news-card-video
28 Ramadhan 1446 HJumat, 28 Februari 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Antara Seni dan Kritik Sosial: Pesan Band Sukatani tentang Aparat

Akhlis Nastainul Firdaus
Aktivis Mahasiswa Peneliti Surabaya Academia Forum (SAF) Universitas Muhammadiyah Surabaya
2 Maret 2025 11:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Akhlis Nastainul Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Gambar. Antara Seni dan Kritik Sosial: Pesan Band Sukatani tentang Aparat. Sumber (Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Gambar. Antara Seni dan Kritik Sosial: Pesan Band Sukatani tentang Aparat. Sumber (Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Salah satu bagian lirik yang menyebutkan “bayar polisi” memicu berbagai interpretasi. Sebagian orang menilai lagu ini sebagai serangan terhadap institusi kepolisian secara umum, sementara lainnya berpendapat bahwa ini adalah bentuk kebebasan berekspresi yang sah dalam musik. Perdebatan panas pun muncul di media sosial, bahkan melibatkan berbagai pihak, mulai dari warganet hingga komunitas musik.
ADVERTISEMENT
Musik selalu menjadi medium perlawanan. Dari zaman ke zaman, banyak band yang menjadikan nada dan lirik sebagai alat untuk menyuarakan kritik sosial. Sukatani adalah salah satunya. Band ini dikenal dengan lirik-lirik tajam yang menyoroti ketimpangan sosial, ketidakadilan, dan represivitas aparat terhadap masyarakat.
Dalam lagu-lagunya, Sukatani tak sekadar bernyanyi, mereka berteriak. Kritik mereka terhadap aparat kepolisian bukan sekadar keluhan, tetapi sebuah refleksi atas berbagai kejadian yang dirasakan oleh masyarakat, terutama kelompok-kelompok yang kerap mengalami ketidakadilan. Dengan mengusung semangat perlawanan, mereka menampilkan realitas yang sering kali diabaikan dalam arus utama media.
Nada-nada yang mereka mainkan bukan sekadar alunan musik, melainkan bentuk perlawanan atas tindakan represif yang terjadi di lapangan. Lirik mereka menyoroti bagaimana aparat yang seharusnya melindungi justru sering menjadi alat penindasan. Sukatani tidak takut untuk mengungkap fakta, mengkritisi sistem, dan menantang otoritas melalui karya mereka.
ADVERTISEMENT
Namun, kritik mereka bukan tanpa risiko. Suara-suara lantang yang mereka sampaikan bisa dianggap kontroversial oleh pihak-pihak tertentu. Meski demikian, Sukatani tetap berdiri teguh pada prinsip mereka: seni adalah cerminan realitas, dan musik harus menjadi suara bagi mereka yang tak bisa bersuara.
Di tengah derasnya arus komersialisasi musik, Sukatani tetap memilih jalur yang berbeda. Mereka bukan sekadar band, tetapi sebuah gerakan. Lewat musik, mereka mengajak pendengar untuk tidak hanya menikmati nada, tetapi juga memahami pesan yang disampaikan. Sebab bagi mereka, musik bukan hanya hiburan, melainkan alat untuk menyampaikan kebenaran.
Pesan Band Sukatani tentang Aparat: Kritik, Perlawanan, dan Harapan
Sukatani bukan sekadar band yang menghibur dengan musik mereka, tetapi juga sebuah suara perlawanan terhadap ketidakadilan. Dalam berbagai lagunya, Sukatani menyampaikan kritik tajam terhadap aparat, terutama dalam konteks represivitas, penyalahgunaan wewenang, dan ketidakadilan hukum.
ADVERTISEMENT
Pesan utama mereka jelas: aparat seharusnya menjadi pelindung rakyat, bukan alat penindasan. Melalui lirik-lirik mereka, Sukatani menyoroti berbagai peristiwa di mana masyarakat kecil menjadi korban ketidakadilan, sementara mereka yang berkuasa sering kali lolos dari hukuman. Mereka mengangkat realitas yang sering tak terdengar, dari kekerasan di jalanan hingga pembungkaman kebebasan berekspresi.
Namun, Sukatani bukan hanya mengkritik. Mereka juga membawa harapan. Di balik nada keras dan lirik penuh kemarahan, terselip keinginan untuk perubahan. Mereka mendorong kesadaran bahwa hukum harus ditegakkan secara adil, bahwa aparat seharusnya melindungi, bukan mengintimidasi.
Bagi Sukatani, musik adalah senjata, dan lirik adalah peluru untuk membangunkan kesadaran. Dengan nada yang lantang dan sikap yang tak gentar, mereka terus menyuarakan pesan bahwa rakyat berhak mendapatkan perlindungan, bukan ketakutan.
ADVERTISEMENT