Konten dari Pengguna

Wajah Pendidikan Indonesia: Inklusif, Moderat dan Toleran

Akhlis Nastainul Firdaus
Aktivis Mahasiswa Peneliti Surabaya Academia Forum (SAF) Universitas Muhammadiyah Surabaya
29 Maret 2023 17:51 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Akhlis Nastainul Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Wali murid memberikan materi pelajaran di SDN Pondok Cina 1, Depok, Jawa Barat, Jumat (18/11/2022). Foto: Asprilla Dwi Adha/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Wali murid memberikan materi pelajaran di SDN Pondok Cina 1, Depok, Jawa Barat, Jumat (18/11/2022). Foto: Asprilla Dwi Adha/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan seseorang. Pendidikan lah yang menentukan dan menuntun masa depan dan arah hidup seseorang. Walaupun tidak semua orang berpendapat seperti itu, namun pendidikan tetaplah menjadi kebutuhan manusia nomor wahid. Bakat dan keahlian seseorang akan terbentuk dan terasah melalui pendidikan. Pendidikan juga umumnya dijadikan tolak ukur kualitas setiap orang.
ADVERTISEMENT
Seiring perkembangan dan perubahan zaman, terjadi perubahan tingkah laku dan perilaku manusia berubah dari masa ke masa. Hal ini turut juga mengubah perkembangan sistem pendidikan di dunia dan di Indonesia pada khususnya. Sistem pendidikan adalah strategi atau metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi di dalam dirinya (Andran, 2014).
Perubahan ini dapat dilihat dari perubahan sistem pendidikan yang terdiri dari pembelajaran, pengajaran, kurikulum, perkembangan peserta didik, cara belajar, alat belajar sarana dan prasarana dan kompetensi lulusan dari masa ke masa. Dalam teori belajar behavioristik menjelaskan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang dapat diamati secara langsung, yang terjadi melalui hubungan stimulus-stimulus dan respons-respons menurut prinsip-prinsip mekanistik (Izzatur Rusuli, 2014).
ADVERTISEMENT
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Perbedaan adat istiadat, suku, agama, dan budaya bangsa Indonesia telah ada sejak bangsa ini terbentuk lewat sebuah perjalanan sejarah yang panjang. Kemajemukan bangsa Indonesia merupakan unsur yang potensial dalam membentuk kekuatan bangsa saat ini maupun pada masa yang akan datang. Namun di sisi lain, jika kemajemukan ini tidak dibina secara terus-menerus, maka yang terjadi bukan kemajuan bangsa, melainkan kehancuran.
ADVERTISEMENT
Dalam tatanan sosial pergolakan-pergolakan di berbagai daerah seperti tawuran antar kelompok, penyerangan terhadap kelompok lain, hingga perusakan fasilitas ibadah, pada umumnya dipicu oleh hal-hal seperti perebutan wilayah dan pekerjaan, adanya kesenjangan sosial, atau perbedaan pandangan dan keyakinan dalam beribadah.

Pendidikan Inklusif

Siswa SD N 4 Karangrowo Kudus mengikuti Ujian Tengah Semester (UTS) di Mushola Nurul Hidayah Desa Karangrowo, Undaan, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (1/3/2023). Foto: Yusuf Nugroho/ANTARA FOTO
Suatu lingkungan yang inklusif, dan ramah terhadap pembelajaran [LIRP] adalah lingkungan yang menerima, merawat dan mendidik semua anak tanpa memandang perbedaan jenis kelamin, fisik, intelektual, sosial, emosional, linguistik atau karakteristik lainnya. Mereka bisa saja anak-anak yang cacat atau berbakat, anak jalanan atau pekerja, anak dari orang-orang desa atau nomadik, anak dari minoritas budayanya atau etnisnya, linguistiknya, anak-anak yang terjangkit HIV/AIDS, atau anak-anak dari area atau kelompok yang lemah dan termarginalisasi lainnya.
ADVERTISEMENT
Pendidikan Inklusif terfokus pada setiap kelebihan yang dibawa anak ke sekolah daripada kekurangan mereka yang terlihat dan secara khusus melihat pada bidang mana anak-anak dapat mengambil bagian untuk berpartisipasi dalam kehidupan normal masyarakat atau sekolah, atau memperhatikan apakah mereka memiliki hambatan fisik dan sosial karena lingkungan. Seperti yang ditunjukkan oleh Judith Heumann, Penasihat Bank Dunia mengenai Kecacatan dan Pembangunan,

Pendidikan Moderat

Presiden Jokowi berikan hadiah sepeda kepada sejumlah siswa saat kunjungan di Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Kamis (19/01/2023). Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Presiden
Pendidikan Indonesia diyakini memiliki peluang besar dalam mengenalkan wajah pendidikan yang moderat. Moderatisme dan toleransi hingga kini tetap menjadi salah perhatian utama dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara.
ADVERTISEMENT
Dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2020-2024, pemerintah secara eksplisit menuangkan gagasan moderasi beragama dalam kaitannya dengan upaya untuk meneguhkan Indonesia sebagai bangsa yang majemuk. RPJMN juga menekankan bahwa kesadaran tentang makna mejemuk ini perlu diperkuat dalam sistem pendidikan dan terus dipupuk serta dirawat dalam sistem sosial-kemasyarakatan.

Pendidikan Toleransi

Sejumlah siswa menunggu giliran untuk disuntik vaksin saat kegiatan bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) di SDS Santa Maria, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Selasa (8/10/2022). Foto: Makna Zaezar/Antara Foto
Pendidikan toleransi merupakan proses di mana guru mengajarkan siswa untuk menerima perbedaan. Tidak hanya sekadar menerima, namun siswa juga diajarkan untuk dapat menghormati berbagai macam perbedaan yang ada(Anwar, 2015, hal. 439).
Berbicara mengenai perbedaan, Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman latar belakang masyarakatnya. Dapat dikatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya kaya akan perbedaan atau disebut sebagai masyarakat majemuk.
ADVERTISEMENT
Hal ini ditegaskan dengan adanya semboyan negara Indonesia yakni “Bhinneka Tunggal Ika”.Sujanto (Lestari, 2005, hal. 35)menjelaskan, berdasarkan PP Nomor 6Tahun 1951, ditetapkan bahwa. “Bhinneka Tunggal Ika” merupakan semboyan pada lembaga negara Republik Indonesia yang mengandung arti “walaupun berbeda-beda tetap satu”.
Melihat adanya semboyan tersebut maka seyogianya bangsa Indonesia memiliki ekspektasi tinggi terhadap persatuan bangsa walaupun terlahir di tengah-tengah perbedaan masyarakat di dalamnya. Salah satu keanekaragaman yang ada pada bangsa Indonesia adalah agama yang dianut oleh setiap warganya. Dalam perspektif sosiologis, menurut Joachim Wach (Jamrah, 2015, hal. 185), agama memiliki peran dan fungsi ganda, yakni konstruktif dan destruktif.
Secara konstruktif, ikatan agama sering melebihi ikatan darah dan nasab atau keturunan. Sehingga karena agama, masyarakat dapat hidup rukun, bersatu, dan damai. Sebaliknya secara destruktif, agama memiliki potensi memporak-porandakan persatuan bahkan dapat memutus ikatan tali persaudaraan sedarah. Sehingga suatu konflik yang berlatar belakang agama sulit untuk diprediksi kesudahannya.
ADVERTISEMENT
Selaras dengan pandangan di atas, Anies Baswedan, Ph.D. mengatakan, “pendidikan adalah kunci.” Kunci untuk membangun generasi andal di era tranformasi digital.