Konten dari Pengguna

Apa Itu Pengangguran dan Pekerja Keluarga?

Akbar Sergio Abdul Gawang
Statistisi Ahli Pertama Badan Pusat Statistik Kabupaten Sorong Selatan
12 Desember 2021 6:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Akbar Sergio Abdul Gawang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi. (Proses pembuatan nomken dan topi anyaman. Foto: Adhie Ichsan/kumparan).
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi. (Proses pembuatan nomken dan topi anyaman. Foto: Adhie Ichsan/kumparan).
ADVERTISEMENT
Ada apa dengan pengangguran ?
Berbicara soal pengangguran erat kaitannya dengan beberapa indikator ekonomi seperti kemiskinan, pembangunan manusia, hingga pendapatan nasional.Sebagai salah satu dari 11 sasaran makro pembangunan, target pemerintah untuk tingkat pengangguran pada tahun 2020-2024 adalah 4-4,6 persen. Cukup menjadi 'pekerjaan rumah' bagi pemerintah, mengingat masih banyak provinsi di Indonesia yang memiliki angka tingkat pengangguran jauh di atas target tersebut.
ADVERTISEMENT

Pengangguran di Papua Barat

Menurut data BPS pada Agustus 2021, tingkat pengangguran terbuka (TPT) Provinsi Papua Barat sebesar 5,84 persen menurun jika dibandingkan tahun sebelumnya. Menariknya jika dibandingkan dengan TPT nasional yaitu 6,49 persen , TPT Papua Barat lebih rendah. Terlebih lagi TPT Papua Barat memiliki tren menurun dari tahun ke tahun sehingga diharapkan dapat mencapai angka 4 persen pada tahun 2024 sesuai dengan sasaran makro pembangunan nasional. Lalu apakah dengan data tersebut sudah mencerminkan bahwa tenaga kerja di Papua Barat sudah dalam kondisi 'baik' ?
Merujuk pada data BPS Agustus 2021, tiga kategori dengan persentase terbanyak berdasarkan status pekerjaan utamanya adalah pekerja dengan status buruh/karyawan/pegawai yaitu 40,11 persen, diikuti pekerja dengan status berusaha sendiri sebesar 21,23 persen, kemudian pekerja dengan status pekerja keluarga/tidak dibayar sebesar 17,89 persen. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, peningkatan terjadi pada status pekerja keluarga/tidak dibayar dari 16,96 persen pada tahun 2020 menjadi 17,89 persen pada tahun 2021. Secara peringkat pun, persentase peringkat status pekerjaan untuk kategori pekerja keluarga/tidak dibayar di Papua Barat berada di urutan nomor 3, sedangkan di tingkat nasional kategori ini berada di urutan nomor 4. Hal ini semakin menunjukkan bahwa andil dari pekerja keluarga/tidak dibayar terhadap penyerapan angkatan kerja serta dalam menekan angka pengangguran Papua Barat sangat berpengaruh.
ADVERTISEMENT

Pekerja Keluarga/tidak dibayar

Menurut BPS, pekerja keluarga adalah seseorang yang bekerja membantu usaha untuk memperoleh penghasilan atau keuntungan yang dilakukan oleh salah seseorang anggota rumah tangga atau bukan anggota rumah tangga tanpa mendapat upah. Dari pengertian tersebut secara tidak langsung dapat diartikan bahwa pekerja keluarga ini adalah seseorang yang secara sukarela membantu dalam aktivitas ekonomi. Di Papua Barat sendiri pekerja keluarga memang paling banyak terjadi di daerah perdesaan khususnya di sektor pertanian. Fenomena masyarakat setempat yang mengelola lahan serta kebun dengan gotong royong dalam keluarga dalam memanfaatkan menjadi produksi pertanian memang paling banyak ditemui.
Bukan hanya orang dewasa, kebiasaan ini juga sering melibatkan anak-anak yang biasanya ikut membantu di kebun walaupun sebatas membantu mengangkat hasil tani atau membersihkan lahan. Hal ini masih terjadi dikarenakan sektor pertanian di Papua Barat belum mengarah ke modernisasi melainkan masih terfokus ke subsisten (memenuhi konsumsi sendiri). Penggunaan buruh tani pun sangat minim ditemui, melainkan lebih memilih memanfaatkan tenaga anggota keluarga saja. Hal ini sebenarnya bukan hal yang buruk akan tetapi keberadaan pekerja keluarga/tidak dibayar yang banyak tentunya kurang dapat mendorong tingkat perekonomian daerah.
ADVERTISEMENT

Kesimpulan dan Saran

Maraknya pekerja keluarga/tidak dibayar di provinsi Papua Barat bukan suatu hal negatif, akan tetapi demi percepatan pertumbuhan ekonomi sekiranya pekerja di Papua Barat harus mulai berbenah dengan cara meningkatkan kapasitas diri baik dari segi kemampuan maupun keahlian sehingga tidak hanya terfokus pada sektor primer saja. Banyaknya pekerja keluarga/tidak dibayar secara kasat mata seolah-olah membuat pengangguran di Papua Barat terlihat sedikit. Padahal dalam melihat suatu indikator jangan hanya melihat secara kuantitas saja tetapi perlu juga memperhatikan dari sisi kualitas. Pemerintah perlu jeli dan tidak cepat berpuas diri dengan capaian tersebut melainkan harus terus mengawal program yang berkaitan dengan pembangunan manusia demi Papua Barat yang sejahtera.
Akbar Sergio Abdul Gawang, S.Tr.Stat
ADVERTISEMENT
Statistisi Ahli Pertama BPS Kabupaten Sorong Selatan