news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Evakuasi Mandiri saat Tsunami hingga Menghapus Hukuman Mati

Aksara kumparan
Kami menyeleksi user story terbaik setiap hari. Ayo buat story terbaikmu di kumparan!
Konten dari Pengguna
13 Oktober 2018 4:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aksara kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seorang wanita yang kehilangan keponakannya saat melihat bangunan yang hancur akibat gempa bumi di Balaroa, Palu. (Foto: REUTERS / Beawiharta)
zoom-in-whitePerbesar
Seorang wanita yang kehilangan keponakannya saat melihat bangunan yang hancur akibat gempa bumi di Balaroa, Palu. (Foto: REUTERS / Beawiharta)
ADVERTISEMENT
Jumat, 28 September 2018 menjadi hari yang tak terlupakan bagi seluruh warga Sulawesi Tengah. Gempa berkekuatan 7,4 magnitudo telah menguncang wilayah Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah. Gempa bumi yang terjadi pukul 18.02 WITA tersebut tidak saja menimbulkan kerusakan yang parah, tetapi juga menimbulkan dampak bencana lain, yaitu tsunami dan likuefaksi.
ADVERTISEMENT
Dalam kasus tsunami Palu, waktu tiba tsunami di pantai Teluk Palu sangat singkat, hanya sekitar 8 menit setelah gempa. Jika waktu yang dibutuhkan oleh analisis di BMKG untuk menyiapkan peringatan dini membutuhkan waktu 5 menit, maka hanya tersisa waktu 3 menit saja untuk evakuasi.
Melalui story-nya, Dr. Daryono, S.Si., M.Si memberikan tips bagaimana seharusnya kita bersikap saat terjadi gempa. Berikut selengkapnya.
1. Pentingnya Evakuasi Mandiri Tsunami
Jika merasakan gempa kuat di pantai, maka segeralah pergi menjauh dari pantai. Apakah gempa akan memicu tsunami atau tidak, tidak menjadi masalah, yang penting jiwa sudah selamat. Ini perlu edukasi, latihan berkelanjutan, dan selanjutnya dibudayakan.
2. Teka-teki Pembangkit Gempa Sumenep-Situbondo
Hasil analisis mekanisme sumber gempa Sumenep-Situbondo kemarin menunjukkan bahwa penyesaran yang terjadi merupakan sesar naik (thrust fault) dengan kemiringan bidang sesar ke arah selatan. Berikut petikan story Dr. Daryono, S.Si., M.Si yang berjudul 'Teka-teki Pembangkit Gempa Sumenep-Situbondo'.
ADVERTISEMENT
3. Kapan Indonesia Menghapus Hukuman Mati?
Rencana Pemerintah Malaysia sangat bisa menyelamatkan sekitar 117 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) --menurut data dari Migrant Care-- yang terancam hukuman mati di negara tersebut. Jika Indonesia mengikuti langkah Malaysia, maka upaya diplomasi pemerintah Indonesia untuk menyelamatkan 188 TKI/TKW yang terancam hukuman mati di luar negeri, seperti Malaysia, bisa menjadi lebih mudah.
Amnesty International menolak penerapan hukuman mati tanpa terkecuali dalam kasus apa pun dan dengan metode apa pun. Hukuman yang kejam, tidak manusiawi, dan merendahkan martabat manusia tersebut jelas melanggar hak untuk hidup yang dijamin Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia (DUHAM) dan Kovenan Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik.
4. Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Perairan Indonesia
ADVERTISEMENT
Perikanan adalah dunia usaha yang mensyaratkan untuk dipahami dengan pendekatan sistemik, yakni melihat sistem produksi, distribusi/pemasaran, dan konsumsi sebagai suatu sistem tunggal karena kaitan yang kuat antara satu dengan yang lainnya.
Dalam dunia perikanan di mana komoditinya bersifat cepat rusak (perishable), keberhasilan menangkap ikan (sistem produksi) tidak serta merta akan mendatangkan keuntungan bagi nelayan.
4. Awas Tertipu Hoaks Kesehatan
Data Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dari bulan Februari 2016- Februari 2017 menyebutkan bahwa berita bohong (hoaks) soal kesehatan paling banyak tersebar di internet. Sebanyak 27% dari 1.000 sampel riset yang diambil oleh Sekretaris Dewan Kehormatan PWI adalah hoaks mengenai penyakit, makanan, dan penyembuhan.
Menariknya, berita-berita bohong soal kesehatan memang cenderung diteruskan oleh masyarakat melalui media sosial, jejaring sosial, bahkan dari mulut ke mulut. Hal ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan masyarakat mengenai informasi yang benar.
ADVERTISEMENT
5. Menunaikan Janji pada Leani
Senin pagi 10 September aku terbang ke Solo bersama Charles di videografer. Tujuan pertama adalah bertemu Leani. Ya, mau tidak mau aku harus menyapanya terlebih dulu. Musababnya, tanggal 11 Leani sudah harus di Kudus untuk sparing dengan pemain klub PB Djarum.
Masih dengan tas ransel yang membuat punggung pegal-pegal serta goodie bag kumparan 10 buah di tangan, aku menginjakkan kaki ke Sritex Arena. Mataku pun sedikit terbelalak, di mana Leani. Tak satu pun orang di sana yang ku kenal. Berikut sepenggal kalimat dari story milik Nesia Qurrota A'yuni. Ia bercerita bagaimana pertemuannya dengan atlet Asian Para Games, Leani Ratri Oktila. Sila baca story selengkapnya di atas.
ADVERTISEMENT
6. Tips Lepas dari Toxic Relationship
Semua manusia pasti menginginkan hubungan yang nyaman dan juga menyenangkan, baik dengan keluarga, teman, ataupun pasangan. Akan tetapi, tidak dapat dimungkiri bahwa dalam setiap hubungan pasti menemui konflik atau pertentangan antar-anggotanya.
Permasalahannya adalah sejauh mana pertengkaran yang terkategori normal? Hubungan yang sehat dapat dinilai dari individu yang ada di dalamnya. Melalui story-nya Cinta Setara membagikan tips bagi pasangan yang sedang dalam hubungan yang tidak sehat. Apa saja tipsnya? Sila baca story lengkapnya di atas.