Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Darurat Kecubung : Maraknya Penyalahgunaan Buah Kecubung di Banjarmasin
14 Juli 2024 9:00 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari nurhidayatullah romadhon tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kemaren tepatnya hari jum’at Tengah viral video mabuk kecubung masal di Banjarmasin. Dalam hal ini puluhan warga di Banjarmasin Kalimantan Selatan sampai harus di rawat di Rumah Sakit Jiwa, akibat mengkomsumsi tumbuhan tersebut. Bahkan dua orang diantaranya dilaporkan meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini kita perlu mengenal tentang buah kecubung, yang dikenal dalam bahasa ilmiah sebagai Datura metel, telah lama dikenal di Indonesia dan berbagai belahan dunia sebagai tanaman yang memiliki sifat psikoaktif. Meskipun memiliki beberapa kegunaan dalam pengobatan tradisional, penyalahgunaan buah kecubung sebagai bahan mabuk telah menjadi isu yang semakin mengkhawatirkan. Artikel ini akan mengupas tentang maraknya penyalahgunaan buah kecubung, dampak negatifnya, dan upaya penanggulangannya.
Perlu diketahui Tanaman ini bersifat Psikoaktif yang mengandung alkaloid tropane seperti atropin, skopolamin, dan hiosiamin yang memiliki efek halusinogen dan dapat memengaruhi sistem saraf pusat. Efek ini menyebabkan buah kecubung sering disalahgunakan untuk mendapatkan sensasi euforia dan halusinasi.
Maraknya penyalahgunaan buah kecubung terjadi akibat mudahnya mendapatkan tanaman ini dan kurangnya informasi tentang bahaya tanaman tersebut. Pengelolahan kecubung biasanya dilakukan dengan cara mengonsumsi langsung buah atau bijinya, atau dengan membuat ekstrak yang dicampur ke dalam minuman. Efek yang dihasilkan bisa sangat beragam, mulai dari sensasi euforia ringan hingga halusinasi yang kuat dan kehilangan kesadaran.
Namun buah kecubung memiliki beberapa resiko yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia mulai dari keracunan yang meliputi mulut kering, pupil melebar, detak jantung cepat, demam, halusinasi, dan dalam kasus yang parah, koma atau kematian. Ditambah lagi Efek halusinogen dari kecubung dapat menyebabkan gangguan mental jangka panjang seperti paranoia, kebingungan, dan gangguan kecemasan. Penggunaan yang berulang dapat meningkatkan risiko gangguan psikotik.
ADVERTISEMENT
Selain itu penyalahgunaan buah kecubung juga berdampak pada aspek sosial. Orang yang kecanduan sering kali mengalami penurunan produktivitas, masalah dalam hubungan interpersonal, dan konflik hukum. Sehingga secara tidak langsung pengguna buah kecung akan gagal beradaptasi dengan lingkungannya.
Dalam hal ini cara mengatasi dan mencegah penyalahgunaan kecubung di Masyarakat perlu bekerja sama dengan kelompok masyarakat hingga petugas terkait, salah satunya dengan edukasi di bidang pendidikan. Edukasi yang intensif tentang bahaya dan risiko kesehatan yang terkait dengan kecubung perlu diberikan kepada masyarakat, terutama kepada generasi muda di sekolah-sekolah.
Regulasi Penjualan juga perlu di perketat. Mulai dari pendataan penjualan dan distribusi kecubung perlu diperkuat, didukung dengan penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran. Penting juga untuk memperkuat layanan rehabilitasi bagi mereka yang telah terjerumus dalam penyalahgunaan kecubung, serta melibatkan komunitas dalam upaya pencegahan dan monitoring secara aktif. Semua ini harus didukung dengan kolaborasi yang erat antara pemerintah, lembaga kesehatan, pendidikan, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang aman dari bahaya penyalahgunaan kecubung.
ADVERTISEMENT
Permasalahan pemakaian kecubung sebagai bahan tambahan untuk mabuk bukanlah hal yang baru kususnya di Kalimantan. Meskipun kecubung memiliki sejarah penggunaan dalam konteks ritual atau pengobatan tradisional, penyalahgunaannya untuk tujuan mabuk-mabukan membawa dampak negatif yang signifikan bagi individu dan masyarakat. Efek samping yang berbahaya seperti halusinasi, kebingungan, risiko serangan jantung, dan keracunan akut menunjukkan bahwa kecubung bukanlah zat yang aman untuk digunakan sembarangan. Selain dampak kesehatan, penyalahgunaan kecubung juga menimbulkan masalah sosial, termasuk perilaku berisiko, kerusakan hubungan keluarga, dan beban pada layanan kesehatan. Oleh karena itu, edukasi yang lebih intensif, regulasi yang ketat, dan penegakan hukum yang tegas sangat diperlukan untuk mencegah dan mengatasi penyalahgunaan kecubung. Kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga kesehatan, pendidikan, dan komunitas, juga sangat penting dalam upaya ini.
ADVERTISEMENT