Konten dari Pengguna

Merawat 'Rasa' dan Mengambil 'Hikmah'

Achir Fahruddin
Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada
19 April 2021 19:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Achir Fahruddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Makkah al mukarromah. Sumber: Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Makkah al mukarromah. Sumber: Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
Setiap kisah selalu menghadirkan makna yang mampu memberi ibrah bagi kita. Apa pun kejadian yang menimpa dan musibah yang datang, maka sesungguhnya ada pelajaran untuk kita maknai. Bisa jadi sebagai pengingat diri atau penggugur dosa-dosa. 
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanan menapaki kehidupan, kita akan bertemu dengan banyak orang, melakukan interaksi dan komunikasi yang kadang membuat bahagia juga trauma. 
Mereka yang beruntung dan mampu memaknai setiap lekuk kehidupan sebagai ladang amal dan perjalanan sementara akan memberi dampak bagi pemaknaan akan hidup itu sendiri. 
Hikmah, begitulah akhir dari segala pemaknaan tentang hidup. Hikmah akan berarti manakala pelajaran dari setiap kejadian mampu menjadikan kita lebih baik dan mampu mengubah sikap-sikap yang selama ini mengotori kehidupan. 
Puncak pengetahuan juga hikmah, disadari atau tidak, ketika kita mampu memberi manfaat dari keilmuan yang ada, maka hikmah terbesar adalah keniscayaan akan hadirnya perubahan. 
Sebagai puncak dari pengetahuan, hikmah memberi harapan bahwa segalanya memungkinkan kita untuk mencapai kemuliaan atau kehinaan. Dengan hikmah, ada harapan yang membuat kita berubah dari seluruh elemen penting tentang aspek kemanusiaan kita. 
ADVERTISEMENT
Ibarat orang yang tertusuk duri, barangkali dia akan meringis kesakitan dan menyalahkan keadaan karena tidak hati-hati saat berjalan. Ada yang mengambil pelajaran dengan menempatkan pikiran positif atas kejadian yang dialami, syukur masih tertusuk duri kecil, jikalau tertimpa pohon berduri, akan semakin berat kejadian yang akan dialami. 
Ada juga yang memaknai hal itu sebagai bagian dari bergugurnya dosa-dosa atau kesalahan yang pernah diperbuat. Sehingga dengan kejadian tersebut, dia tidak hanya memaknai suatu peristiwa sebagai musibah melainkan jauh di atas segalanya. Ada aspek yang tidak terduga dan menjadi pengingat yang bisa mendatangkan makna bagi pribadi dan kehidupannya. 
Tentu, dalam setiap perjalanan menapaki kehidupan ini, ada hal terduga dan tidak terduga yang wajib di maknai sehingga memunculkan hikmah. Ibarat orang yang berdoa dan berharap atas pengabulan doa-doa yang diwarnai rintihan dan air mata, pada saat yang lain ketika doa dikabulkan sang Pencipta, dia merasakan makna dari seluruh puncak keinginan yang ada. Setelah itu, hikmah muncul sebagai pengingat dan pengikat kebahagiaan antara hamba dan Rabb-Nya. 
ADVERTISEMENT
Kesadaran memaknai hikmah juga berkaitan dengan perkara usia. Pada saat dewasa awal, kita mungkin berhasrat mendapatkan pekerjaan. Kala dewasa pertengahan, pekerjaan seakan membosankan karena rendahnya gaji dan imbalan. 
Pada saat dewasa akhir, muncul kesadaran, bahwa pekerjaan yang sekarang telah membawanya pada fase kehidupan yang tidak lagi sama dengan masa dewasa awal. Menerima dan mensyukuri pekerjaan yang ada merupakan pilihan utama meski banyak pilihan-pilihan yang dapat diambil dengan segala konsekuensinya. 
Apakah kemudian hikmah terjadi saat kita menua? Tentu tidak. Hikmah bisa datang kapan pun dan di mana pun selama manusia berinteraksi dengan sesama atau interaksi dengan alam dan lain sebagainya. Memaknai proses dari keseluruhan peristiwa bisa mendatangkan hikmah sebagai konsekuensi dari manusia berpikir. 
Bukit shafa dan marwah. Sumber: dokumen pribadi
Jadi, mari kita maknai setiap peristiwa yang datang dan pergi sebagai evaluasi diri dan pelajaran. Jika hari ini kita tidak bisa memaknai setiap peristiwa, maka sesekali kita mengevaluasi diri, apakah kita benar-benar telah jujur terhadap kehidupan atau sebaliknya menipu diri kita sendiri. Mengambil pelajaran dari setiap peristiwa hanya akan dilakukan oleh orang-orang berakal. Oleh karena itu penting kiranya kita berpikir sebelum bertindak dan mengambil pelajaran setelah kita berbuat.   
ADVERTISEMENT