Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Maju Bersama Ciptakan #JakartaKita yang Modern
26 April 2017 0:25 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
Tulisan dari Milagre Ch tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sudah sejak dulu, Jakarta telah menjadi magnet bagi para kaum urban untuk menggantungkan nasib mereka. Semua diiming-imingi dengan gaji layak, penghidupan lebih baik, kebanggaan diri, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut yang membuat Jakarta kaya akan warna dan corak budaya. Namun, sisi negatifnya adalah Jakarta semakin padat. Kemacetan menjadi lalapan tiap pagi dan sore, kebersihan dan ketertiban masih menjadi PR yang belum terselesaikan. Apakah sosialisasi yang kurang? Atau tingkat kesadaran masyarakat yang belum tersentil.
(Foto : highnews1.files)
Contoh gampangnya saja, PKL yang melucuti hak para pejalan kaki, diimbangi dengan pengendara sepeda motor yang dengan pedenya menjajah trotoar hingga membuat keki, alasannya sungguh klise, "macet, mau cepet-cepet".
Padahal, pada akhirnya Jakarta pun akan menjelma sebagai kota megapolitan yang modern. Terbukti dengan pembangunan MRT yang saat ini tengah berjalan, meski kenyataanya memang agak telat kalau dibanding dengan negara tetangga. Tapi setidaknya, di tahun 2020 nanti kita bisa menikmatinya.
ADVERTISEMENT
Namun rasanya modernisasi itu kurang lengkap jika dari diri kita sendiri tidak menanamkan jiwa yang modern. Jiwa yang modern itu bisa dibuktikan dimulai dengan hal-hal remeh yang dipelajari pada kelas PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) dulu yaitu, tertib antrian, buang sampah pada tempatnya, memberikan kursi prioritas kepada yang berhak, tidak mencoret-coret dinding, menyelesaikan masalah dengan diskusi bukan malah tawuran, dan masih banyak lagi.
Apa nggak kasian? Ketika Jakarta sudah selevel dengan kota-kota modern di dunia tapi kelakuan masyarakatnya masih semerawut? Perubahan bisa dimulai dari diri sendiri, tanpa harus mengkritik gubernur A, B, atau C. Jangan bikin malu ibukota, buatlah orang-orang iri karena Jakarta adalah kota modern yang diisi manusia super maju yang berkelas.
ADVERTISEMENT
Setidaknya, mari kita ciptakan Jakarta yang sebersih Singapura atau bahkan lebih baik. Siapa pun pasti akan bahagia dong jalan dari Pulo Gadung ke Cipete dengan tapak sendal yang tetap bersih? Apalagi ketika musim hujan melanda, Jakarta nggak kelelep lagi.
Lalu untuk melawan kemacetan, kita bisa menggunakan angkutan umum. Memang, untuk saat ini angkutan umum di Jakarta belum senyaman di negeri tetangga. Namun, harapannya nanti seluruh angkutan umum dapat saling terintegrasi satu sama lain. Misalnya untuk sekarang itu Go-Jek dengan Transjakarta, Kopaja dengan Transjakarta, dan Angkot KWK dengan Transjakarta. Semoga ke depan, semakin banyak angkutan umum yang terintegrasi. Selain itu, bus-bus tua pun diregenerasikan dengan bus-bus baru yang lebih nyaman. Angkot-angkot dan bus yang sekiranya terlalu banyak untuk jurusan tertentu juga bisa disunat lalu dialih fungsikan untuk jurusan lain yang sekiranya masih membutuhkan trayek.
(Foto : Imam Buhori/Merdeka)
ADVERTISEMENT
Adapun dengan ojek pangkalan atau taksi konvensional, harus diberi sosialisasi agar tergabung dengan platform online manapun. PAKSA MEREKA! Bukan justru lucuti hak para ojek atau taksi online. Memang ini sulit, namun setidaknya jika ini direalisasikan kelak tidak ada lagi bentrok antara ojek pangkalan dan ojek online begitu pun dengan kang taksi dengan taksi online yang pakai mobil pribadi.
Selain penumpang pun merasa nyaman dan aman. Para supir itu pun mendapatkan penghasilan yang lebih menguntungkan karena sudah terorganisir dan tersistem.
Di sisi lain, dengan PKL (Pedagang Kaki Lima) yang kurang tertib sebaiknya disediakan lahan khusus untuk mereka jualan. Misalnya direlokasi di taman publik dengan syarat harus menjaga kebersihan jika tidak maka dikenakan denda. Atau membuat space khusus untuk mereka berjualan sehingga mereka tidak perlu membajak hak pejalan kaki.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana dengan gelandangan dan pengemis? Mereka bisa dilatih untuk membuat usaha. Berhubung recruitment perusahaan mempunyai persyaratan tertentu, para gelandangan bisa dididik untuk jadi pedagang. Jangan lupa, ciduk mafianya jika benar ada. Info ini kan hingga sekarang masih simpang siur kebenarannya.
(Foto: Raisan Al Farisi/Republika)
Gusur rumah-rumah kumuh yang ada di bantaran sungai dan samping kereta karena membahayakan nyawa mereka. Lalu, bangun lagi rumah minimalis yang memadai dengan jarak lebih jauh atau bahkan terapung jika berada di pinggir sungai. Seandainya tanah tersebut memang milik pemerintah, mereka bisa dipindahkan ke rusun yang tidak jauh dari sana. Karena, jika terlalu jauh kasihan mereka yg mencari nafkah di lokasi awal mereka tinggal. Tentu saja ini membutuhkan modal yang sangat besar. Jika memang tidak sanggup setidaknya berikan mereka pelatihan agar mereka bisa menaikan kehidupan ekonomi masing-masing.
ADVERTISEMENT
Pulangkan mereka yang ber-KTP daerah namun terombang-ambing hidup di Jakarta. Ini jauh lebih bijak daripada mereka dibiarkan hidup semerawut tanpa arah yang jelas.
Inilah saatnya kita saling merangkul untuk membangun Jakarta agar lebih baik. Serukan aspirasimu dan lakukanlah perubahan dimulai dari diri sendiri. Mari ciptakan Jakarta modern yang sangat dicintai masyarakatnya dengan cara memperlakukan Jakarta dengan penuh kasih, menjaga kebersihan dan menjaga ketertibannya sehingga Jakarta tidak lagi murka kepada kita dengan memuntahkan luapan air di kala musim penghujan turun.
Lalu, Jakarta juga punya mall yang kelewat banyak. Untuk mall yang sepi dapat digusur dan dijadikan taman kota. Tentu saja ini butuh modal yang niat karena pihak properti pasti minta ganti rugi yang besar. Tapi seandainya ini bisa terwujud, Jakarta pasti akan lebih adem.
ADVERTISEMENT
Siapa pun ingin kan Jakarta lebih baik? Bukan saatnya lagi berpangku tangan dan menanti aksi pemerintah. Ayo ciptakan!