Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Diplomasi Hantu hingga Tim Basket Kursi Roda Pertama
7 Oktober 2018 6:35 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
Tulisan dari Aksara kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ada lima story dari user kumparan yang terpilih dalam Aksara edisi ini. Dua story dari Dumas Radityo dan Ricardo Perkasa, serta tiga story dari tiga atlet Asian Para Games 2018. Simak ulasan singkatnya berikut.
ADVERTISEMENT
1. Diplomasi Hantu dan Penampakannya di Perwakilan Indonesia Luar Negeri (Dumas Radityo)
Hantu? Iya, hantu. Hantu, dan penampakannya, sudah menjadi suatu hal yang dekat dengan masyarakat Indonesia.
Beragam kemajemukan hantu dapat ditemukan di Indonesia, dan untuk urusan seram-menyeramkan, hantu Indonesia adalah jagonya. Hantu juga sudah menjadi bagian dari komodifikasi seni Indonesia, melalui ragamnya di sinema Indonesia.
Hantu pula yang sudah dipertunjukan di sejumlah pentas seni di luar negeri, salah satunya di Daegu International Horror Festival, Korea Selatan, tanggal 3 Agustus 2017. Kuntilanak sukses dipertontonkan dalam lakon 'Lingsir Wengi: Repertoire Kuntilanak'.
2. Polio Tetap Ayo! (Arifin Risman)
“Yo ayo yo yo ayo, meraih bintang” lirik lagu yang dinyanyikan Via Vallen ini menggema di pembukaan Asian Games 2018. Selama perhelatan akbar olahraga Asia ini berlangsung, saya dengar lirik dan lagu tersebut di mana-mana. Saya berharap, hal serupa juga terjadi di Asian Para Games--sebab, meski polio, saya siap untuk yo ayo.
ADVERTISEMENT
Penyakit itu tak menghalangi saya untuk meraih cita-cita. Dari atas kursi roda, saya membela Indonesia. Sejak umur tiga tahun, saya sudah menderita polio, kedua kaki saya lemah. Berteman karib dengan kasur, obat, dan jarum suntik. Tapi percayalah, itu bukan sesuatu yang pantas membuat kita lantas tak melakukan apa-apa.
3. Kultur Sepak Bola Argentina: Agama, Kopi Dangdut, dan 'Penyiksaan' (Ricardo Perkasa)
Eropa mungkin memiliki uang dan dapat membeli pemain-pemain sepak bola termahal di muka Bumi ini. Namun untuk persoalan passion, tidak ada yang dapat menandingi gairah orang-orang Amerika Latin soal sepak bola.
Pada tulisan kali ini saya akan mengajak anda ke salah satu negara di Amerika Latin, yaitu Argentina untuk memahami kultur dan arti sepak bola bagi mereka. Memahami kultur sepak bola Argentina akan membuat kita dapat memahami mengapa mereka tidak pernah berhenti menghasilkan para pesepak bola kelas dunia yang kita kenal seperti Maradona, Gabriel Batistuta, dan Lionel Messi.
ADVERTISEMENT
4. Basket Kursi Roda, Kami yang Pertama dan Siap Jadi Juara (Fajar Brilianto)
Basket adalah dunia saya. Sebelum meramu Timnas Basket Kursi Roda, saya sudah melatih tim basket di salah satu universitas di Solo, Jawa Tengah. Tak pernah terpikirkan melatih tim basket difabel sebelumnya, sampai kala itu, saya berbincang dengan salah satu dosen di tempat saya melatih.
Tak ada yang menarik dari perbincangan kami, termasuk saat sang dosen menanyakan, sudikah saya melatih tim basket difabel untuk event tingkat Asia. Ya, awalnya saya memang tidak tertarik, bahkan langsung menolak.
5. Berkursi Roda, Saya Kumandangkan Indonesia Raya di Kancah Asia (Danu Kuswantoro)
Waktu itu saya sangat gugup. Itu kali pertama saya membela Indonesia di ajang olahraga, untuk kejuaraan Asia 2018 di Thailand. Apakah bisa dengan kursi roda? Ya, mobilitas sehari-hari memang dibantu kursi roda. Semua terjadi begitu saja saat usia saya 13 tahun—kedua kaki saya tiba-tiba lumpuh.
ADVERTISEMENT
Kegugupan saya seketika berubah jadi rasa bangga di detik-detik Indonesia Raya dikumandangkan. Rasanya saya tidak ingin percaya itu terjadi, di atas kursi roda saya nyanyikan lagu kebangsaan dengan jiwa bergelora.