Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Dilema Tax Holiday : Strategi Efektif atau Ancaman Fiskal?
19 Februari 2025 15:16 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari M Akbar Aditama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Apakah tax holiday masih menjadi strategi paling efektif dalam menarik investasi, ataukah kebijakan ini justru merugikan kapasitas fiskal negara dalam jangka panjang? Di tengah dinamika ekonomi global yang semakin kompetitif, Badan Kebijakan Fiskal (BKF) dan Kementerian Investasi/BKPM tengah mengevaluasi efektivitas tax holiday sebagai instrumen insentif pajak. Meskipun kebijakan ini dirancang untuk menarik investasi di sektor prioritas, keberlanjutannya kini dipertanyakan, mengingat banyak negara mulai beralih ke skema insentif yang lebih berbasis produktivitas dan kinerja. Jika tidak dikaji dengan cermat, tax holiday berisiko hanya menjadi kebijakan jangka pendek yang mengorbankan stabilitas fiskal tanpa memberikan manfaat nyata bagi pembangunan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Evaluasi terhadap kebijakan ini menjadi semakin penting mengingat tekanan untuk menciptakan kebijakan fiskal yang lebih adil dan berkelanjutan semakin meningkat. Pemerintah harus memastikan bahwa insentif pajak seperti tax holiday benar-benar menghasilkan dampak positif, baik dalam hal penciptaan lapangan kerja, peningkatan kapasitas industri dalam negeri, maupun transfer teknologi. Jika insentif ini hanya menjadi instrumen pemanis bagi investor tanpa menghasilkan dampak ekonomi yang signifikan, maka kebijakan ini harus ditinjau ulang. Tren global juga menunjukkan bahwa negara-negara mulai beralih dari kebijakan pajak konvensional menuju strategi yang lebih targeted, seperti super deduction tax untuk riset dan inovasi, insentif berbasis kinerja, serta insentif hijau bagi investasi berkelanjutan.
Tax Competition dan Dampaknya terhadap Kebijakan Pajak
Dalam persaingan global, negara-negara berlomba-lomba menawarkan berbagai insentif pajak untuk menarik investasi. Namun, pendekatan ini berisiko menciptakan fenomena "race to the bottom", di mana negara terus menurunkan tarif pajak tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap pendapatan fiskal jangka panjang. Alexander Klemm (2009) menyoroti bahwa tax competition menjadi faktor utama dalam penerapan insentif pajak, tetapi pertanyaannya, apakah strategi ini benar-benar menguntungkan dalam jangka panjang atau justru menciptakan ketergantungan yang merugikan?
ADVERTISEMENT
Tax holiday sering kali lebih menguntungkan investasi jangka pendek yang hanya mencari keuntungan tanpa memperkuat fondasi ekonomi nasional. Transparansi dalam implementasi kebijakan ini juga masih menjadi tantangan, di mana perusahaan kerap melobi perpanjangan insentif tanpa memberikan kontribusi nyata terhadap perekonomian. Dalam konteks global, penerapan Global Minimum Tax (GMT) semakin membatasi efektivitas tax holiday, karena pemotongan pajak di negara tujuan investasi kini dapat diklaim kembali oleh negara asal perusahaan. Hal ini membuat negara berkembang yang bergantung pada tax holiday kehilangan daya saingnya, sementara penerimaan pajak tetap tidak optimal.
Beberapa negara seperti Singapura memang berhasil menarik investasi dengan insentif pajak (Inriana & Setyowati, 2020), tetapi keberhasilan tersebut tidak hanya bergantung pada tax holiday semata, melainkan juga ditopang oleh reformasi struktural, kepastian hukum, dan infrastruktur yang mendukung. Tanpa faktor-faktor tersebut, tax holiday hanya akan menjadi instrumen jangka pendek yang tidak memberikan dampak ekonomi yang berkelanjutan. Oleh karena itu, alih-alih terus mempertahankan tax holiday yang rentan terhadap penyalahgunaan, pemerintah sebaiknya beralih ke insentif berbasis produktivitas, seperti super deduction tax untuk inovasi, insentif berbasis kinerja, atau insentif hijau untuk investasi berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Perhitungan Biaya dan Manfaat Tax Holiday
Insentif pajak dapat menjadi alat yang ampuh untuk mendorong investasi, tetapi biaya dan manfaatnya harus dianalisis dengan cermat. Meskipun tujuan utama dari tax holiday adalah menarik investasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi, pertanyaannya adalah apakah manfaat yang dihasilkan lebih besar dibandingkan biaya fiskal yang ditanggung negara. Hilangnya pendapatan pajak akibat tax holiday tidak hanya berdampak pada anggaran negara, tetapi juga dapat menyebabkan distorsi ekonomi, meningkatkan biaya administratif, serta mendorong praktik rent-seeking dan korupsi.
Mengukur manfaat insentif pajak juga tidak mudah. Meskipun insentif ini bertujuan untuk meningkatkan investasi, sulit untuk membedakan apakah investasi yang terjadi benar-benar akibat tax holiday atau justru dipengaruhi oleh faktor lain seperti regulasi investasi, kemudahan berbisnis, dan stabilitas makroekonomi. Lebih lanjut, tax holiday dapat menimbulkan efek crowding out, di mana investasi yang seharusnya dapat dikenakan pajak justru tergantikan oleh investasi yang mendapat insentif, sehingga dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi tidak maksimal,apakah tax holiday masih layak dipertahankan?
ADVERTISEMENT
Tax holiday telah lama digunakan sebagai strategi menarik investasi, tetapi efektivitasnya kini mulai dipertanyakan. Di tengah meningkatnya tuntutan transparansi dan akuntabilitas kebijakan fiskal, pemerintah harus mengevaluasi kembali relevansi tax holiday sebagai instrumen kebijakan. Jika tetap dipertahankan, maka perlu ada mekanisme kontrol yang lebih ketat agar insentif ini tidak hanya menguntungkan investor, tetapi juga berkontribusi nyata terhadap pembangunan ekonomi nasional.
Pada akhirnya, pertanyaannya bukan lagi apakah tax holiday dapat menarik investasi, tetapi apakah kebijakan ini benar-benar memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan potensi kerugiannya. Jika tax holiday terus diterapkan tanpa perhitungan yang matang, pemerintah justru berisiko menciptakan jebakan insentif yang melemahkan kapasitas fiskal negara di masa depan. Oleh karena itu, alih-alih mempertahankan insentif pajak yang tidak efektif, pemerintah harus merancang strategi insentif yang lebih cerdas, berbasis produktivitas, dan berorientasi pada dampak ekonomi jangka panjang.
ADVERTISEMENT