Konten dari Pengguna

Kondisi Pekerja Perempuan di Papua Barat

Akbar Sergio Abdul Gawang
Statistisi Ahli Pertama Badan Pusat Statistik Kabupaten Sorong Selatan
9 Desember 2021 13:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Akbar Sergio Abdul Gawang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mama Papua sedang menjual pinang, sumber : foto pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Mama Papua sedang menjual pinang, sumber : foto pribadi

SDGS dan Perempuan

ADVERTISEMENT
Pekerja perempuan sering kali menjadi isu yang sering bermasalah di Indonesia ini. Menurut Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga, mengatakan bahwa berbagai sumber memastikan partisipasi yang setara dan penuh dari perempuan dan laki-laki menjadi kunci kesejahteraan suatu bangsa. Untuk itu potensi perempuan harus dimaksimalkan melalui pemberdayaan dan pemenuhan dan perlindungan. Hal itu sejalan dengan SDGS (Sustainable Development Goals) dengan salah satu targetnya yaitu “Melindungi hak-hak pekerja dan mendukung lingkungan kerja yang aman bagi seluruh pekerja, khususnya bagi perempuan buruh migran, dan pekerja dalam situasi genting”. Tujuan tersebut tentunya menyesuaikan kondisi era sekarang di mana tidak ada lagi batasan antara perempuan dan laki-laki dalam bersaing dalam dunia kerja. Tidak terkecuali Provinsi Papua Barat masalah ini sering kali diperbincangkan oleh beberapa pihak.
ADVERTISEMENT

Pekerja Perempuan Papua Barat

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan Papua Barat pada tahun 2021 yaitu 57,27 persen lebih tinggi dibandingkan angka nasional yaitu 53,1 persen bisa dikatakan bahwa penyetaraan partisipasi angkatan kerja secara gender di Papua Barat sekilas lebih baik dibandingkan keseluruhan secara nasional. Lalu bagaimana jika melihat dari sisi pengangguran ?
Melihat dari sisi pengangguran perempuan di Papua Barat, berdasarkan data BPS pada tahun 2020 tingkat pengangguran perempuan di Papua Barat sebesar 5,83 persen lebih rendah dari tahun sebelumnya serta lebih rendah dari angka nasional. Tapi apakah ini indikasi bahwa pekerja perempuan di Papua Barat sudah layak dibilang baik.
Untuk memperjelas apakah kondisi tenaga kerja perempuan di Papua Barat sudah baik atau belum, perlu memperhatikan sektor mana yang menjadi penyumbang terbesar. Pada tahun 2021, menurut data BPS, dominasi pekerja perempuan terjadi di sektor pertanian disusul dengan perdagangan sebesar 25,36 persen. Fenomena ini sudah dari dulu terjadi di Papua Barat mengingat pertanian menjadi sektor tumpuan utama dikarenakan banyak sekali petani subsisten (mengutamakan untuk konsumsi sendiri) makanan pokok seperti singkong, ubi jalar, serta keladi khususnya untuk masyarakat pribumi. Selain itu juga sering ditemui perempuan (mama penjual pasar) yang mayoritas menjual hasil kebun seperti sayur, buah, sagu, pinang, serta tanaman obat (daun gatal). Selain itu, banyak sekali fenomena terutama di perdesaan, meskipun kepala keluarga sudah bekerja di sektor lain tetapi pasangan (istri) tetap mengusahakan pertanian baik bertujuan untuk dikonsumsi sendiri maupun dijual. Oleh karena itu sumbangsih perempuan di dua sektor tersebut tinggi.
ADVERTISEMENT
Dilihat dari sektor formal dan informal, pekerja perempuan di Papua Barat pada tahun 2021 lebih banyak di sektor informal yang bisa dikatakan hanya skala kecil dan tidek memerlukan kualifikasi khusus untuk terjun ke sektor ini. Pada tahun 2021, sektor formal hanya diisi sekitar 20 persen pekerja perempuan. Data tersebut menunjukkan bahwa kondisi ketenagakerjaan perempuan di Papua Barat belum sepenuhnya optimal dalam kualitas penyerapan sektor lapangan kerja dimana hanya terpusat di pertanian saja. Padahal kondisi pertanian di Papua Barat masih belum bisa dikatakan pada kondisi ideal. Hal itu ditunjukkan dengan distribusi PDRB sektor Pertanian Papua Barat 2020 hanya 10,81 persen jauh di bawah sektor lainnya

Kesimpulan dan Saran

Dari beberapa hal yang dijabarkan di atas dapat dikatakan bahwa pekerja perempuan di Papua Barat mayoritas berada di sektor informal yang belum maksimal dalam meningkatkan perekonomian Papua Barat. Pemerintah wajib mengawal semua program yang sudah ada terutama yang berkaitan dengan sumber daya manusia seperti pendidikan dan pelatihan mulai dari level desa. Bagi masyarakat khususnya untuk pribumi diharapkan bisa beradaptasi dengan teknologi sehingga bisa meningkatkan kemampuan diri serta semakin membuka peluang kerja di sektor formal. Semoga pekerja perempuan di Papua Barat semakin maju dan sejahtera.
ADVERTISEMENT
Akbar Sergio Abdul Gawang, S.Tr.Stat.
Statistisi Ahli Pertama BPS Kabupaten Sorong Selatan.