Konten dari Pengguna

Untuk Apa Hari Tani Dirayakan?

Ahmad Sholikin
Pengajar Ilmu Politik dan Pemerintahan
24 September 2020 11:00 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Sholikin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Massa KNPA melakukan aksi di depan Istana Negara (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Massa KNPA melakukan aksi di depan Istana Negara (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
“Selamat Hari Tani”, begitulah penuh sesak halaman timeline saya hari ini 24/09/2020. Begitu banyak puja-puji kepada para petani Indonesia yang telah menghabiskan waktunya untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyat Indonesia. Pada hari ini semua pejabat pemerintah dari level nasional hingga lokal berlomba-lomba memberikan ucapan selamat kepada para petani.
ADVERTISEMENT
Berlomba-lombanya elite dalam mengucapkan selamat hari tani ini tentu berhubungan dengan kalkulasi jumlah petani yang mencapai 33,4 juta petani (BPS : 2020). Menjelang Pilkada (yang masih tarik ulur, tunda atau terus), para elite mencoba menggaet hati para petani dengan berbagai sumpah serapah ucapan hari tani (tapi minus tindakan yang menguntungkan para petani).
Bahkan kita masih ingat terkait cita-cita Presiden Jokowi untuk mengangkat derajat petani lewat redistribusi lahan 9 hektar, namun cita-cita tersebut hanyalah tinggal cita-cita belaka. Program reforma agraria yang diwujudkan dengan penerbitan Perpres No. 86/2018 tidak terimplementasi dengan baik. Krisis agraria dan kerusakan lingkungan menjadi efek domino dari tidak berjalannya reforma agraria yang dicita-citakan.
Jika dilihat tren bencana yang ada di Indonesia, tercatat terjadi kasus bencana sekitar 3.622 kasus sepanjang tahun 2019 (BNPB : 2020). Hal ini selalu meningkat dari tahun ke tahun sebelumnya, ironisnya hal ini terjadi karena pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang tidak memperhatikan aspek ekologis berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Petani Vs Elite
com-Ilustrasi petani. Foto: Shutterstock
Covid-19 seharusnya memberikan pelajaran berharga bagi para pengambil kebijakan, bahwa pertanian adalah sektor yang sangat vital dalam kondisi krisis. Organisasi Pangan Dunia (Food and Agriculture Organization/FAO) telah mengeluarkan peringatan soal krisis pangan yang akan melanda dunia karena Covid-19 ini.
Namun lagi-lagi peringatan tersebut disikapi oleh Presiden Jokowi dengan menunjuk Prabowo sebagai komando proyek food estate di Kalteng. Tahap awal setidaknya ada lahan 30.000 ha di tahun ini dan akan terus diperluas hingga dua tahun ke depan dengan penambahan 148.000 ha.
Proyek food estate pasti akan menguntungkan para pengusaha besar, seperti yang terjadi pada proyek-proyek besar milik pemerintah lainnya (rakyat hanya jadi penonton). Para petani kecil dengan lahan-lahan pertanian produktif tidak pernah mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Benih mahal, pupuk langka, hasil panen murah itulah yang selalu terjadi pada petani kecil di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tidak selesai disitu, dalam catatan Komnas HAM 2020 konflik agraria terus meluas. Di mana konflik agraria tersebut mencerminkan keadaan tidak terpenuhinya rasa keadilan bagi para petani yang mengandalkan hidup dari tanah dan kekayaan alamnya. Data Komnas HAM menunjukkan, setidaknya ada 196 konflik agraria yang tersebar dalam 29 provinsi di Indonesia.
Konflik agraria selalu berpotensi untuk terus meningkat secara nasional, karena adanya kebijakan investasi dan percepatan pembangunan infrastruktur. Berdasarkan sektor, konflik agraria di Indonesia ; posisi tertinggi sektor perkebunan 53 kasus, diikuti 44 kasus infrastruktur, 41 kasus sektor Barang Milik Negara, 14 kasus kehutanan dan 11 kasus pertambangan.
Dari berbagai catatan di atas, nampaknya ucapan selamat hari tani hanya menjadi “lip service” dari para elite nasional hingga level lokal. Karena pada kenyataannya tidak ada kebijakan yang berpihak pada para petani. Kepentingan petani selalu kalah dengan kepentingan investasi. Apalagi dengan adanya “Omnibus law”maka investasi akan menjadi panglima setiap kebijakan pemerintah. Setiap-setiap sektor yang tidak mendukung akan investasi, maka akan di sapu jagad oleh omnibus law ini.
ADVERTISEMENT
Untuk Apa ?
Jadi, kembali pada pertanyaan awal tulisan ini “untuk apa hari tani di rayakan ?”. Jawaban yang tepat adalah, untuk menyambut momentum Pilkada 2020 (yang sedang diperjuangkan untuk tidak ditunda). Seperti sudah menjadi template bagi para politisi, setiap perayaan hari-hari tertentu akan selalu mengucapkan dengan memasang wajah tampan dan ayu guna menyambut setiap momen elektoral.
Tetapi bagi para petani, tidak ada yang berubah dari perayaan tersebut. Pupuk akan selalu mahal dan langka di saat musim tanam tiba. Bibit akan selalu mahal disaat musim tanam tiba. Harga jual akan selalu murah saat musim panen tiba. Kepentingan petani akan sangat mudah dikalahkan oleh kepentingan pembangunan infrastruktur, kepentingan investasi dan kepentingan para pengusaha kelas wahid.
ADVERTISEMENT
Lalu, para petani akan kembali kepada siklus seperti biasa. Hidup dalam keadaan seperti biasa. Dan hari tani akan menjadi hari yang biasa saja. Seperti Presiden Joko Widodo yang biasa saja, saat menantu dan anaknya yang biasa saja mencalonkan diri pada Pilkada 2020 yang luar biasa ini.