Konten dari Pengguna

Pembelajaran Berbasis Proyek Dalam Meningkatkan Kualitas Berpikir Kritis Siswa

Akbar Dwi Dharmawan
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Manajemen Pendidikan.
8 Juli 2024 18:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Akbar Dwi Dharmawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumen Pribadi ; Siswa SMP Negeri 17 Kota Tangerang Selatan
zoom-in-whitePerbesar
Dokumen Pribadi ; Siswa SMP Negeri 17 Kota Tangerang Selatan
ADVERTISEMENT
Guru semakin banyak menggunakan Pembelajaran Berbasis Proyek (PBL) sebagai teknik untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis mereka. Penekanan pendekatan ini adalah pada partisipasi aktif siswa dalam proyek otentik yang dapat diterapkan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Artikel ini akan membahas manfaat PBL bagi kemampuan berpikir kritis siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) serta kesulitan dan pencapaiannya.
ADVERTISEMENT
Di bawah pendekatan pembelajaran berbasis proyek, siswa mengerjakan proyek yang memerlukan kerja sama, penelitian, dan pemecahan masalah. Siswa dapat mempelajari subjek secara mendalam karena tugas ini biasanya panjang dan rumit. Proyek-proyek ini sering dihubungkan dengan kurikulum saat ini di sekolah menengah sehingga siswa dapat memahami hubungan antara keduanya.
Kapasitas untuk mengevaluasi informasi secara logis dan obyektif dikenal sebagai berpikir kritis. Ini mencakup kapasitas untuk Mengenali dan menilai argumen.
Adapun contoh untuk membuat kesalahan logis :
Di era informasi saat ini, ketika siswa harus mampu membedakan antara sumber informasi yang dapat diandalkan dan tidak dapat diandalkan serta membuat penilaian yang tepat, kemampuan ini sangatlah penting.
ADVERTISEMENT
Sejumlah penelitian menunjukkan nilai PBL dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor penting:
1. Partisipasi Aktif Siswa: PBL menempatkan siswa sebagai pusat proses pembelajaran dan memotivasi mereka untuk berperan aktif di dalamnya. Hal ini berbeda dengan pendekatan pengajaran konvensional ketika instruktur mengambil peran yang lebih memerintah.
2. Pemecahan Masalah Nyata: Siswa lebih terdorong untuk memecahkan masalah dan melatih pemikiran kritis ketika mereka mengerjakan proyek yang relevan dengan situasi dunia nyata.
3. Kerja Sama dan Komunikasi: PBL sering kali mengharuskan siswa untuk bekerja dalam kelompok di mana mereka harus bekerja sama, bernegosiasi, dan berkomunikasi. Ini membantu pengembangan kognisi sosial dan kemampuan interpersonal mereka.
4. Pemanfaatan Berbagai Sumber Informasi: PBL mendorong siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber, menilai keandalan sumber-sumber tersebut, dan memasukkan materi terkait ke dalam proyek mereka.
ADVERTISEMENT
Meskipun PBL menawarkan banyak keuntungan, penerapannya.
1. Keterbatasan Waktu dan Sumber Daya: Dalam konteks sekolah, menyediakan waktu dan sumber daya yang dibutuhkan siswa untuk menyelesaikan proyek yang unggul dapat menjadi tantangan.
2. Kesiapan Guru: Guru harus memiliki kemampuan yang diperlukan untuk merencanakan dan mengawasi proyek serta membantu siswa dalam perjalanan pendidikan mereka.
3. Evaluasi Kompleks: Dibandingkan dengan pendekatan tradisional, evaluasi hasil pembelajaran dalam PBL mungkin lebih rumit. Evaluasi didasarkan pada keterampilan proses dan hasil akhir proyek selain pengetahuan faktual.
Kemampuan berpikir kritis siswa dapat ditingkatkan secara efektif di sekolah menengah pertama melalui pembelajaran berbasis proyek. PBL memiliki potensi untuk lebih mempersiapkan siswa menghadapi tantangan yang akan mereka hadapi di dunia nyata dengan memberi mereka konteks yang relevan, melibatkan mereka dalam mengatasi masalah aktual, dan memupuk kerja sama tim. Namun untuk sukses, harus ada.
ADVERTISEMENT