Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Predikat Kota Pendidikan
21 Maret 2018 7:39 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari Akh Fawaid tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kurang lebih delapan tahun sudah kabupaten pamekasan menyandang predikat kota pendidikan. Predikat itu pasti akan memberikan kebanggaan bagi setiap daerah diindonesia, tak terkecualis di Madura dan jika predikat kota pendidikan itu bisa dibeli, tentu semua daerah akan berbondong-bondong untuk membeli predikat itu.
ADVERTISEMENT
Kota pendidikan memiliki penilaian positif bagi setiap masyarakat diluar daerah terhadap kabupaten ataupun kota yang menyandang predikat itu. apalagi pendidikan adalan salah satu indikator penilaian maju mundurnya pembangunan di salah satu daerah.
24 desember 2010 yang lalu adalah momen bersejarah bagi insane pendidikan dan masyarakat pamekasan secara umum. Sebab, dibulan tersebut kabupaten ini resmi menyandang kota pendidikan. Tidak tanggung-tanggung kota pendidikan itu, diakui oleh kementrian pendidikan nasional dan penobatanya dilakukan sendiri oleh Mentri Pendidikan Republik Indonesia, kala itu masih dijabat oleh Moh. Nuh.
Tempat penobatanyapun tidak dilakukan dipusat kota pamekasan. melainkan dilakukan diwilayah utara pamekasan. tepatnya di lapangan kerapan sapi kecamatan waru. Dalam penobatan itu juga disaksikan oleh kapolda jawa timur yang kala itu masih dijabat oleh Badrudin Haiti.
ADVERTISEMENT
Badruddin Haiti selain menyaksikan penobatan pamekasan sebagai kota pendidikan, juga memiliki kepentingan untuk menyaksikan penendatanganan kerjasama antara Pemkab Pamekasan dengan Polres Pamekasan. dengan mamasukkan pelajaran kelalulintasan dalam mata pelajaran resmi di sekolah.
Ada dua alasan mengapa Moh. Nuh berani menandatangi penobatan pamekasan sebagai kota pendidikan. Pertama, Kabupaten Pamekasan merupakan daerah tingkat II yang memiliki banyak prestasi di Bidang Pendidikan. Kedua, Pamekasan juga merupakan daerah yang telah menganggarkan anggaran pendidikan lebih dari 20 persen APBD sesuai dengan tuntutan Undang Undang.
Kala itu pamekasan memang kebanjiran prestasi, salah satu berprestasi dalam bidang lomba mata pelajaran sains ditingkat internasional. Siswa yang meraih prestasi itu bernama, Andy Oktavian Latief Peraih Medali Emas IPhO di Singapura tahun 2006. M Sahibul Maromi peraih medali emas IPhO di Kroasia tahun 2010.
ADVERTISEMENT
Prestasi ini juga diikuti oleh pelajar lainya yakni Alyssa putri mustika yang berhasil meraih tiga medali emas dan perak diajang international young mathematic convention di india pada tahun 2010. pada tahun yang sama prestasi diukir oleh Muhammad Salim Ghazali santri pondok pesantren Al-Mujtamak plapak pamekasan yang meraih pemenang pertama katagori hafalan al-qura’an 20 jus tingkat asia pacifik.
Deretan prestasi itu, dijadikan acuan oleh kemendiknas untuk menobatkan pamekasan sebagai kota pendidikan. Sehingga, menjadi kebanggaan bagi masyarakatnya, karena kabupaten ini meraih predikat pendidikan tersebut.
Dengan mempergilirkan predikat kota pendidikan, setiap kota harapannya terangsang untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan di kotanya. Standar kepemilikan predikat kota pendidikan perlu dibuat sebagai acuan masing-masing kota untuk saling berlomba-lomba memajukan pendidikan.
ADVERTISEMENT
Pertanyaanya kemudian, sudahkan kementrian pendidikan membuat standart kepemilikan predikat kota pendidikan. Lalu apakah, dua unsur diatas sudah cukup syarat kabupaten pamekasan memperoleh predikat kota pendidikan?. Akankah bisa disebut kementrian pendidikan terburu-buru menobatkan pamekasan kota pendidikan?.
sementara disisi lain banyak infrastruktur lembaga pendidikan di Pamekasan yang memprihatinkan, masih ada remaja yang putus sekolah, tingginya kenakalan remaja usia sekolah, maraknya tawuran di Pamekasan hingga masih rendahnya kualitas tenaga pendidik dan minimnya fasilitas yang ada di sekolah.
Bobroknya moral pemuda pamekasan, yang terungkap berkat penelitian Abrari tokoh budaya madura bersama mahasiswa Muhamadiyah malang pada tahun 2005 silam, menambah deretan masih suramnya dunia pendidikan di Pamekasan
Dari 300 siswa yang dijadikan responden di tiga sekolah negeri di Pamekasan membuktikan begitu bebasnya pergaulan yang dilakukan oleh pelajar. Data menyebutkan, 90% dari jumlah siswa tersebut mengaku pernah berpacaran. 36% mengaku tidak hanya sekedar berpacaran, melainkan pernah melakukan cipika-cipiki dengan pasanganya 30% siswa tidak hanya sekedar cipika-cipiki melainkan lebih dari pada itu. sementara 14% lainya siswa pamekasan mengaku pernah melakukan hubungan seks dengan pasangannya.
