Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Story tentang Perekonomian Nasional hingga Cerita Magang di kumparan
9 Januari 2019 4:44 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:50 WIB
Tulisan dari Aksara kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Aksara edisi kali ini memuat enam user story menarik yang membahas berbagai topik. Mulai tentang perekonomian nasional hingga cerita pengalaman magang di kumparan. Seperti apa? Simak ulasan singkatnya.
ADVERTISEMENT
1. This Time is (Not) Different
Jumat lalu (5/1), Jerome Powell, Chair dari The Fed, membuat pernyataan: "The Fed akan "bersabar" dalam menaikkan tingkat bunga di Amerika Serikat (AS)". Dan seperti yang Chatib Basri duga, dalam tulisannya bulan Desember lalu, mata uang emerging economies (EM) termasuk rupiah terhadap US dolar menguat secara signifikan. Pasar keuangan menjadi positif.
Namun, ia ingin mengingatkan sejak dini: Krisis atau gejolak pasar keuangan umumnya dimulai dari masuknya arus modal portfolio secara drastis akibat dari penurunan tingkat bunga The Fed di Amerika Serikat yang mencari imbal lebih tinggi di EM.
Ia ingin mengatakan bahwa kita harus berhati-hati. Arus modal yang akan masuk ini satu hari akan berbalik meninggalkan Indonesia. Mengapa? Simak selengkapnya.
ADVERTISEMENT
2. Setop Eksploitasi Perempuan di Kasus Prostitusi
Komnas Perempuan telah melakukan analisa pada sejumlah media yang telah melanggar kode etik jurnalisme, serta pemuatan berita yang sengaja mengeksploitasi seseorang secara seksual, terutama korban.
Dalam analisa media tersebut, masih banyak media yang saat memberitakan kasus kekerasan terhadap perempuan, utamanya kasus kekerasan seksual, tidak berpihak pada korban.
Komnas Perempuan menyayangkan ekspos yang berlebihan pada perempuan (korban) prostitusi online, sehingga besarnya pemberitaan melebihi proses pengungkapan kasus yang baru berjalan.
Pemberitaan sering kali mengeksploitasi korban, membuka akses informasi korban kepada publik, sampai pemilihan judul yang pada akhirnya membuat masyarakat berpikir bahwa korban ‘pantas’ menjadi korban kekerasan dan pantas untuk dihakimi.
3. Cerita Magang Saya di kumparan: Omelan Bos hingga Ditraktir Makan Enak
ADVERTISEMENT
Ini kisah tentang Tyhan, fresh graduated dari Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta. Kenapa ia tertarik magang di kumparan? Karena Tyhan ingin merasakan dan memiliki pengalaman bekerja sebagai editor di media. Kebetulan, jurusan kuliahnya juga masih berhubungan dengan pekerjaannya di kumparan.
Tyhan diposisikan di tim Kolaborasi. Di tim tersebut, ia benar-benar sadar, masih banyak karakter orang di luar sana yang harus ia kenal dan pahami. Dalam satu ruangan, ia harus berhadapan langsung dengan orang-orang yang berkarakter moody-an, humoris, cool, keras kepala, cuek, over-pede, perfeksionis, bahkan aneh.
4. Lewis Hamilton, Rasisme, dan Keberanian Mendobrak Batasan
Juara dunia F1 lima kali, Lewis Hamilton, agak berbeda dengan kebanyakan pebalap F1 dari masa ke masa. Ya, bisa dibilang, Hamilton adalah pebalap berkulit hitam pertama dan satu-satunya (sampai saat ini) yang berhasil melakukan debutnya di F1.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2007, Hamilton akhirnya mendobrak stereotipe yang mengesankan seolah F1 hanya untuk pebalap kulit putih (walau sudah pernah ada pebalap dari Asia). Bahkan, ia langsung menjadi juara dunia setahun setelah debutnya.
Namun, sehebat apapun seorang Lewis Hamilton, tetap saja ada yang masih berani mencacinya. Tentu itu terkait warna kulitnya, seperti yang ia dapatkan pada Februari 2008 saat sesi tes di Sirkuit Katalunya.
Seiring berjalannya waktu, Lewis Hamilton menegaskan kebanggaannya menjadi pebalap berkulit hitam. Ia senang menjadi orang yang menembus batas.
5. Otot Komplain vs Otot Syukur
Pada 2018, Fajar Widi lebih berfokus kepada pengembangan fisiknya (ikut gym, basket, keto diet). Pada 2019 ini, ia bakal lebih berfokus ke kesehatan pikiran.
ADVERTISEMENT
Ceritanya di penghujung 2018 lalu, alam semesta mempertemukan dirinya dengan Adji Santosoputro, yang mengenalkan kepadanya konsep mindfulness.
Fajar memberikan pemahaman simpel terkait mindfulness dengan cara memahami dua otot dalam diri kita. Namanya otot syukur dan otot komplain. Penasaran? Simak selengkapnya.
6. Warung Pecel Lele: Primadona Pinggir Jalan
Menurut Ganesha, jika anda berdomisili di Jawa, khususnya Jabodetabek, dan belum pernah sekalipun makan di warung pecel lele pinggir jalan, maka perlu dipertanyakan apa saja kegiatan anda selama ini.
Sebutannya memang "Warung Pecel Lele", meski pada kenyataannya menjual juga ayam, bebek, tahu, tempe, hingga burung dara (bila anda beruntung). Namun, terlepas lauk pauk yang tersebutkan, kekuatan hidangan satu ini terletak lebih pada sambalnya.
ADVERTISEMENT
Nilai kelezatannya memang di sambal. Jika diambil skala 100 untuk menilai seberapa pentingkah sambal pada hidangan pecel lele, maka Ganesha mengambil nilai 70, sedangkan 30 sisanya bisa mix pada lauk dan nasi (biasa/uduk).
Jangan sia-siakan hidupmu hanya dengan membeli makanan mahal tapi rasanya biasa aja.
Baca terus Aksara edisi lainnya.