT
Kalah jumlah, kami lari masuk ke dalam stadion mencari perlindungan polisi. Beruntung, masih ada polisi yang berpatroli hingga penyokong Malaysia tak mengejar kami hingga ke dalam.
Keadaan belum benar-benar aman. Menurut kabar, penyokong Malaysia memang melakukan sweeping dan menunggu pendukung Indonesia di lokasi-lokasi tertentu.
Saat kami hendak keluar lagi dan pulang, kami berjumpa lagi dengan penyokong Malaysia. Mereka yang berada dalam mobil hanya berteriak 'Indog! Indog!' kepada kami.
Alhamdulillah-nya, tak sampai mereka turun mobil mungkin mereka takut juga dengan kami. Dengan atribut dan kaos yang ditutupi, akhirnya kami bisa kembali ke hotel dengan selamat.
***
Pangeran Siahaan benar. Away day merupakan kegiatan sepak bola yang tak ada tandingannya. Saya tak berbicara perihal hasil yang didapat Timnas. Saya cuma ingin merasakan atmosfer berteriak, bernyanyi, dan menggunakan jersi berbeda dalam lautan orang berbaju sewarna. Kegiatan yang membuat ketagihan. Mungkin saya akan kembali ke Stadion Nasional Bukit Jalil suatu saat.
ADVERTISEMENT
Apalagi, Malaysia hari itu memberikan pengalaman yang tak akan saya lupakan. Terima kasih atas cacian, lemparan petasan, gelas berisi air cabai, baut, dan tentunya kekalahan ini.