ADVERTISEMENT
data tersebut terjadi pada tahun 2005. kala itu arus informasi dan telekomonikasi publik di Pamekasan tidak secepat saat ini. Handpone masih terbatas, Komputer juga masih sedikit yang faham operasionalisasi, media sosial tidak seramai tahun ini. lalu bagaimana dengan kondisi saat ini, dimana media telekomonikasi menjadi dewa, dan mudah untuk mengakses segala hal yang dibutuhkan.
Baru saja kota pendidikan ini tertampar dengan kasus pembacokan yang menimpa dua siswa. Siswa itu dibacok segerombolan preman. korban tewas yang diduga mengalami pendarahan dan luka bacok di bagian punggung.
Penyebabnya sepele, yakni tersinggung saat balapan liar yang biasa diselenggarakan setiap malam Sabtu di Jalan Kabupaten Pamekasan. Oleh sejumlah segerombolan pemuda di dua kecamatan, yakni Kecamatan Proppo dan Kecamatan Pangentenan.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya kasus pembacokan, Kabupaten ini juga marak cabe-cabean yang diduga melibatkan siswa. Fenomena cabe-cabean ini terjadi di Pamekasan cukup beralasan. Sebab ada salah satu pengusaha muda Pamekasan berinesial MF mengaku pernah memamfaatkan jasa cabe-cabean untuk sekadar diajak makan ataupun lainnya dan usianya masih relatif sangat belia. Pelaku cabe-cabean itu biasa memasang tarif Rp 300.00 hingga Rp 500.000.
Di Kabupaten Pamekasan cabe-cabean bisa ditemui di sejumlah tempat karaoke, sudut-sudut taman Arek Lancor, dan pelantaran toko modern di Pamekasan pada pukul 00.00 WIB dini hari. Tetapi, untuk mendekati mereka jelas tidak mudah dan harus melalui teman dekatnya. Bisa pula menghubungi melalui saluran handphone atau berkomonikasi melalui blackberry mesegger.
ADVERTISEMENT
Kasus lain yang menimpa siswa, yakni tertangkapnya pelaku panjambretan yang melibatkan anak di bawah umur dan masih berstatus siswa di salah satu sekolah di Pamekasan. Pelaku AR (15), seorang pelajar warga Desa Tlesah, dan AM (19) warga Desa Larangan Tokol, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan.
Yang terakhir, ada remaja putri usianya (16) Asal desa laden Kecamatan Pamekasan, ditangkap oleh POL PP di salah satu kamar kos Jalan Bonorogo Pamekasan. remaja putri mengaku menjadi pemandu karaoke, ia tidak sekolah alasanya karena tidak memiliki biaya untuk melanjutkan pendidikan. Setelah ditinggal kedua orang tuanya karena ber-cerai.
Padahal, seharusnya Negara menjamin setiap warga usia sekolah untuk bisa menikmati pendidikan, dengan anggaran 20%. Tetapi mengapa, masih ada remaja usia sekolah, yang memilih tidak melanjutkan pendidikan, dengan alasan karena tidak memiliki biaya.
ADVERTISEMENT
Sederet kasus tersebut menambah daftar buruk pamekasan sebagai kota pendidikan. Sementara, prestasi dalam dunia pendidikan di Kabupaten ini tidak sebanjir pada tahun 2010.
Perlu kiranya sejumlah pihak, mengevaluasi kembali keberadaan pamekasan sebagai kota pendidikan. Apa masih perlu kabupaten ini menyandang predikat tinggi tersebut, ditengah kemerosotan moral remaja dan pelajar pamekasan yang terus menjamur. Sebab, jika hal ini tidak segera dievaluasi, justru identitas kabupaten sebagai penyendang kota pendidikan, akan tercemari dengan aktivitas remaja dan pelajar yang menyimpang.
Perbaikan sistem pendidikan harus segera dilakukan oleh setiap penyelenggara pendidikan. pendidikan agama dan karakter harus dikedepankan. Penyelenggara pendidikan, jangan hanya mengejar prestasi siswanya, perbaikan ahlaq menjadi yang utama harus dilakukan.
Membiasakan sholat duha sebelum masuk kelas dan berhenti belajar sebelum sholat dhuhur, guna mengikuti sholat berjemaah dhuhur adalah tempat untuk menempa diri masing-masing perangkat sekolah. baik tenaga pendidikan, tenaga kependidikan dan siswa. Sebab, kegiatan ibadah yang tidak perlu waktu panjang dan meringankan itu, yang sering diabaikan oleh penyelenggara pendidikan. padahal, kegiatan itu, adalah salah satu strategi menggapai pembelajaran yang sukses.
ADVERTISEMENT
Pembelajaran yang sukses bukan berarti guru bisa mencapai target menyampaikan materi dalam setiap mata pelajaran, bukan berarti pula membuat siswa menguasai materi mata pelajaran. Melainkan kesuksesan menyeluruh yakni sukses mengantarkan siswa faham pendidikan teknologi, dan mampu menanamkan dan menumbuhkan nilai karakter serta budi pengerti siswa yang baik.(******)
Penulis Merupakan Dosen STIE Bakti Bangsa Pamekasan-Madura