'Formula 4+1' bagi Mahasiswa 'Kere' di Luar Negeri

Konten dari Pengguna
5 Juli 2018 21:52 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Akhmad Baihaqie tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi mahasiswa (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mahasiswa (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Kala krisis kemanusiaan terjadi di Rakhine State, Menlu Retno langsung bertandang ke Myanmar dan menawarkan proposal 4+1 guna melunakkan hati Aung San Suu Kyi. Hasilnya, bantuan kemanusiaan Indonesia bisa mendarat di tanah Rakhine dan publik internasional bersahutan memberikan standing applause. Namun, saya sedang tidak akan mengulas krisis Myanmar. Paragraf ini bertujuan menunjukkan sakralitas serta faktor keberuntungan angka 4+1.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini dialamatkan bagi pembaca berstatus mahasiswa atau calon mahasiswa di luar negeri (ln), yang umumnya, berstatus kere. Jangan terbawa emosi. Dua kali saya mengenyam pendidikan di ln, dua kali pula saya menyandang predikat kere. Biaya hidup di bawah UMR setempat serta tersendatnya beasiswa laiknya kredit macet adalah contoh kendala ikonik dihadapi mahasiswa di ln. Melalui formula 4+1, saya berhasil melewatinya. Simak ulasannya.
1. Bina hubungan Diplomatik yang Harmonis nan Berkelanjutan dengan KBRI
Saat di Mesir, saya pengunjung setia KBRI. Senyum manis si bawwab Muhammad di gerbang KBRI menyeka letih karena jauhnya perjalanan dari asrama menuju Dokki. Waktu kunjunganpun beragam; acara rutin seperti open house idulfitri dan iduladha, upacara bendera 17 Agustus, hingga pejabat Jakarta yang ingin bersua dengan mahasiswa.
ADVERTISEMENT
Pola ini saya gunakan untuk membina hubungan yang saling menguntungkan. KBRI membutuhkan mitra untuk mendatangkan mahasiswa serta membantu persiapan acara. Sementara mahasiswa mengincar hidangan gratis dengan cita rasa Indonesia olahan ibu-ibu DWP KBRI.
Namun, agar anda tampil elegan dan tidak terlihat menjadi oportunis, binalah hubungan dengan KBRI sedari awal anda tiba di negara tujuan melalui mekanisme lapor diri yang kini bisa dilakukan secara daring. Hal ini penting sekiranya terjadi sesuatu dengan anda selama perkuliahan, KBRI bisa memberikan hak-hak kekonsuleran anda dengan baik. Anda bisa mencoba link lapor diri bagi yang belajar di Malaysia.
'Formula 4+1' bagi Mahasiswa 'Kere' di Luar Negeri (1)
zoom-in-whitePerbesar
Saat ada pertemuan dengan masyarakat, beranikan diri untuk berkomunikasi dengan staf KBRI. Gimana sih caranya supaya tidak canggung kala berinteraksi dengan staf KBRI? Kenali seluk-beluk dunia diplomasi. Caranya mudah. Layari website, twitter, serta instagram Kemlu untuk menjadi amunisi informasi anda saat berinteraksi. Siapa tau, takdir tuhan menjadikan anda sebagai diplomat.
ADVERTISEMENT
2. Saling Membantu sesama Diaspora Indonesia di Perantauan
Dulu, saya akrab dengan penggiat usaha yang juga mahasiswa, namanya Erwin kelahiran Medan. Tidak bermarga. Namun, dari warna kulit, perawakan, dan gaya bicara, saya bisa pastikan dia cocok untuk dipanggil Bung. Usahanya meliputi jasa internet, katering, foto kopi, hingga layanan haji dan umrah murah meriah bagi mahasiswa.
Bung Erwin memberikan saya akomodasi gratis selama dua tahun. Syaratnya, saya membantu menjaga warung internet miliknya yang selalu ramai dengan pengunjung usai waktu salat isya. Tugasnya tidak rumit. Membuka warung, mencatat pemasukan, dan merapikan susunan kursi usai pelanggan lelah berselancar di depan layar komputer. Bagi saya yang memperoleh beasiswa hanya USD 50 tiap bulannya tanpa tambahan kucuran dana orang tua, tawaran tersebut seperti oase di tengah padang pasir.
ADVERTISEMENT
Diaspora Indonesia diperkirakan terbesar ketiga setelah Tiongkok dan India dengan jumlah mendekati 6 juta yang menyebar di lima benua. Sebagian besar berdomisili di kawasan Asia Tenggara dan Timur Tengah, dua kawasan konsentrasi mahasiswa Indonesia. Karenanya, saat anda berada di LN dan sedang kesusahan, jangan pernah merasa sendiri. Diaspora tersebut adalah bagian dari masyarakat Indonesia dan merupakan “big family of Indonesia.
'Formula 4+1' bagi Mahasiswa 'Kere' di Luar Negeri (2)
zoom-in-whitePerbesar
Jadikanlah Indonesia Diaspora Network (IDN) sebagai hub anda untuk terus terhubung dengan masyarakat Indonesia di luar negeri. Melalui Direktorat Diplomasi Publik, Pemerintah juga berupaya untuk terus meningkatakan konektifitas sesama diaspora, yang salah satu tujuannya adalah saling membantu sesama anak bangsa.
