Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
Konten dari Pengguna
Polemik Pergantian Rasford, Kembali Memuji McTominay dan Kembalinya 'Mulut' Mourinho
11 Maret 2018 7:29 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari Akhmad Mu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Polemik Pergantian Rasford, Kembali Memuji McTominay dan Kembalinya 'Mulut' Mourinho](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1520727743/Rashford-Mourinho_c8ibfr.jpg)
ADVERTISEMENT
Mourinho tetaplah Mourinho. Meskipun sebagai pendukung Manchester United saya tidak terlalu menyukainya, bagaimanapun juga saya tetap menaruh respek pada kecerdikan ‘mulut’ nyinyirnya. Seringkali kita dibuat berfikir sejenak saat dia menggunakan ketajaman mulutnya sebagai senjata perang mental dalam sebuah pertandingan. Beberapa pundit mengatakan bahwa ciri khas tersebut mulai luntur semenjak kegagalan Mourinho di episode keduanya bersama Chealsea –digantikan oleh beberapa manajer muda seperti Antonio Conte dan juga Jurgen Klopp, namun nyatanya semalam kemampuan pencak lidahnya kembali keluar.
ADVERTISEMENT
MU kembali memenangkan pertandingan melawan tim empat besar, Liverpool 2-1 di Old Trafford. Dua gol Marcus Rasford pada menit 14 dan 24 hanya mampu dibalas dengan sebiji gol oleh Liverpool. Itupun melalui gol bunuh diri Eric Baily. Kemenangan tersebut mengokohkan MU pada posisi kedua dengan selisih 5 poin dengan liverpool.
Polemik Pergantian Rasford
Kontroversi muncul pada menit ke 70 saat pencetak dua gol MU diganti oleh si kribo Marouane Fellaini. Di saat MU terus dalam tekanan sepanjang babak kedua dan tetap membutuhkan Rasford untuk serangan balik cepat, justru Mourinho malah menggantinya dengan pemain lambat plus terkadang menjengkelkan. Untung saja kemenangan tetap dapat dipertahankan.
Sesaat pertandingan berakhir dia mengatakan bahwa siapapun boleh saja mempertanyakan keputusannya, namun baginya dalam sebuh pertandingan, kemenangan lebih penting ketimbang hal lainnya. Uniknya, dia menambahkan bahwa keputusan tersebut dikarenakan dia takut wasit akan dipengaruhi oleh pundit Sky Sport, Gary Neville dan mengeluarkan kartu kuning kedua bagi bintang muda MU tersebut. Begini celotehannya saya kutip dari tulisan Sam Wallace di The Telegraph (3/10/2018) “To react against me and my decisions, that is not a problem for me. At half-time someone told me Gary Neville was asking for Marcus Rashford to get a red card. And I was scared as I thought maybe the referee was watching at half-time and was influenced by Gary. So when we were more defensive, as Liverpool in the second half pushed us (I made the change)”
ADVERTISEMENT
Apakah Mou kembali?
Kita tahu pernyataan tersebut sangatlah konyol jika kita mengartikannya secara tekstual. Siapapun tahu bahwa seorang wasit tidak diperbolehkan untuk menonton pundit di televisi saat pergantian babak. Namun jika melihat rekam jejak the special one, justru pernyataan tersebut mengembalikannya ke singgasana yang dulu pernah ditempatinya. Yah, sang raja gulat lidah telah kembali. Kecerdikan Mourinho bukan hanya dalam hal meracik strategi di atas lapangan, melainkan menarik perhatian di luar lapangan untuk melindungi segenap pemainnya dalam sorotan kamera yang berlebihan. Dia sering merampok sorot panggung untuk dirinya, dengan begitu para pemainnya dapat fokus dan enjoy bermain menjalankan taktiknya di dalam lapangan. Inilah strategi mental.
Selain pernyataan eksentrik tersebut, Mou juga membela tindakan anak emas (baru) Scott McTominay pada menit ke 57. Saat itu MU berkesempatan melakukan serangan balik dan bola berada pada kaki sang gelandang muda. Bukan mengarahkan bola cepat ke depan, Tominay malah mengembalikan bola tersebut ke area pertahanan Liverpool, kontan hal tersebut mendapatkan celotehan dari fans di stadion. Membela sang gelandang, Papa Jose malah memberikan tepuk tangan atas keputusan Tominay tersebut. Baginya mengalirkan bola kembali pada jantung pertahanan United adalah keputusan yang sangat tepat.
ADVERTISEMENT
Kembali saya kutip dari The Telegraph, begini tanggapannya atas aksi tepuk tangannya untuk Scott: “So when the kid decides to break the intensity of the ball, did not lose the ball, kept possession, plays a pass back and comes up with a solution to keep the ball in the opponents’ half - it was a wonderful solution that many top, top players with experience don’t do. But he did it and the fans reacted against the kid. That for me was the bad one”. Dia kembali memuji gelandang muda tersebut setinggi langit dengan mengatakan bahwa keputusan untuk mematahkan intensitas bola dan tetap menahan bola adalah keputusan brilian, bahkan seorang gelandang senior-pun kadang tidak melakukan hal tersebut. Dia malah balik bertanya dan menyiratkan ketidakpuasannya pada suporter mengapa seorang anak yang telah bertindak benar malah diperintah untuk melakukan kesalahan?
ADVERTISEMENT
Dua pernyataan tersebut minimal telah menepis kemampuan Jose Mourinho sebagai manager jempolan dalam hal perang urat saraf mulai menurun. Saya rasa dua pernyataan tersebut menunjukkan dia tetap menjadi manajer yang brilian dalam mengelola mental para pemainnya dan menunjukkan independensi taktiknya. Bukankah tugas seorang manajer memang begitu?