Konten dari Pengguna

Menalar Azab di Layar Kaca hingga Melukis Hong Kong dari Balik Lensa

Aksara kumparan
Kami menyeleksi user story terbaik setiap hari. Ayo buat story terbaikmu di kumparan!
25 Oktober 2018 5:31 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aksara kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi FTV Azab. (Foto: Nunki Lasmaria/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi FTV Azab. (Foto: Nunki Lasmaria/kumparan)
ADVERTISEMENT
Beragam user story menarik menghiasi timeline kumparan sepanjang Rabu (24/10). Para penulisnya bercerita berbagai tema, mulai dari seputar FTV yang bercerita murka Tuhan, pandangan keliru terhadap suku Minang, melihat Hong Kong dari fotografi jalanan, hingga bendera tauhid yang sedang menjadi perdebatan. Seperti apa? Berikut ulasan selengkapnya.
ADVERTISEMENT
1. Menalar Murka Tuhan di Layar Kaca
Seorang teolog Jerman, Rudolf Otto, dengan apik menggambarkan bahwa Tuhan adalah Dia yang dialami. Pengalaman itu bisa berarti banyak hal, kesulitan atau kemudahan, kemerdekaan atau keterbelengguan, hingga kemurkaan atau kewelasasihan.
Dua keping yang saling berkebalikan itu setia membayangi hidup manusia. Keberadaan sosok yang kudus disadari dengan cara seperti itu.
Otto menyebut, kesadaran tersebut sebagai pengalaman religius. Dalam bahasa latin, ia menyebut manusia memahami Tuhan sebagai mysterium tremendum et fascinans. Tuhan adalah misteri yang menggentarkan sekaligus memesona.
2. Terjebak Stereotip: Pandangan Keliru terhadap Suku Minang
Stereotip tanpa sadar telah mengaburkan pandangan kita terhadap seseorang atau suatu suku. Adapun prasangka selalu membawa konotasi yang negatif. Padahal orang suku Minang memiliki lebih banyak hal positif untuk dijadikan sebagai tanda pengenal. Misal anggapan suku Minang pandai berbisnis di perantauan, yang mana anggapan ini disetujui oleh 89% dari 55 responden yang diambil datanya melalui voting di media sosial Instagram.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya pembanding positif, masyarakat dapat memandang dari sudut pandang yang baik. Agar tidak terjadi lagi kerenggangan dan ketidakharmonisan dalam interaksi sosial antara budaya. Selain dari itu keluaran yang diharapkan agar sifat toleran antarsuku tertanam juga tidak menggeneralisasi suatu kelompok.
3. Melukis Hong Kong dari Balik Lensa
Kali kedua mendapat penugasan dari kantor untuk kasih pelatihan street photography ke sejumlah pekerja migran Indonesia melalui program BNI Photofun yang tahun ini diselanggrakan di Hong Kong menjadi salah satu kesempatan membuat proyek pribadi untuk hunting di Hong Kong.
Sebelum dan sesudah acara workshop yang diselanggarakan di gedung BNI Hongkong saya sempatkan memotret sambil menikmati kota Hong Kong yang menurut saya sangat sempit dan terhalang oleh bangunan gedung-gedung pencakar langit yang mengelilingi pemandangan mata.
ADVERTISEMENT
Simak hasil foto yang sudah share, semoga bisa menikmati.
4. Kalimat Tauhid, Santri, dan Tumpulnya Kepekaan Kita
Apa iya sebagai bukti saya mencintai negeri ini lantas saya mesti membakar bendera yang saya yakini sebagai bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)?
Seidentik apa bendera yang dibakar oknum dalam peringatan hari santri di Garut beberapa waktu lalu dengan bendera yang kerap disertakan dalam publikasi HTI, masih perlu pembuktian.
Maka, bagi saya, kejadian ini tetaplah memilukan. Ketidakpekaan yang amat disayangkan. Namun, saya tidak akan meletakkannya sebagai sebuah peristiwa yang menyerang agama saya, syahadat saya.
Ikuti terus Aksara untuk user story menarik lainnya.