Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Nasib Petani Palestina hingga Luxor, Ibu Kota Mesir Kuno
31 Juli 2018 1:09 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
Tulisan dari Aksara kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
User story dari Prayoga Limantara menceritakan tentang seorang petani bernama Yousef Shahin yang bercerita tentang keluh kesahnya tentang bagaimana dia bercocok tanam di negara yang masih terjajah. Ia hanya berharap dapat melalui hari dan melihat matahari terbit setiap pagi.
ADVERTISEMENT
Ada juga story dari Dody Harendro. Kira-kira membahas tentang apa ya? Yuk, dibaca selengkapnya.
1. Nasib Petani Palestina di Tanah Pendudukan
Padahal, pilihan lokasi pertanian yang berbahaya itu merupakan dampak kebijakan monopoli air tanah yang dilakukan Pemerintah Israel. Tidak semua lahan bisa ditanami, dan yang dapat diolah umumnya berada di tepi perbatasan.
Apalagi para petani Palestina harus mempertaruhkan nyawa tiap kali pergi mencari nafkah. Aktivitas bercocok tanam di sepanjang perbatasan itu sering menjadi incaran penembak-penembak jitu Israel. Setiap kali melakukan kegiatan yang dinilai mencurigakan, Dor! Nyawa bisa melayang.
2. Misteriusnya Luxor, Ibu kota Mesir Kuno
Para penikmat museum menamakannya museum terbuka terbesar, namun skala kebesaran monumen dan situs-situs sejarah lain di kota kuno Thebes ini jauh lebih menakjubkan. 665 kilometer dari Kairo, menelusuri misteriusnya kota yang diubah namanya menjadi Luxor oleh Bangsa Arab ini semakin menarik jika sambil berpesiar di Sungai Nil. Petualangan dengan tanpa henti sejak dini hari hingga larut malam, termasuk menikmati piramida alami Valley of the Kings dari Balon Udara, sangat mempesona.
ADVERTISEMENT
Pada saat pesiar Nil, tepatnya dari Kota Aswan, keunikan pertama adalah water market. Beberapa kapal kecil akan mengelilingi kapal pesiar versi sungai ini dan menawarkan kain, pakaian khas Arab, handuk maupun asesoris unik lainnya. Transaksi dilakukan dengan saling lempar-melempar, penjual melempar barang dagangan ke atas kapal, dan jika cocok, maka pembeli akan melempar balik uang yang disepakati ke arah perahu-perahu kecil tersebut.