Makna Kata Ngawur Cak Dlahom, Dalam Buku Kisah Sufi Dari Madura

Akhlis Nastainul Firdaus
Aktivis Mahasiswa Peneliti Surabaya Academia Forum (SAF) Universitas Muhammadiyah Surabaya
Konten dari Pengguna
5 Januari 2023 20:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Akhlis Nastainul Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gambar (Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gambar (Pribadi)
ADVERTISEMENT
Nama Dlahom sebenarnya diambil dari kata diksi yang ada di Jawa Timur, yang kurang lebih berarti agak bodoh maka dari itu tokoh cak Dlahom yang ditulis oleh Rusdi Mathari dalam novelnya yang berjudul merasa pintar, bodoh saja tak punya yakni kisah seorang sufi dari Madura.
ADVERTISEMENT
Dalam buku ini terdapat beberapa tokoh yang ada seperti cak Dlahom, Mat Piti dan anaknya yakni Romlah, pak lurah, pak RT dan lainnya yang berkisah di suatu perkampungan. cak Dlahom yang oleh warga kampung dianggap kurang waras, namun sebetulnya dalam setiap perkataannya mengandung banyak makna yang sukar dipahami masyarakat terkecuali Mat Piti dan anaknya.
Cak Dlahom justru ditampilkan seperti layaknya seorang ustaz yang mempunyai wawasan luas terutama dalam bidang relegiusitas (keagamaan), meski di sisi lain masih banyak orang yang menganggapnya seperti orang gila lantaran suka bertingkah yang aneh-aneh dan suka berbicara dengan ngawur terhadap orang-orang kampung.
Dari beberapa kisah yang tertera dalam buku ini banyak kata-kata cak Dlahom yang agak ngawur tetapi ada banyak benarnya jikalau kita pahami dengan saksama.
ADVERTISEMENT
Benarkah Kamu Merindukan Ramadan?
Dalam kata benarkah kamu merindukan Ramadan ini mengisahkan tentang warga kampung yang sibuk memasang spanduk dengan tulisan menyambut datangnya Ramadan. Namun, cak Dlahom mempertanyakan apakah kita benar-benar merindukan ramadhan? sedangkan menurutnya "sesuatu yang diwajibkan adalah sesuatu yang manusia tidak suka mengerjakannya. Kalau manusia suka melakukannya, untuk apa diwajibkan?" (hal.5). Kalimat yang diutarakan cak Dlahom mengubah persepsi kita bahwa kewajiban itu mesti dilaksanakan secara ikhlas dan tidak berpura-pura suka untuk melakukannya.
Puasa Mulut, Puasa Bicara
Menceritakan tentang cak Dlahom yang tiba-tiba hilang dari peradaban karena diam dan membisu yang menjadi isu nasional di kampung. Suasana kampung terasa sunyi dan hilang keseimbangan. Ternyata diamnya cak Dlahom dikarenakan dia hendak puasa bicara. "mulutku mengajarkan orang tentang kebajikan dan ketidakbajikan, tetapi sebetulnya aku hanya mengharap orang-orang memujiku sebagai orang yang bijaksana. Sebagai orang yang alim. Mulutku menasehati orang lain, tetapi perbuatan dan tingkah lakuku jauh dari yang aku nasihatkan. Mulutku memberitahukan dan mengajarkan sesuatu hanya agar aku dianggap berilmu luas." (hal.190) Hal tersebut yang membuat cak Dlahom berhenti berbicara karena merasa takut dengan mulutnya yang tidak sesuai dengan tindakannya.
ADVERTISEMENT
Menghitung Berak dan Kencing
bercerita tentang Romlah yang disuruh Mat Piti membawakan makanan untuk buka puasa kepada cak Dlahom, namun cak Dlahom berpesan kepada bapaknya kalau bersedekah harus ikhlas. Alhasil Mat Piti mendatanginya dan menanyakan hal tersebut. Kemudian cak Dlahom berkata "sebulan yang lalu? setahun yang lalu? sejak mulai kamu lahir kamu ingat, berapa kali kamu berak dan kencing? seperti itulah ikhlas." (hal.42). Kita seringkali berkata ikhlas memberi sesuatu padahal masih perhitungan dan mengingat-ngingatnya, cak Dlahom memberikan pengajaran bahwa ikhlas yang seyogianya itu tidak dihitung dan diingat.
Membakar Surga, Menyiram Neraka
berkisah tentang cak Dlahom yang bolak-balik mengelilingi masjid selepas tarawih hingga subuh memegang obor bambu, sembari berteriak orang di dalam masjid itu celaka. Lalu, Mat Piti menghampirinya dan bertanya cak Dlahom mengapa melakukan hal demikian. "salatmu dan sebagainya adalah urusanmu dengan allah, tetapi Sarkum yang yatim dan ibunya yang kere mestinya adalah urusan kita semua." Yang dilakukan cak Dlahom tersebut mengisyaratkan bahwa beribadah kepada tuhan jangan mengharapkan surganya dan takut akan nerakanya tetapi karena kecintaan kita kepadanya, hingga tidak lupa juga peduli kepada sesama ciptaannya.
ADVERTISEMENT
Ikan Mencari Air, Mat Piti Mencari Allah
Mengisahkan tentang Mat Piti yang menanyakan keberadaan allah sama halnya ikan yang mencari air padahal ada pada sekelilingnya. cak Dlahom kemudian berkata seperti ini "persoalannya, bagaimana kamu akan mengenali allah sementara salatmu baru sebatas gerakan lahiriah. Sedekahmu masih kau tuliskan di pembukuan laba rugi kehidupanmu. Ilmumu kau gunakan mencuri atau membunuh saudaramu. Kamu merasa pintar sementara bodoh saja tak punya." (hal.24). Begitu dalam pernyataan dari cak Dlahom yang seakan mengisyaratkan bahwa segala yang dipunyai manusia adalah pemberian sang pencipta dan mestinya kita tidak bertanya dan mencari keberadaannya tetapi merasakan melalui setiap pemberian dan ciptaannya.