3. Berusaha yang Ringan, Aman, dan Nyaman
Banyak rekan saya yang belajar di Australia meluangkan waktu untuk bekerja paruh waktu untuk menambah pemasukan, utamanya bagi yang berkeluarga. Sebagai pencuci piring, penjaga toko, pemetik buah, atau menjajakan masakan Indonesia. Namun, pastikan bahwa peraturan negara tersebut memberikan izin serta perhatikan jumlah alokasi waktu yang diperbolehkan.
ADVERTISEMENT
Tidak jauh beda, saya pun melakukan hal yang sama. Musim panas di Kairo adalah waktu yang tepat untuk menanam bayam dan kangkung. Dengan benih yang didapat dari Indonesia, mahasiswa bercocok tanam di lahan kosong belakang asrama buuts berukuran 8x12 m.
Musim panen adalah saatnya menambah pundi. Satu ikat bayam dan kangkung berharga tiga hingga lima junaih. Jika dijual ke orang yang tepat, harga bisa naik dua kali lipat. Tidak hanya itu, saya bersama mas Windy, saat ini tengah menyelesaikan kuliah di Malaysia, merancang paket makanan murah dan sederhana dengan bahan utama kangkung untuk dipasarkan kepada staf KBRI.
Rekan saya, Bang Andi, dengan kemampuan berdoa yang fasih dan pemahaman lika-liku Makkah dan Madinah, mencoba peruntungan dengan menjadi pemandu haji. Bahkan, hasil dari sebulan bekerja, bisa menutupi kebutuhan selama setahun.
ADVERTISEMENT
Berusaha akan mengembangkan kemampuan Anda berkelit dalam situasi sulit. Tentu tidak harus berjualan tempe, katering, atau menanam bayam dan kangkung. Namun, ciptakan kreasi inovasi terbaru. Bagi yang mengambil jurusan IT, bisa mencoba membuat aplikasi yang inovatif. Intinya kembangkan kreatifitas.
Siapa tau, usai menamatkan kuliah, insting bisnis Anda akan semakin terolah dengan baik dan mengubah Anda menjadi pengusaha sukses. Jika itu terjadi, segera hubungi Kemlu agar usaha anda bisa go internasional. Sebab ini juga merupakan bagian dari diplomasi ekonomi Indonesia.
4. Kenali budaya Tempatan dan Berbaurlah
Sebagai mahasiswa, anda perlu mengetahui karakter dan pola komunikasi masyarakat lokal. Tujuannya agar Anda bisa diterima dan berbaur. Bagi masyarakat tempatan, pengetahuan mendalam mengenai budaya setempat akan menimbulkan kebanggaan tersendiri.
ADVERTISEMENT
Dalam Handbook of Football and Politics, Suzan Gibril bertutur, masyarakat mesir hanya dua tipe: Ahlawi (pendukung klub bola Ahli) dan Zamalkawi (pendukung klub bola Zamalek). “Di negara ini, anda seorang Ahlawi atau Zamalkawi. Selebihnya bisa diatur. Istri bisa berubah, agama bisa berganti, namun tidak dengan klub bola,” demikian kutipan dalam buku tersebut. Saya mengamini analisa tersebut.
Saat menggunakan taksi dari Hayy Sabi menuju universitas, saya berbincang dengan sang pengemudi, Hasan, yang terindikasi seorang Zamalkawi. Sepanjang perjalanan, saya memuji permainan Ahmad Mido yang sukses mengantar Mesir merebut piala African Cup Winner tahun 2000 serta kelihaian gocekan Husam Hassan, striker Zamalik kelahiran Helwan. Setibanya di tujuan, Hasan menoleh ke belakang sembari berkata “Ihna Zamalkawi. Asyro gunaih bas.” Kurang lebih artinya, cukup bayar setengah harga saja.
ADVERTISEMENT
Selain budaya, anda perlu melek politik namun menjaga jarak dengan aktifitas politik praktis yang bisa membahayakan anda. Hindari percakapan-percakapan politik dengan masyarakat setempat utamanya di negara yang rawan. Bukan kemudahan yang Anda dapat, bisa jadi malah berujung pada meja hijau. Untuk itu, ada baiknya Anda mengunduh aplikasi Safe Travel Kemlu dan nikmati berbagai layanan seperti tingkat kerawanan negara yang ditandai dengan indikator warna, informasi hukum dan kebiasaan setempat, serta fitur tombol darurat.
'Formula 4+1' bagi Mahasiswa 'Kere' di Luar Negeri (3)
zoom-in-whitePerbesar
+ 1 (Hanya Dalam Situasi Darurat)
Jika keempat amunisi sudah anda keluarkan namun belum membuahkan hasil, maka gunakanlah senjata andalan yang terakhir. Hubungi orang tua anda dan berterusteranglah jika anda benar-benar membutuhkan dana. Formula ini pernah saya lakukan di tahun terakhir saya di Mesir.
ADVERTISEMENT
Mak, Bah... Ananda sudah kehabisan cara untuk bertahan hidup di rantau. Perkenan kiranya Abah mengirimkan uang agar Ananda bisa belajar dengan tekun dan lulus tepat waktu. Ananda berjanji, uang Ayahanda akan Ananda gunakan sebaik mungkin. Ananda jamin, Ananda akan membalas Ayahanda dengan selembar ijazah tanda kelulusan Ananda.” Jika formula ini digunakan, maka anda harus menepati janji suci anda kepada orang tua.
Terakhir, jika anda berhasil lulus dan memperoleh ijazah, jangan lupa untuk mengunjungi KBRI untuk melegalisir ijazah dan melakukan lapor diri bahwa anda siap kembali ke tanah air. Selamat mencoba.